“Memang Riau yang dalam posisi paling besar, karena 2 hal, yang dari selatan itu ke arah Riau dan dari Riau enggak bisa kemana-mana, karena ada angin tertentu yang di Selat Malaka, jadi mereka (asap) stop di Riau,” kata Budi.
Benarkah demikian?
Dalam laporannya, wartawan Kompas.id Benediktus Krisna Yogatama melaporkan, asap pekat mengepung Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).Akibat asap pekat itu penerbangan dari Jakarta menuju Pekanbaru, ditunda selama dua jam.
Penerbangan nomor GA 172 dari Jakarta menuju Pekanbaru, yang semula dijadwalkan terbang pukul 08.00 WIB, akhirnya baru terbang pukul 10.20 WIB.
“Keterlambatan dikarenakan asap tebal di Bandara Sultan Syarif Kasim II yang mengganggu jarak pandang,” ujar Pilot Aryo melalui pengumuman dalam kabin pesawat.
Menjelang pendaratan di Pekanbaru, tercium bau sangit masuk ke dalam kabin pesawat. Ketika menengok keluar jendela, asap tebal menghalangi pandangan kota. Tiba di bandara, jarak pandang hanya sekitar 500 meter. Pesawat tampak samar-samar di horizon.

Petugas bandara membagikan masker secara gratis kepada penumpang yang datang di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
Di area kedatangan bandara, petugas bandara membagi-bagikan masker gratis kepada penumpang yang datang.
“Sudah sekitar sepekan terakhir kami bagi-bagi masker ke penumpang. Sejak asapnya pekat sekali,” ujar Tarmuji, seorang petugas bandara.
Berdasarkan data dari aplikasi pemantauan kualitas udara AirVisual, kualitas udara tercatat sebesar 603. Angka tersebut melebihi batas maksimal level bahaya yakni 500.