Fotokita.net -Kampanye anti aksara Arab dan gambar-gambar Islam di Cina menandai tahapan baru yang sudah mencapai puncaknya pada 2016. Kampanye itu bertujuan untuk memastikan agara agama-agama yang ada di Cina menyesuaikan dengan budaya Cina.
Kampanye itu termasuk mengganti kubah gaya Timur Tengah di banyak masjid-masjid dengan bentuk pagoda gaya Cina.
Ada sekitar 20 juta umat Muslim di Negeri Tirai Bambu itu. Meski Cina secara resmi mengakui kebebasan beragama, tapi pemerintah sudah keyakinan agar sejalan dengan ideologi Partai Komunis.
Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Tambah Kejam, Warga Negara Ramai-ramai Gugat Presiden, Menteri dan Gubernur

Seorang pria tampak di belakang bendera China di Kota Tua di Kashgar di Wilayah Autonomi Xinjiang Uighur, China, 6 September 2018.
Bukan hanya umat Muslim yang berada di bawah pengawasan ketat. Banyak gereja-gereja bawah tanah ditutup oleh otoritas Cina, dan salib-salib di gereja-gereja dirobohkan karena dianggap ilegal oleh pemerintah.
Namun kaum Muslim menjadi perhatian khusus sejak kerusuhan 2009 antara Muslim Uighur dan mayoritas suku Han Cina di Xinjiang, rumah etnis minoritas Uighur.
Para analis berpendapat Partai Komunis khawatir pengaruh-pengaruh asing bisa membuat kelompok-kelompok agama makin sulit dikontrol.
Baca Juga: Bukti Visual Penggalian di Makam Kuno Cina Ini Nyatakan Manusia Isap Ganja Sejak 2500 Tahun Silam
“Bahasa Arab dianggap sebagai bahasa asing dan pengetahuan mengenai bahasa Arab sekarang dipandang sebagai sesuatu di luar kontrol negara,” kata Darren Byler, seorang pakar antropologi di Universitas Washington, yang mempelajari Xinjiang.

Umat Muslim China berbuka puasa saat Ramadan di masjid Niujie, masjid tertua dan terbesar di Beijing, China, 2 Juli 2014.