Fotokita.net - Dahulu, saat Kabupaten Kepulauan Talaud masih terisolir, akses masyarakat untuk mendapatkan BBM pun sangatlah terbatas. Harga di tingkat pengecer berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu per liter.
Namun, jika terjadi gelombang tinggi di laut yang menyebabkan tersendatnya pasokan maka harga bisa melambung hingga Rp 25 ribu.
Saat itu roda pembangunan dan ekonomi masyarakat pun masih berjalan tersendat. Namun cerita berubah saat SPBU pertama hadir di Talaud tahun 2017 lalu.
Program BBM Satu Harga Pertamina hadir membawa angin segar untuk perubahan. Rantai asa untuk memutar roda ekonomi kabupaten itu pun mulai tersambung dan bersahutan. Keberadaan BBM di Kepulauan Talaud tak hadir dengan perjuangan mudah.
BBM dipasok dari Terminal Bahan Bakar Minyak Bitung, Sulawesi Utara. Minyak itu dibawa melalui jalur laut dengan menggunakan kapal tanker untuk didistribusikan menuju sejumlah SPBU dengan jarak tempuh antara 12 hingga 48 jam tergantung cuaca.
Saat cuaca bagus, pendistribusian pun berlangsung lancar. Namun jika cuaca tak mendukung pengiriman pasokan BBM itu pun tersendat.
Suara sepeda motor terdengar mendekat saat sore yang cerah pada waktu itu. Dari kejauhan tampak seorang pengemudi becak motor (bentor) dengan sejumlah penumpang berwajah sumringah melewati jalan menurun di kawasan perkantoran Kabupaten Kepulauan Talaud.
Rupanya becak motor menjadi salah satu transportasi utama di daerah yang terletak di Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Filipina itu.