Aksi Blusukan Malah Bikin Tunawisma Tambah Banyak, Mensos Risma Diminta Lakukan Ini Agar Tak Dituding Pencitraan

Rabu, 06 Januari 2021 | 15:46
dok. Tribunnews.com

Tunawisma yang ditemui Mensos Tri Rismaharini.

Fotokita.net - Aksi blusukan malah bikin tunawisma tambah banyak, Mensos Risma diminta lakukan ini agar tak dituding pencitraan.

Aksi blusukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini jadi perbincangan publik akhir-akhir ini.

Tak tanggung-tanggung, turut Risma menawarkan rumah ke tunawisma saat Risma blusukan ke beberapa lokasi.

Baca Juga: Diperingati Jangan Gatal Lihat Taman Tak Rapi, Risma Malah Bikin Anak Buah Anies Meradang Usai Blusukan di Tempat Ini

Hari pertama berdinas, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini blusukan, pada Senin (28/12/2020).

Diketahui, Tri Rismaharini blusukan dan menemui seorang pemulung di sekitar kawasan aliran Sungai Ciliwung, tepat di belakang Kantor Kementerian Sosial (Kemensos).

Saat itu Tri Rismaharini atau akrab disapa Risma berbincang dengan pemulung yang ketika itu tengah membawa gerobak bersama istrinya.

Baca Juga: Nama Anak Jokowi Disebut dalam Laporan Korupsi Bansos, Ini Strategi Baru Risma untuk Salurkan Bantuan Tahun 2021

Sejak blusukan Risma ramai diperbincangkan publik, kini tunawisma di Jakarta Pusat mulai marak ditemui, Rabu (6/1/2020).

Setelah aksi blusukan Mensos Risma blusukan menemui tunawisma di beberapa ruas jalan di Jakarta, beberapa tunawisma mulai marak terlihat di jalanan Ibu Kota.

Pantauan Wartakotalive.com, di Jalan Salemba hingga jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, beberapa gerobak berhenti di pinggir jalan.

Ada pula tunawisma yang hanya duduk sambil membawa karung.

Meski tidak bergerombol, para tunawisma muda ditemukan di sejumlah ruas jalan tersebut.

Beberapa dari mereka ada membawa gerobak dengan muatan kardus-kardus di dalam gerobak itu.

Tak hanya di ruas jalan Kramat Raya dan Salemba, para tunawisma juga terlihat di sekitar Gereja Katedral, Sawah Besar.

Baca Juga: Terus Tebar Bahagia Karena Jagoannya Menang Pilkada Surabaya, Ternyata Risma Incar Jabatan Ini Usai Turun dari Kursi Wali Kota

Ada sekitaran lima orang tunawisma yang duduk di trotoar, ada beberapa dari mereka juga membawa gerobak.

Menyikapi hal itu, Kepala Suku Dinas Sosial (Kasudinsos) Jakarta Pusat, Ngapuli Parangin-angin tak menampik soal keberadaan tunawisma di Jakarta Pusat.

Ia bahkan membenarkan jika kini fenomena tunawisma di Jakarta Pusat mulai marak beberapa akhir minggu ini.

Baca Juga: Nilai Korupsi Bansos Covid-19 Diduga Jauh Lebih Besar, Nama Anak Jokowi Ikut Disebut dalam Laporan Ini, Ada Jatah Buat Anak Pak Lurah?

"Kita tidak tahu ada apa ini, tiba-tiba banyak kan. Jadi tanda tanya juga. Jadi pertanyaan juga," ungkapnya Ngapuli Parangin-angin, Rabu (6/1/2021).

Ngapuli tak bisa menuding maraknya fenomena tunawisma, dampak dari blusukan Mensos Risma.

Apalagi dalam blusukan itu Risma menjanjikan tempat penampungan bagi para tunawisma.

"Ini agak curiga apakah informasi seperti itu orang yang dari luar Jakarta pada datang ke Jakarta sama kayak Lebaran," katanya.

Baca Juga: Ikuti Perintah Megawati, Begini Nasib Bansos Covid-19 Usai Risma Ditunjuk Jadi Menteri Sosial

Meski begitu, Sudin Sosial Jakarta Pusat kini tengah berkoordinasi dengan Satpol PP.

Koordinasi itu untuk melakukan penyisiran wilayah secara rutin.

Bahkan tadi malam pihaknya juga melakukan penjangkauan terhadap 29 Tunawisma.

Baca Juga: Dilarang Rangkap Jabatan Karena Undang-undang, Mensos Risma Malah Minta Staf Barunya Lakukan Ini: Nggak Usah Sungkan Sama Saya

TRIBUNNEWS.com/TAUFIK ISMAIL

Hari pertama berdinas sebagai Menteri Sosial, Tri Rismahirini alias Risma menemui seorang pemulung di kawasan aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial.

Ngapuli, tak dapat memastikan apakah para Tunawisma tersbeut datang dari luar Jakarta atau telah dikoordinir oleh oknum.

Saat ini pihaknya masih melakukan assesment kepada para Tunawisma yang sempat dijangkau tadi malam.

"Saya ngak berani ngomong sebelum lakukan assesment. Karena kita masih telusuri nanti hasil assesmentnya pasti ke baca, kenapa mereka dan ada apa. Saat ini belum bisa simpulkan," ucapnya.

Baca Juga: Tancap Gas Datang ke Jakarta Lewat Darat, Risma Malah Dapat Peringatan dari Sosok Ini: Jangan Gatel Lihat Taman Nggak Rapi

Sementara itu, kata kunci"Bu Risma" menjadi topik pembicaraan dan trending di Twitter Indonesia pada Rabu (6/1/2021).

Setidaknya hingga Rabu siang pukul 14.00 WIB, sudah ada lebih dari 13,8 ribu cuitan yang menggunakan "Bu Risma" dalam unggahannya.

Pembicaraan ini ternyata membahas soal pro-kontra blusukan yang dilakukan mantan Wali Kota Surabaya dua periode, Tri Rismaharini, yang kini menjabat sebagai Menteri Sosial.

Diketahui, semenjak dilantik menjadi menteri kabinet, Risma memang sudah beberapa kali melakukan blusukan di seputar wilayah DKI Jakarta.

Baca Juga: Kerap Blak-blakan Serang Pemerintah, Ternyata Ini Alasan Ustaz Abdul Somad dan Rocky Gerung Tak Ditangkap

Dituding berlebihan

Namun, Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono menilai aksi blusukan yang dilakukan oleh Risma sebagai sesuatu yang berlebihan.

"Jangan lebay aja, dikemas berlebihan norak jadinya. Yang dilakukan bu Risma termasuk kategori berlebihan," ujar Mujiyono saat dihubungi, Selasa (5/1/2021).

Sementara itu Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto membela blusukan yang dilakukan kader partainya itu.

Baca Juga: Blak-blakan Kritik Partai Komunis Hingga Hilang Tanpa Jejak, Ini Janji Bos Alibaba Jack Ma Pada Jokowi yang Belum Tuntas

Menurut Hasto blusukan yang dilakukan Risma menunjukkan kepemimpinan yang merakyat.

"Bu Risma juga kan belum lama dilantik, jadi karakter kepemimpinan Bu Risma setiap kunjungan ke daerah itu turun dan menyapa rakyat khususnya mereka yang miskin yang terpinggirkan yang diperlakukan tidak adil," kata Hasto.

Baca Juga: Ternyata Sudah 2 Bulan Lenyap, Foto Pemilik Harta Rp 861 Triliun Ini Juga Hilang di Situs Web Perusahaan Sendiri, Kronologinya Bikin Ngeri

Kata warganet

Selain itu, netizen pun ramai membicarakannya di lini masa media sosial, ada yang pro,ada juga kontra.

Tanggapan pro Risma salah satunya ditunjukkan oleh akun @matheo_ardhitio.

"Baru jg 2 minggu udah dinyinyirin harusnya seluruh Indonesia. Tp kalau pun kmrn BU Risma langsung ninjau perbatasan, NTT, atau Papua, pasti dinynyirin lg: baru menjabat udah keliling jalan2. Emang sih sebagian org itu cm bs melihat keburukan," tulis dia.

Sementara salah satu tanggapan bernilai kontra disampaikan oleh akun @sihezan.

"Mungkin Bu Risma masih terbawa ritme waktu masih jadi walikota yang keliling kota dan bagi bagi nasi kotak. Sementara sekarang udah jadi menteri yang skalanya nasional. Biarlah yang keliling kota itu walikota atau gubernur biar lahan pencitraannya jangan dimakan juga," tulisnya.

Baca Juga: Berjumpa Saat Masih Jadi Wali Kota Solo, Jokowi Akhirnya Lakukan Permintaan Gus Dur 12 Tahun Lalu, Apa Itu?

Gaya kepemimpinan

Pakar politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai apa yang dilakukan Risma sebagai sesuatu yang memang sesuai dengan gaya kepemimpinannya selama ini.

Adi menolak jika Risma sedang melakukan pencitraan di DKI Jakarta dengan aksi blusukannya itu.

"Harus dipahami style Bu Risma dari Surabaya memang blusukan, jadi kalau sekarang blusukan ya saya kira itu bawaan dari kepemimpinan Bu Risma," sebut Adi saat dihubungi via telepon, Rabu (6/1/2021).

Baca Juga: Kabar Gembira Mulai Cair 4 Januari 2021, Ini Besaran 3 Bansos Pemerintah, Buruan Cek Nama di dtks.kemensos.go.id

Namun, Adi yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menilai jika ada sangkaan pencitraan terhadap aksi blusukan politisi adalah hal yang wajar.

Hal itu dikarenakan selama ini banyak tokoh politik atau pejabat publik yang melakukan hal yang sama, namun tidak muncul hasil konkret atas aksi blusukannya itu.

"Karena sering kali hanya sesaat, di blow up di media, setelah itu tidak ada orang yang membicarakannya lagi," ungkap Adi.

Baca Juga: Jadi Idola Usai Menangkan Jokowi di Pilpres 2014, Mantan Ketua MK Sebut FPI Bukan Organisasi Terlarang Seperti PKI Hingga Maklumat Kapolri Dinilai Salah

Magnet publik

Di sisi lain, ia juga menganggap sosok Mensos yang satu ini memang sudah lama menjadi magnet di masyarakat.

Banyak hal yang ia kerjakan mampu menarik perhatian baik media maupun publik.

"Terlepas dari apapun Bu Risma memang sudah terlanjur menjadi pembicaraan," sebut Adi.

Saat Risma menjabat Wali Kota Surabaya, ia pernah marah dan menangis saat Taman Bungkul rusak pasca digelarnya sebuah even produk.

Baca Juga: Terekam Jelas di Kamera CCTV, Ini Alasan Polisi Diam Saja Saat Karyawan Hotel Dipukuli 7 Tamu Mabuk

Risma juga tampil di barisan depan memperbaiki jalan di sekitar Gubeng yang amblas beberapa waktu lalu, padahal kondisinya tengah sakit dan duduk di atas kursi roda.

Di momentum lain, Risma yang bersujud di hadapan sejumlah dokter saat kasus Covid-19 di Surabaya melonjak juga viral.

Agar tidak disebut pencitraan

Adi menyebut ada beberapa hal kunci yang bisa menjadikan aksi-aksi para pejabat atau politisi, termasuk Risma, tidak lagi disebut pencitraan.

Baca Juga: Kerap Bilang Siap Jadi Orang Pertama yang Disuntik, Sosok Ini Terkejut Jokowi Tak Masuk Daftar Penerima Vaksin Covid-19 Tahap Satu, Ada Apa?

Melakukan aksi yang terukur

Menurut Adi, ketika pejabat melakukan blusukan harus terukur. Artinya dengan blusukan, seperti yang dilakukan Risma, minimal mendata, mendeteksi kelompok-kelompok miskin, pengangguran, dan diambil tindakan.

Setelah data dan informasi terkumpul, pejabat publik bisa menganalisis dan menentukan kebijakan yang tepat untuk mengatasi kondisi yang ada.

Dengan begitu, blusukan yang dilakukan bisa menghasilkan sesuatu yang manfaatnya dirasakan oleh publik.

Baca Juga: Hore Langsung Cair Mulai Besok Sampai April 2021, Ini Cara Cek Penerima Bansos Rp 300.000, Ada Jatah Buat 10 Juta Warga

Jika tidak ada langkah konkret yang dihasilkan pasca melakukan aksi blusukan atau sejenisnya, maka pasti aksi tersebut hanya akan berakhir dengan tudingan pencitraan.

"Jangan sekedar blusukan, jadi harus ada solusi. Minimal orang nganggur sudah enggak nganggur, orang miskin bisa dikurangi," ujar dia.

Memperluas jangkauan wilayah blusukan

Agar tidak dituding pencitraan di DKI Jakarta, Risma perlu blusukan tidak hanya di sekitar Jakarta, tapi juga di titik-titik terluar di Indonesia.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Butuh Waktu 3,5 Tahun, Rakyat Amerika Malah Rasakan Efek Samping Ini Usai Disuntik Penangkal Virus Corona

Ini wajar mengingat posisinya saat ini sudah bukan lagi sebagai pemimpin tertinggi suatu kota, namun seorang menteri di kabinet pemerintahan pusat.

"Bu Risma akan terus dibilang pencitraan kalau ngomong dengan dengan pemulung, kelompok miskin kota ini di Thamrin, di Jakarta. Kalau mau blusukan di seluruh Indonesia, jadi blusukannya harus diperluas, jangan hanya di Jakarta," jelas Adi.

Ia mencontohkan beberapa wilayah seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur yang selama ini memiliki kondisi cukup tertinggal jika dibanding wilayah lain di Tanah Air.

Baca Juga: Tahun Sudah Berganti, Iuran Kelas 3 Resmi Naik, Ini Rincian Tarif BPJS Kesehatan di 2021

Selain kondisinya tertinggal, di wilayah-wilayah itu juga pemberitaan media tidak seramai di kota-kota besar apalagi Jakarta.

"Bu Risma akan terus disebut sebagai pencitraan selama tidak ada langkah-langkah konkrit setelah blusukannya itu," ujar Adi.

(Sumber: Wartakotalive.com/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya