Follow Us

Ular Mematikan asal Australia yang Ditemukan di Papua Ini Renggut Nyawa Anggota Brimob dengan Bisa yang Menyebar Lewat Kelenjar Getah Bening!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 31 Juli 2019 | 11:44
Ular death adder banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua dan Maluku.
Wikipedia.org

Ular death adder banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua dan Maluku.

Fotokita.net - Kabar dari Papua kembali bikin heboh jagat maya. Sebab, dari pulau paling timur Indonesia itu, seorang anggota Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Republik Indonesia, Brigadir Kepala Desri Sahroni Chaniago dikabar meninggal dunia saat bertugas. Rupanya, anggota Brimob asal Padang, Sumatera Barat itu wafat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Caritas Timika, Papua, Senin (29/7/2019) setelah mengalami pembekuan di obat akibat bisa ular death adder yang mematikan.

Saat bertugas di belantara Papua Sabtu (27/7/2019), tangan kanan almarhum Desri tergigit ular death adder saat beristrahat di batang kayu yang sudah ditebang. Ia beristirahat sembari menjaga rekan-rekannya yang sedang mandi di sungai. Malang baginya, rupanya ular death adder merasa terancam dengan kehadiran almarhum di situ.

Setelah tergigit ular death adder, almarhum sempat berupaya mengeluarkan racun bisa dengan cara menekan tangan bagian yang tergigit itu. Ular yang menggigitnya pun, sempat ia masukkan ke dalam botol air minum kemasan.

Baca Juga: Sungai Ciujung Banten Menghitam, Ternyata Sudah Tercemar Sejak 20 Tahun Lamanya! Foto-foto Ini Buktinya

Ular death adder yang mudah dijumpai di seluruh Pulau Papua ini termasuk jenis ular dengan bisa yang mematikan di dunia.
David Nixon

Ular death adder yang mudah dijumpai di seluruh Pulau Papua ini termasuk jenis ular dengan bisa yang mematikan di dunia.

Pakar toksinologi dan bisa ular Tri Maharani menceritakan, ular yang menggigit Bripka Sahroni bukanlah jenis derik, melainkan ular death adder dengan nama latin acantopis.

Tri mendapatkan laporan dari salah satu rekannya pada Sabtu (27/7/2019) malam.

Setelah diteliti, ular itu berjenis death adder dengan sifat neurotoksin yang hebat.

Baca Juga: Cara Unik Warga Selandia Manfaatkan Sampahnya, Bra Jadi Penghias Pagar! Lihat Foto-fotonya

"Memang bentuknya kayak ular derik. Tapi bukan, namanya death adder. Sifatnya beda, neurotoksinnya amat sangat kuat sekali. Menyebabkan gagal napas, gagal jantung, sehingga tingkat kematian tinggi," kata Tri saat diwawancara Kompas.com, Selasa (30/7/2019) sore.

Ular ini adalah ular darat yang paling berbisa di Australia dan pulau-pulau satelitnya. Ular ini juga menyebar ke seluruh Pulau Papua
widherps.com

Ular ini adalah ular darat yang paling berbisa di Australia dan pulau-pulau satelitnya. Ular ini juga menyebar ke seluruh Pulau Papua

Satu-satunya dokter dari Indonesia yang turut dalam tim pembuat pedoman penanganan gigitan ular berbisa dari lembaga kesehatan dunia atau WHO ini menuturkan, bisa ular jenis death adder tidak menyebar melalui aliran darah, melainkan kelenjar getah bening.

Bisa ular bekerja dengan cara memblok saraf-saraf dalam tubuh, sehingga dapat terjadi kelumpuhan otot yang didukung oleh syaraf tersebut.

Penanganan pertama atau first aid korban gigitan ular death adder menjadi satu hal penting guna mengurangi potensi keparahan yang muncul akibat bisa ular.

Baca Juga: Dinilai Tak Layak Lagi Jadi Ibu Kota, Foto-foto Ini Bukti Jakarta Masih Bisa Dibanggakan Warganya

Penanganan

First aid dapat dilakukan dengan immobilisasi atau memperkecil gerakan bagian tubuh yang terkena gigitan.

Presiden Toxinology Society of Indonesia ini menegaskan, memijit bagian tubuh yang terkena gigitan dengan tujuan mengeluarkan bisa ular hanya akan memperparah keadaan.

"Karena bisa ular tidak lewat pembuluh darah, jadi kalau dikeluarkan darahnya itu tidak akan mengeluarkan venomnya. Ya venomnya tetap nyebar, korban bisa mati," ujar Tri.

Baca Juga: Di Tangan Mereka Bangkai Kapal Begitu Berharga. Berikut Foto-fotonya

"Tapi venomnya lewat kelenjar getah benging, yang harus dilakukan untuk tidak menyebarkan, dilakukan immobilisasi, dibuat tidak bergerak (bagian tubuh yang tergigit atau meminimalkan gerak anggota tubuh yang tergigit), dan untuk neurotoksin ditambahin pressure bandage," lanjut dia.

Tri menjelaskan, terdapat dua kegunaan pressure bandage immobilisasi. Pressure Bandage Immobilization.

Pertama, pressure compresses lymphatic drainage untuk melambatkan absorbsi venom dalam mikrosirkulasi.

Baca Juga: Pulau Baer, Surga Tersembunyi di Kepulauan Maluku. Lihat Foto-fotonya Yuk!

Selain itu, dapat menginhibisi gross muscle movement yang menurunkan intrinsik local pressure dari stimulasi lymphatic dari stimulasi lymphatic drainage.

"Kalau imbolisasi saja maka hanya menginhibisi gross muscle movement yang menuntukan intrinsik local pressure dari stimulasi lymphatic drainage," papar Tri.

Perlu digaris bawahi, first aid yang salah menyebabkan kondisi korban masuk ke fase yang menjadikan organ tubuh rusak dan membutuhkan antivenom.

Anti-bisa Mahal

Tri menyampaikan, anti venom ular jenis ini belum diproduksi di Indonesia, melainkan hanya dibuat di Australia.

"Harganya mahal, sekitar Rp 80-an juta satu vialnya. Saya pernah membei antivenom death adder. Prosedur impor pun tidak mudah, harus mengurus ijin impor dulu yang bisa membutuhkan waktu 3 hingga 6 bulan," tutur Tri.

Peran tenaga medis pun juga penting di sini.

Tenaga medis kudu paham apa yang harus dilakukan kepada korban jika mengalami beberapa hal.

Baca Juga: Di Aceh, Kabut Asap Tebal Mulai Bawa Korban. Lihat Foto-foto Kejadian Tahunan yang Kerap Terulang Ini!

"Jika korban mengalami respiratory failure maka harus dilakukan intubasi lalu dipasang ventilator, lanjut diberi antivenom disertai anticholinesterase. Jika terjadi bradikardi maka perlu diberi atropine sulphate (0,6 mg untuk dewasa dan 50 mikrogram/kg untuk anak-anak)," tambah Tri.

Pemberian anticholinesterase tersebut diulang empat jam sekali.

Baca Juga: Punya Manfaat Ajaib Buat Kesehatan Mental Kita, Lihat Foto-foto Pilihan Taman Rumah Nan Cantik!

Mengacu pada WHO tahun 2016, uji coba anticholinesterase harus dilakukan pada setiap pasien dengan keracunan neurotoksik.

Ular death adder pertama kali ditemukan pada 1802 oleh George Shaw sebagai jenis keturunan boa antartika.

Bentuk Fisik Ular

Ular death adder memiliki bentuk kepala yang rata dan berbentuk segitiga lebar dengan struktur tubuh yang tebal dan perut berwarna merah, cokelat, hitam, abu-abu, krem dan merah muda.

Ular ini bisa mencapai panjang tubuh maksimum 70 hingga 100 cm atau setara dengan dua sampai tiga kaki.

Mereka memiliki taring terpanjang dibanding ular manapun di Australia, sangat berbeda dengan spesies Adder lain yang ditemuka di Eropa yakni Vipera Berus.

Baca Juga: Rok Paskibraka Putri Jadi Simbol Keberagaman, Lihat Foto-foto Aksi Pengibar Sang Saka Nan Apik

Vipera Berus merupakan jenis keturunan dari ular Elapidae dan bukan dari Viperidae yang tidak akan ditemukan di Australia.

Ular death adder bisa ditemukan di bagian timur dan pesisir selatan Australia.

Sehingga daerah yang harus diwaspadai sebagai habitat death adder adalah Queensland, New South Wales, Victoria dan Australia Selatan.

Ular ini cukup langka di wilayar utara dan barat Australia, namun dapat ditemui di Pulau Papua.

Kebanyakan korban kematian manusia ditemukan di hutan, padang rumput dan pantai timur Australia.

Ular satu ini sangat pintar berkamuflase karena warna di tubuhnya, sehingga bisa bersembunyi di bawah daun lepas, puing-puing di hutan, semak-semak, dan padang rumput.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest