Anggaran itu juga termasuk anggaran suku dinas, UPST, dan yang paling besar untuk pengadaan lahan pembangunan ITF (intermediate treatment facility).
Sementara itu, Surabaya menggelontorkan 30 miliar untuk mengelola sampah. Risma mengatakan, dari anggaran Rp 30 miliar, sebanyak 50 persen diantaranya digunakan untuk operasional angkutan. Sisanya untuk operasional sistem pengelolaan sampah.
2. Bank sampah
Salah satu cara yang dimiliki Surabaya dan DKI dalam mengelola sampahnya adalah dengan membentuk bank sampah.
Jakarta memiliki sebanyak 1.600 bank sampah. Angka ini memang belum ideal jika dibandingkan jumlah Rukun Warga yang ada di Jakarta, yaitu 2.700 RW.
Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat mengklaim program bank sampah di Jakarta Barat telah meraih omzet Rp 7,6 miliar sejak terbentuk Agustus 2017 hingga akhir Maret 2019.
Sementara itu, Surabaya memiliki sebanyak 296 unit bank sampah dan 26 unit rumah kompos untuk pengolahan sampah organik yang tersebar di wilayah Kota Surabaya.
Dari 3,07 juta jumlah penduduk Kota Surabaya, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo sebesar 1.600 ton.
3. Jumlah sampah
DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebanyak 10,4 juta jiwa orang, memproduksi sampah sebesar 7.500 ton setiap harinya. Dari data yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, sebanyak 60 persen sampah itu diambil dari permukiman, 29 persen dari kawasan komersial, dan 11 persen dari fasilitas umum.