Dipaksa Ikut Tes Polisi, Kondisi Bharada E Bikin Cemas Usai Ngaku Baru Pertama Kali Tembak Orang Sampai Meninggal, Foto Terkininya Disorot

Senin, 12 September 2022 | 09:06
Polri TV

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sempat dipaksa tes polisi.

Fotokita.net - Bharada Richard Eliezer atau Bharada E menjadi saksi kunci dalam peristiwa penembakan ajudan Irjen Ferdy Sambo, Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Bharada E sekaligus ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J.

Sebelum menjadi tersangka, Bharada E ternyata sempat dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti tes kepolisian. Richard rupanya nyaris putus asa cita-cita merintis karir di Polri sudah berada di ujung tanduk.

Berhasil lolos tes kepolisian, Richard akhirnya dinyatakan memenuhi kualifikasi untuk bekerja untuk jenderal bintang dua, Ferdy Sambo. Namun, saat ini kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak orang sampai meninggal dunia. Foto terkininya disorot.

PengacaraBripka Ricky Rizal, Erman Umar, membenarkan bahwa kliennya menyaksikan langsung ketikaBharada EmenembakBrigadir J. Bripka Ricky Rizal adalah ajudan Irjen Ferdy Sambo yang ikut ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J.

Bripka Ricky kabarnya menolak perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J. Karena itu, eks Kadiv Propam kemudian memerintahkan Bharada E mengeksekusi ajudan yang paling diandalkan Putri Candrawathi.

Pada awal kesaksian, Bripka Rickymengaku bersembunyi di balik kulkas dan tidak melihat adanya penembakan. "Masalah penembakan itu saudara RR memang melihat pada saat saudara Richard menembak," ujar Erman dilansir dari KompasTV pada Kamis (8/9/2022).

Namun, saat Bharada E melakukan penembakan itu,Bripka Ricky sempat meninggalkan TKP. Ia mengaku mendengar ada panggilan dari Handy Talky miliknya dan keluar untuk melakukan pengecekan.

Bripka Ricky langsung kembali saat Brigadir Romer yang melakukan panggilan tersebut tak kelihatan di sekitar lokasi. "Kemudian ada masa, ada jeda masuk ke HT-nya setelah beberapa kali tembak, dia tidak tahu persis berapa kali," kata Erman.

Baca Juga: Tembak Brigadir J dengan Mata Terpejam, Pengakuan Bharada E Soal Aksi Ferdy Sambo di TKP Terbukti Jujur, Foto Sosoknya Dapat Dukungan

Tribunjambi

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sempat dipaksa tes polisi.

"Ada masuk ke HT-nya, dia berbalik arah ke luar melihat siapa yang menelepon, ternyata teman ajudan yang lain yang bernama Romer. Ternyata Romer enggak muncul mukanya, mungkin masih agak di tikungan di tembok, akhirnya dia (Ricky) balik lagi," papar pengacara Bripka Ricky.

Ketika kembali ke ruangan tempatBrigadir Jdibunuh,Bripka Ricky melihat bahwa penembakan sudah selesai dilakukan. Brigadir J ditemukannya sudah tersungkur di lantai dengan darah yang menggenang.

Kemudian, ia melihatFerdy Sambo menembaki dinding guna menciptakan skenario tembak-menembak. "Memang di samping dapur itu ada lemari es yang tinggi, sehingga pada saat dia berbalik, yang dia lihat si Richard sudah selesai," urai Erman. "Tapi dia juga melihat Pak Sambo tembak-tembak dinding."

Bharada E tentu tak menyangka karirnya di kepolisian berubah menjadi malapetaka. Dia tak punya gambaran bakal menjadi tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan berencana seniornya.

Pengacara Bharada E, Ronny Talapessy, sempat mengatakan bahwa Richard masih memilikihasrat untuk meneruskan karirnya di satuan Brimob, salah satu unit khusus yang diisi orang-orang pilihan di kepolisian. Bharada E memang menjadi lulusan terbaik saat mengikuti tes polisi. Dia juga berhasil masuk Brimob dengan nilai tertinggi di antara peserta lainnya.

"Saya brimob, saya lulusan Brimob, rumah saya lahir dan besar di Brimob, Brimob itu rumah saya. Jika saya diizinkan, saya masih ingin berkarir di Brimob," kata Ronny meniru pernyataanBharada E yang disampaikan kepada wartawan pada Minggu (14/8/2022).

Bharada E memohon kepada Ronny Talapessy agar membelanya. Dia mengaku ingin sekali berkembang di Korps Bhayangkara. "Makanya saya ingin dibela semaksimal mungkin, ngomongnya gitu ke saya," ujar Ronny.

Ronny menilai Bharada E masih muda dan memiliki banyak peluanguntuk masa depannya. Bukan hanya untuk berkembang di karir tapi untuk berbakti kepada keluarganya. "Dia masih muda, harapan orangtua pengen melanjutkan hidup, pengen berkeluarga, kalau bisa pengen berkarir di kepolisian," urai Ronny.

Baca Juga: Seniornya Bilang Penakut, Pengakuan Jujur Bharada E Bikin Ferdy Sambo Buru-buru Lakukan Ini, Foto Tersangka Kasus Brigadir J Dibahas

Polri TV

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sempat dipaksa tes polisi.

Bagi Richard masuk kepolisian bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan.Richard Eliezer menunjukkan kegigihannya agar bisa diterima di satuan Brimob. Sekalipun memiliki pangkat paling rendah di jajaran Polri, Bhayangkara Dua atau Bharada, karir Richard bukan didapatkan dengan cara yang mudah.Ia baru lolos pada seleksi ketiga di tahun 2019.

Cerita perjuangan Richard Eliezer dikisahkan kembali oleh pamannya,Roycke Pudihang. Mulanya, Richard justru ikut tes penerimaan prajurit TNI AL selulusnya ia dari SMA Negeri 10 Manado tahun 2016. Sebab, ketika itu seleksi Bintara Polri sudah keburu dimulai sebelum Richard lulus sekolah, yakni awal 2016.

Sayangnya, Richard belum berjodoh dengan TNI Angkatan Laut. Ia gagal dalam tes, tapi belum putus harapan. Ia bersiap dan berlatih untuk menghadapi tes di tahun berikutnya.

Polri TV

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sempat dipaksa tes polisi.

Bharada E yang sejak sekolah sering mengikuti kegiatan pecinta alam juga mengembangkan kemampuan fisiknya lewat olahraga panjat tebing. Dia terus berlatih sampai menjadi atlet panjat tebing sambil membantu orang tuanya bekerja mengangkut barang. Seperti dikutip dari pemberitaan Kumparan plus, ayah Richard bekerja sebagai sopir truk.

“Richard sama sekali tak mau melihat orang tuanya susah. Makanya, sesibuk apa pun anak ini… dia tetap berusaha membantu orang tuanya angkat-angkat barang. Benar-benar anak yang manis,” cerita Roycke seperti dikutip dari kumparan. Matanya berkaca-kaca menahan tangis saat dijumpai wartawan Manado Bicirita.

Roycke mengisahkan, Richard sejak kecil sebenarnya ingin jadi pelaut. Oleh karena itu dia pernah bersekolah di SMK Polaris Bitung yang terkenal mencetak para pelaut andal di Sulawesi Utara. Sayangnya, biaya di SMK Polaris cukup tinggi.

“Anak ini tak mau membebani orang tuanya. Jadi, atas kesadaran sendiri, dia minta [pindah] sekolah saja di SMAN 10 Manado. Benar-benar tak mau buat susah orang tuanya.”

Tahun 2017, Richard ikut tes Bintara Polri. Namun, ia gagal di tahap akhir. Ketika itu, Richard sangat kecewa. Namun, tak lama kemudian ia sudah sibuk lagi dengan aktivitasnya sebagai atlet panjat tebing Kota Manado.

Berikutnya, tahun 2018, Richard kembali ikut tes Bintara Polri. Lagi-lagi ia gugur. Kali itu di tes kesehatan. Richard sadar tubuhnya tak fit lantaran sehari sebelum tes kesehatan, ia ikut lomba panjat tebing dan kurang istirahat.

Baca Juga: Hasil Lie Detector Bripka Ricky Jujur, Bharada E Marah Seniornya Ngeles Begini, Foto Adegan Rekonstruksi Disinggung

Istimewa

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sepat dipaksa tes polisi.

Semangat Richard meluntur usaidua kali gagal tes Bintara Polri. Terlebih lagi, profesinya sebagai atlet panjat tebing sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Ia bahkan bisa bekerja sebagai pemandu wisata dan karyawan swasta di waktu luang.

Sekalipun begitu, orangtua terus memaksaBharada E ikut seleksi Bintara Polri untuk yang ketiga kalinya. Namun, ada satu masalah. umur Richard saat itu sudah lewat batas maksimal persyaratan bintara. Panitia pun menyarankannya untuk mengikuti tes tamtama.

Richard galau. Saat itu, rekan-rekan kerja setimnya tahu betul bahwa Richard sudah berkali-kali ikut tes menjadi anggota Polri. Sampai akhirnya Richard dipanggil atasannya yang menyarankan dia untuk tetap mengikuti tes tamtama.

Sang atasan berkata, ia akan menerima Richard kembali bila Richard tak lulus tes tamtama. Richard pun menurut. Roycke ingat, Richard sering digoda saat hendak tes gara-gara ia selalu mengenakan baju putih hitam setiap kali berangkat.

“Ditanya [bercanda], ‘Mau tes kerja di Indomaret, ya?’ Waktu itu dia hanya senyum dan bilang ‘Iya,’” ujar Roycke.

Di awal tes tamtama, Richard tak terlalu antusias seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada pertengahan tes, ia mendapat nasihat yang membuatnya kembali semangat.

Seseorang berkata pada Richard bahwa orang beruang akan kalah dengan orang berprestasi; orang berprestasi akan kalah dengan orang yang mujur; dan orang yang mujur akan kalah dengan orang yang tidak berhenti berusaha dan menaruh harapan kepada Tuhan. “Dia lolos tes dengan peringkat nomor satu,” kata Roycke.

Richard Eliezer menjadi satu dari enam tamtama dengan nilai terbaik di angkatan 2019. Berikutnya, ia mengikuti pendidikan di Brimob Watukosek tahun 2019. Lulus dari Watukosek, Richard sempat akan masuk ke Korps Kepolisian Air dan Udara (Polairud).

Dia menimbang latar belakangnya sebagai pemanjat tebing dan pemandu wisata akan cocok dengan tugasnya di Korps Polairud. Namun, karena nilai Richard paling tinggi, ia akhirnya masuk ke Korps Brimob.

Saat menjalani rekonstruksipembunuhan Brigadir J, Bharada E disebutsempat jengkel dan kecewa. Dia menuding tersangka lain tidak memerankan reka adegan sesuai kenyataan. Rekonstruksi itu dilakukan di TKP rumah dinas eks Kadiv Propam Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga: 'Kalau Itu Terjadi Nekat Banget' Pelindung Bharada E Sentil Hubungan Unik Putri Candrawathi dan Brigadir J Selama Ini, Foto Sosoknya Jadi Sorotan

Istimewa

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sepat dipaksa tes polisi.

Namun mantan ajudanFerdy Samboitu pun tetap konsisten melakukan rekonstruksi sesuai dengan pengakuan awalnya. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo Suroyo.

Ketika melakukan reka ulang,Bharada E sempat merasa emosional karena merasa tersangka lain tidak memberi keterangan secara jujur. Namun belum jelas siapa tersangka yang di maksud di antara Ferdy Sambo, istrinya Putri Candrawathi, ajudan Bripka Ricky Rizal dan ART Kuat Maruf.

"Memang ada sedikit situasi yang membuatBharada E ini agak emosional dalam proses rekonstruksi itu, saya tidak ingat itu yang di mana," terang Hasto dikutip kanal YouTube tvOneNews, Kamis (1/9/2022). "Tetapi yang dijelaskan bahwa kenapa tersangka yang lain ini dianggap oleh Bharada Etidak menceritakan yang sesungguhnya.Itu yang membuat dia jengkel."

Menurut Hasto,Bharada E tetap kuat menjalankan perannya sebagai justice collaborator. Ia konsisten dengan pengakuannya, dan dapat dengan lancar melakukan rekonstruksi adegan hingga rampung.

"Pada waktu istirahat kami tanya lagi bagaimana, dia sudah bisa menenangkan diri," ujar Hasto. "Bahkan kami tawarkan sekali lagi apabila diperlukan psikolog untuk memberikan penguatan, yang bersangkutan menyatakan tidak. Jadi kami berkesimpulan bahwaBharada E masih on the track, tetap pada keterangan yang diberikan."

Meskipun begitu, psikologisBharada E tetap terpengaruh akibat kejadian tersebut. Ia pun disebut sempat merasakan trauma hingga kini harus didampingi psikiater.

"Tentu saja secara psikologis sedikit banyak peristiwa itu mempengaruhi kondisiBharada E sebagai pelaku penembakan," ujar Hasto. "Apalagi menurutBharada E dia baru pertama kali itu menembak seseorang yang kemudian meninggal dunia."

Pengacara Ronny Talapessy mengatakanBharada Emasih membutuhkan pendampingan psikologis. Menurut dia, hal itu dilakukan karena Bharada E mengalami trauma hingga sekarang terkait peristiwa berdarah di Duren Tiga, Jakarta Selatan. "Kami kemarin melakukan asesmen psikolog juga. Terus ada tahapan dia juga diterapi. Kami lihat masih ada trauma," ujar Ronny kepada wartawan pada Minggu (11/9/2022).

Ronny menjelaskan proses asesmen psikologis Bharada E pun terus mengalami peningkatan. Sebab, dia mengatakan kliennya tersebut mendapat kesempatan pendampingan psikolog guna menangani trauma pascapembunuhan Brigadir J.

"Terapinya itu satu setengah jam. Terapi soal trauma," jelasnya. Selain itu, Ronny mengatakan kondisi Bharada E kini lebih banyak merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan di dalam penjara.Menurutnya, Bharada E aktif menjalani segala kegiatan kerohanian. "Sekarang posisinya lebih mendekat kepada Tuhan. Dia banyak berdoa," imbuhnya.

Baca Juga: Blak-blakan! Pengacara Bharada E Sebut Deolipa Yumara Sebar Hoaks Soal Telepon Pacar Richard Eliezer, Foto Sosoknya Muncul

Polri TV

Kondisi Bharada E bikin cemas usai mengaku baru pertama kali menembak seseorang sampai meninggal dunia. Dia sepat dipaksa tes polisi.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya