Follow Us

Menhub Bilang Kabut Asap Tak Ganggu Penerbangan, Tapi Foto Ini Buktikan Bandara Riau Tampak Gelap

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 13 September 2019 | 15:43
Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019).
KOMPAS.COM/IDON TANJUNG

Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019).

Fotokita.net - Kota Pekanbaru, Riau, diselimuti kabut asap pekat akibat dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap dampak yang ditimbulkan.

Untuk mengantisipasi dampak kabut asap itu, Pemerintah Provinsi Riau bersama jajaran lintas sektoral telah membuat kesepakatan tentang acuan sebagai pedoman bersama. Hal itu disebutkan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Riau dr Yohanes saat dihubungi, Kamis (12/9/2019).

Baca Juga: Kabut Asap Ancam Kesehatan Warga Malaysia, Mengapa Pemerintah Belum Juga Rilis Daftar Perusahaan dengan Lahan yang Terbakar?

"Kita sudah membuat kesepakatan bersama tentang acuan penanganan dampak perubahan kualitas udara akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau," kata Yohanes.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengklaim kabut asap kebakaran hutan yang terjadi di Riau dan Kalimantan tak mengganggu penerbangan.

Kendati begitu, dia berharap kebakaran hutan tersebut bisa segera teratasi agar tak berdampak buruk bagi masyarakat.

“Sejauh ini belum ada dampak yang serius ya, tapi ke depan kalo tidak ada upaya-upaya menyelesaikan, ini akan serius,” ujar Budi di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (13/9/2019).

Budi mengaku telah menugaskan Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti untuk melakukan koordinasi yang intensif dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait permasalahan ini.

Baca Juga: Kabut Asap Sudah Makin Gawat, Mulai Dari Larangan Keluar Rumah Balita dan Ibu Hamil Hingga Sudah Ekspor ke Negara Tetangga. Bagaimana Kabar Instruksi Jokowi yang Akan Copot Pejabatnya?

Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019)
KOMPAS.COM/IDON TANJUNG

Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019)

Berdasarkan informasi yang diterimanya, Riau menjadi wilayah yang paling terkena dampak terparah dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tersebut.

“Memang Riau yang dalam posisi paling besar, karena 2 hal, yang dari selatan itu ke arah Riau dan dari Riau enggak bisa kemana-mana, karena ada angin tertentu yang di Selat Malaka, jadi mereka (asap) stop di Riau,” kata Budi.

Benarkah demikian?

Baca Juga: Indonesia Kembali Ekspor Kabut Asap ke Negara Tetangga. Menteri Malaysia Protes Pada Menteri Siti Nurbaya lewat Facebook Sambil Tunjukkan Bukti Fotonya

Dalam laporannya, wartawan Kompas.id Benediktus Krisna Yogatama melaporkan, asap pekat mengepung Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). Akibat asap pekat itu penerbangan dari Jakarta menuju Pekanbaru, ditunda selama dua jam.

Penerbangan nomor GA 172 dari Jakarta menuju Pekanbaru, yang semula dijadwalkan terbang pukul 08.00 WIB, akhirnya baru terbang pukul 10.20 WIB.

“Keterlambatan dikarenakan asap tebal di Bandara Sultan Syarif Kasim II yang mengganggu jarak pandang,” ujar Pilot Aryo melalui pengumuman dalam kabin pesawat.

Baca Juga: Kata Menteri Ini Kebakaran Hutan dan Lahan Disebabkan Oleh Manusia, Mengapa Pemerintah Selalu Gagal Mengantisipasinya?

Menjelang pendaratan di Pekanbaru, tercium bau sangit masuk ke dalam kabin pesawat. Ketika menengok keluar jendela, asap tebal menghalangi pandangan kota. Tiba di bandara, jarak pandang hanya sekitar 500 meter. Pesawat tampak samar-samar di horizon.

Petugas bandara membagikan masker secara gratis kepada penumpang yang datang di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Petugas bandara membagikan masker secara gratis kepada penumpang yang datang di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

Di area kedatangan bandara, petugas bandara membagi-bagikan masker gratis kepada penumpang yang datang.

“Sudah sekitar sepekan terakhir kami bagi-bagi masker ke penumpang. Sejak asapnya pekat sekali,” ujar Tarmuji, seorang petugas bandara.

Berdasarkan data dari aplikasi pemantauan kualitas udara AirVisual, kualitas udara tercatat sebesar 603. Angka tersebut melebihi batas maksimal level bahaya yakni 500.

Baca Juga: Iklim yang Berubah, Apakah Kita Mau Berpangku Tangan Setiap Hadapi Kemarau, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan?

Debu asap yang berterbangan berukuran 2,5 PM mikrogram per meter kubik. Kepadatan debu tercatat sebesar 656,4 mikrogram per meter kubik.

Dengan kualitas udara seperti ini warga diminta untuk selalu mengenakan masker, menyalakan mesin penjernih udara, menutup pintu serta jendela, dan mengurangi aktivitas di luar ruang.

Selain di Pekanbaru, kabut bercampur asap pekat juga mengepung Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Akibatnya, lima jadwal penerbangan ditunda. Penundaan ini disebabkan karena jarak pandang sangat terbatas bahkan sempat menyentuh 300 meter, angka itu jauh dari jarak pandang ideal yakni 800 meter-1 kilometer.

Baca Juga: Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau Kian Parah, Warga dan Gubernur Derita ISPA. Foto-foto Ini Bikin Kita Cemas!

Asap mengepung di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Asap mengepung di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

Kebakaran hutan

Sebelumnya diberitakan, kebakaran hutan dan lahan meluas dan menyebabkan kualitas udara di beberapa kota di Sumatera dan Kalimantan memburuk. Padahal musim kemarau dan kekeringan masih akan berlangsung sepanjang September 2019.

“Ada kenaikan signifikan jumlah titik panas, terutama di Jambi dan Kalimantan Tengah (Kalteng). Minggu lalu di Jambi 248 titik panas, minggu ini sudah 710 titik panas. Di Kalteng dari 873 pada minggu lalu dan sekarang menjadi 1.036 titik panas,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Siswanto, di Jakarta, Kamis (12/9/2019).

Peningkatan jumlah titik panas juga terdeteksi di Sumatera Selatan dalam sepekan terakhir, yaitu dari dari 72 menjadi 279. Sedangkan di Riau dari 211 titik panas menjadi 305 titik panas.

Baca Juga: Enam Provinsi Darurat Kebakaran Hutan, Akankah Indonesia Kembali Ekspor Asap?

Kebakaran lahan gambut di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang sebelumnya 90 hektar meluas menjadi 100 hektare, Kamis (12/9/2019).
BPBD PENAJAM PASER UTARA

Kebakaran lahan gambut di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang sebelumnya 90 hektar meluas menjadi 100 hektare, Kamis (12/9/2019).

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) total luas lahan yang terbakar sejak Januari 2019 sudah mencapai 328.724 hektar (ha) dan total titik panas di seluruh wilayah Indonesia mencapai 3.673.

Sekalipun kebakaran sebagian besar dipicu ulah manusia, namun dari aspek cuaca menurut Siswanto, musim kemarau kali ini tergolong ekstrem, bahkan terkering sejak 2015 sehingga potensi kemudahan kebakaran juga tinggi.

Potensi kebakaran pun masih sangat tinggi karena kekeringan diperkirakan masih akan berlanjut sepanjang bulan ini. (Akhdi Martin Pratama, Kompas.com dan Benediktus Krisna Yogatama, Kompas.id)

Source : Kompas.com, Kompas.id

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest