Utang Indonesia Makin Numpuk, Ustaz Yusuf Mansur Beli Bank Milik Hari Tanoe, Ternyata Modalnya Dari Sini

Rabu, 23 Juni 2021 | 10:12
Istimewa

Ustaz Yusuf Mansur melakukan aksi pembelian saham bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo.

Fotokita.net - Pandemi yang sudah hampir 1,5 tahun berjalan membuat utang Indonesia makin menumpuk. Terbaru, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menarik utang baru dari Bank Dunia. Saat ekonomi terpuruk, Ustaz Yusuf Mansur membeli bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo. Ternyata modalnya dari sini.

Keputusan Presiden Jokowi menarik utang baru dari Bank Dunia menuai sorotan. Pada 10 Juni 2021, Bank Dunia juga sudah menyetujui utang baru yang diajukan pemerintah Indonesia sebesar 400 juta dollar AS.

Kini, Bank Dunia baru saja menyetujui pinjaman baru sebesar 500 juta dollar AS yang diajukan pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Habib Rizieq Sebut Staf Khusus Jokowi Terlibat Penembakan 6 Laskar FPI, Sunan Kalijaga Buru-buru Minta Rahasiakan Hal Ini

Sehingga total utang baru yang ditarik Indonesia selama Juni 2021, yakni sudah mencapai sebesar 900 juta dollar AS atau setara dengan Rp 13,04 triliun (kurs Rp 14.480).

Pada tahun 2020, Jokowi sudah mengajukan utangsebesar US$300 juta atau setara Rp4,95 triliun (berdasarkan kurs Rp16.500 per dolar AS) kepada Bank Dunia. Pinjaman itu disetujui di tengah penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19.

Pada awal 2021Indonesia kembali mendapat pinjaman sebesar US$ 500 juta atau setara Rp 7,05 triliun (kurs Rp 14.100) dari Bank Dunia.

Dengan demikian, selama pandemi berlangsung, Jokowi sudah berutang Rp 25 triliun ke Bank Dunia.

Baca Juga: Meninggal Mendadak Karena Jantung, Ini Alasan Ayah Ria Ricis Dimakamkan di Pesantren Ustaz Yusuf Mansur

Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah bertambah Rp 1.257 triliun selama tahun 2020. Saat ini, total utang pemerintah tembus Rp 6.074,56 triliun. Hal ini tertuang dalam dokumen APBN KiTa yang diterbitkan Kementerian Keuangan.

Mengutip data APBN KiTa, Senin (18/1/2021), total utang yang mencapai Rp 6.074,56 triliun itu merupakan posisi Desember 2020. Sementara posisi akhir Januari sebesar Rp 4.817,5 triliun. Dengan begitu utang pemerintah bertambah Rp 1.257 triliun di tahun 2020.

Total utang pemerintah yang mencapai Rp 6.074,56 triliun ini jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya terjadi peningkatan Rp 136,92 triliun dari posisi Rp 5.910,64 triliun. Dengan begitu, maka rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,68%.

Baca Juga: Pantas Terpilih Jadi Kepala BNPB, Ganip Warsito Tak Sungkan Turun Tangan Saat Kunjungan Jokowi

Utang pemerintah ini terdiri dari pinjaman dan surat berharga negara (SBN). Untuk yang berasal dari pinjaman totalnya Rp 852,91 triliun dan yang berasal dari SBN sebesar Rp 5.221,65 triliun.

Jika dilihat lebih rinci lagi, untuk pinjaman yang mencapai Rp 852,91 triliun terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 11,97 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 940,94 triliun. Pinjaman luar negeri sendiri terdiri dari bilateral Rp 333,76 triliun, multilateral Ro 464,21 triliun, commercial banks Rp 42,97 triliun, dan suppliers nihil.

Baca Juga: Profil Suparman Nyompa, Hakim yang Ringankan Hukuman Habib Rizieq, Ternyata Pemilik Pesantren

Tribunnewscom

Presiden Joko Widodo saat akan berpidato. Selama pandemi Jokowi utang Rp 25 triliun ke Bank Dunia.

Sedangkan yang berasal dari SBN mencapai Rp 5.221,65 triliun, terdiri dari SBN domestik sebesar Rp 4.025.62 triliun dan SBN dalam denominasi valuta asing (valas) sebesar Rp 1.196,03 triliun.

Keputusan Jokowi menarik utang senilai total Rp 25 triliun dari Bank Dunia selama pandemi Covid-19 itu tentu menuai sorotan.Lantas, tepatkah keputusan penarikan utang baru tersebut?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, kebijakan penarikan utang baru itu tidak tepat.

Menurutnya, ketimbang menambah utang baru, justru yang harusnya dilakukan adalah mengajukan fasilitas penghapusan pokok pinjaman atau keringanan bunga pinjaman kepada kreditur seperti Bank Dunia.

Baca Juga: Tak Kapok Disentil Erick Thohir, Ahok Bongkar Fasilitas Mewah Bos-bos Pertamina Hingga Bikin Panas Telinga

"Iya jelas kurang pas. Penambahan utang sebaiknya dilakukan secara hati-hati," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (19/6/2021) siang.

Penambahan utang, ujarnya, memiliki implikasi, terlebih dalam kurs asing terhadap beban bunga dan pokok yang harus dibayar. Pada saat ini, beban bunga utang diperkirakan naik menjadi Rp 373 triliun per tahun atau setara 25 persen penerimaan pajak.

"Apalagi proyeksi Rupiah melemah akibat taper tantrum maka beban bunga utang pinjaman luar negeri akan naik signifikan," jelas dia.

Baca Juga: Malas Bersihkan 7 Barang Dapur Ini Setiap Hari, Nyawa Seisi Rumah Jadi Taruhannya

Setkab/Agus Suparto

Presiden Joko Widodo bertemu Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (26/7/2017). Selama pandemi Jokowi utang Rp 25 triliun ke Bank Dunia.

Bhima menuturkan, IMF dan Bank Dunia berkomitmen mengurangi beban utang negara-negara yang terdampak pandemi Covid-19.

Komitmen itupun juga telah didukung pernyataan Sekjen PBB Antonio Guterres yang meminta kepada para kreditur agar utang negara berpendapatan menengah untuk ditunda pembayarannya hingga 2022.

Dikatakan Bhima, Indonesia saat ini juga turun kelas dari negara berpendapatan menengah atas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah karena pandemi.

Baca Juga: Cara Mudah Membuat Media Tanam Aglonema, Tanaman Hias Cepat Bertunas

"Karena turun kelas (downgrade) maka Indonesia masuk dalam kategori negara yang pembayaran utangnya bisa ditunda," kata dia.

"Langkah ini bisa dimulai dengan membuka renegosiasi utang mirip seperti Paris Club atau skenario debt swap. Debt swap yakni menukar utang yang ada dengan program misalnya dengan Jerman soal pendidikan dan Italia soal rekonstruksi pasca-bencana tsunami Aceh," imbuh Bhima.

Menurut Bhima, pandemi Covid-19 merupakan sebuah bencana yang seharusnya menjadi kesempatan untuk mengurangi beban utang, bukan sebaliknya.

Baca Juga: Pamer Foto Seksi Sebelum Pandemi, Pedangdut Ini Mantap Berhijab Hingga Banting Stir Jadi Petani

Nah, saat ekonomi Indonesia turun kelas, Ustaz Yusuf Mansur melakukan aksi pembelian saham bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo. Dengan menggalang dana dari kolega dan konsorsiumnya,Ustaz Yusuf Mansur baru saja membeli 250 juta saham PT Bank MNC Internasional Tbk.

Ustaz Yusuf Mansur menjelaskan membeli 250 juta saham perseroan dari Windly Ltd, perusahaan afiliasi PT MNC Kapital Indonesia Tbk. Totalnya dia mengeluarkan Rp 80 miliar untuk transaksi pembelian saham ini. Dengan rincian harga per sahamnya berada di level Rp 322.

Saat ditanya latar belakang aksi pembelian saham bank MNC itu, Ustaz Yusuf Mansur menjelaskan dengan gamblang.Salah satu alasannya karena perusahaan berada di dalam lingkup MNC Grup.

Baca Juga: Fakta Pendangdut Seksi yang Kini Hijrah Hingga Kerja Keras di Tengah Sawah, Makin Nyaman Pakai Hijab

Ustaz Yusuf Mansur mengatakan ekosistem MNC Grup terbilang cukup menarik. Ekosistem grup itu berisi deretan artis ternama hingga yang baru terjun ke dunia hiburan.

"MNC Grup ini dahsyat, berisi barisan selebriti ada di sana. Barisan artis-artis papan atas, menengah, bawah, ada di sana," ucap Ustaz Yusuf Mansur dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (22/6/2021).

Selain itu, bisnis MNC Grup sendiri juga beragam. Selain ada hiburan, MNC Grup juga memiliki bisnis di sektor media atau pemberitaan.

Baca Juga: Difoto Tanpa Baju, Suami Siti Badriah Bikin Para Wanita Elus Dada: Ada yang Menonjol

Istimewa

Ustaz Yusuf Mansur melakukan aksi pembelian saham bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo.

Dia menjelaskan pembelian saham ini dilakukan dengan tujuan memperluas jasa perbankan ke masyarakat. Apalagi BABP menurutnya sudah mengeluarkan produk bank digital, produk ini dinilainya akan lebih mudah digunakan masyarakat.

"Bismillah, walhamdulillah, saya ingin supaya masyarakat luas benar-benar mudah nanti memakai jasa perbankan, yang udah digital," ungkap Yusuf Mansur.

"Jadi mendukung untuk campaign, edukasi gitu ya terkait layanan perbankan digital motion banking," ujar Ustaz Yusuf Mansur.

Lalu, Bank MNC Internasional yang sudah mendapatkan izin menjadi bank digital juga menarik perhatian konsorsium Yusuf. Hal ini akan memudahkan masyarakat membuka rekening di Bank MNC Internasional.

Baca Juga: Menteri Jokowi Terapkan PPKM Mikro, Negara Tetangga Indonesia Lockdown Total, Pemerintahnya Siapkan Dana Rp 138 Triliun

"Hebat sekali membuat satu Indonesia tidak ada halangan lagi menjadi nasabah. Seluruh layanan terhubung ke Dukcapil, tidak ada verifikasi lewat telepon atau WhatsApp," jelas Ustaz Yusuf Mansur.

"Memang bank digital ini dibutuhkan buat Indonesia ke depan. Zamannya juga, trennya ke sana. Supaya menyeluruh satu negeri, nggak ada yang nggak punya akun bank, semuanya punya sebab makin mudah," papar Yusuf Mansur.

Itu sebabnya, Ustaz Yusuf Mansurmenargetkan ada tambahan nasabah menjadi 30 juta di Bank MNC Internasional. Ia optimistis ada peluang yang cukup positif di perusahaan tersebut.

Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Tersangka Penipuan Uang Sumbangan Umat, Begini Fakta Sebenarnya

Istimewa

Ustaz Yusuf Mansur melakukan aksi pembelian saham bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo.

Makanya, Yusuf berencana menambah porsi saham (top up) konsorsiumnya di Bank MNC Internasional. Namun, ia tak menjelaskan rinci jumlah saham yang akan ia beli selanjutnya.

"Nanti malam mau top up, yakin saya, Insya Allah. Soal top up berapa ya nanti tunggu rezeki ya, doain ya," pungkas Ustaz Yusuf Mansur.

Di sisi lain, dalam keterbukaan informasi Bank MNC Internasionaldi Bursa Efek Indonesia, lewat pembelian saham ini kedua belah pihak menyepakati komitmen promosi layanan MotionBanking, bank digital keluaran MNC Bank.

Baca Juga: Tampil Lucu Depan Kamera, Cak Lontong Dibikin Emosi Aldi Taher, Raffi Ahmad Dibawa-bawa

Ustaz Yusuf Mansur akan mempromosikan pembukaan rekening MotionBanking kepada jaringan yang dikelolanya, perkiraannya mencapai total 10 juta orang.

Jaringan yang dimaksud adalah rumah tahfizh se-Indonesia dan mancanegara yang menjangkau Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Turki, hingga Mesir. Kemudian, jaringan Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an se-Indonesia, di mana sekarang sudah mencapai 48 cabang. Ada juga jaringan Paytren dan Treninet.

Baca Juga: Ibunda Indah Permatasari Dibikin Gigit Jari, Sultan Makassar Ini Lamar Calon Istri dengan Uang Panaik Rp 1 Miliar

Istimewa

Ustaz Yusuf Mansur melakukan aksi pembelian saham bank milik pengusaha kondang Hary Tanoesoedibjo.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya