Follow Us

Sempat Muncul Sentimen Anti Jawa, Soekarno Genjot Pembangunan Jakarta. Tapi, Mengapa Masalah Itu Tetap Sulit Dipecahkan?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 01 September 2019 | 06:57
Lanskap kota Jakarta.
Thinkstock

Lanskap kota Jakarta.

Bias bahwa pembangunan terpusat di Jakarta dan Jawa masih kuat.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Tambah Kejam, Warga Negara Ramai-ramai Gugat Presiden, Menteri dan Gubernur

Penumpang terpaksa turun dari kereta rel listrik (KRL) yang berhenti di perlintasan Bukit Duri Jakarta Selatan, akibat padamnya listrik, Minggu (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/HERUDIN
TRIBUNNEWS

Penumpang terpaksa turun dari kereta rel listrik (KRL) yang berhenti di perlintasan Bukit Duri Jakarta Selatan, akibat padamnya listrik, Minggu (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Sedia payung

Untuk itu, keputusan memindahkan ibu kota ke daerah lain disertai upaya membenahi Jakarta dan dibangun murni menjadi pusat bisnis dan ekonomi bisa jadi adalah kebijakan yang tepat. Meskipun demikian, kajian detail dan penuh pertimbangan berdasarkan fakta serta penelitian yang memadai tentu harus menjadi dasar kebijakan tersebut.

Apalagi, seperti dipaparkan Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro saat bertandang ke harian Kompas, Rabu (28/9/2019), pemerintah pusat telah memiliki kebijakan pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan kawasan industri (KI), juga pengembangan kawasan metropolitan dan kota baru. Kebijakan itu kini dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan. Kebijakan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur dan program urban regenerasi bagi Jakarta akan turut mendorong kebijakan pembangunan yang telah ada.

Baca Juga: Gempa Banten Bikin Panik, Warga Jakarta Berhamburan dari Gedung Tinggi Hingga Orang Banten Keluar Bawa Infus. Lihat Rekaman Fotonya!

Suasana berbagai bangunan terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019). Kualitas udara di DKI Jakarta memburuk pada tahun ini dibandingkan tahun 2018. Prediksi ini berdasarkan pengukuran PM 2,5 atau partikel halus di udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikromet
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Suasana berbagai bangunan terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta Pusat, Senin (8/7/2019). Kualitas udara di DKI Jakarta memburuk pada tahun ini dibandingkan tahun 2018. Prediksi ini berdasarkan pengukuran PM 2,5 atau partikel halus di udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikromet

”Pemindahan ibu kota negara ke luar Jawa akan mendorong pemerataan pembangunan. Lebih dari 50 persen wilayah Indonesia akan merasakan peningkatan arus perdagangan, yaitu perdagangan di dalam provinsi ibu kota baru dan perdagangan antara provinsi di Indonesia khususnya dari Pulau Jawa ke provinsi luar Jawa, juga antarprovinsi di luar Jawa,” kata Bambang Brodjonegoro.

Target besar dan mulia ibu kota baru di Kalimantan Timur sedikitnya bakal menyedot Rp 466 triliun dan melibatkan lahan hingga 180.000 hektar. Ada ratusan ribu orang yang akan dipindahkan, warga lokal juga bentang alam, vegetasi serta fauna lokal pasti akan terimbas. Perubahan bakal turut dirasakan di seluruh negeri.

Baca Juga: Berjarak Sekitar 6 Kilometer dari Istana Negara, Tepi Kali Ciliwung Tunjukkan Potret Jakarta Nan Getir

Foto aerial suasana perumahan yang berada di atas mal Thamrin City, Jakarta, Rabu (26/6/2019). Keberadaan perumahan bernama Cosmo Park di atas pusat perbelanjaan Thamrin City ini menjadi bahan perbincangan warganet sejak Selasa kemarin setelah fotonya tersebar di media sosial, terdiri dari lima blok
ANTARA FOTO

Foto aerial suasana perumahan yang berada di atas mal Thamrin City, Jakarta, Rabu (26/6/2019). Keberadaan perumahan bernama Cosmo Park di atas pusat perbelanjaan Thamrin City ini menjadi bahan perbincangan warganet sejak Selasa kemarin setelah fotonya tersebar di media sosial, terdiri dari lima blok

Source : kompas.id

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest