Follow Us

Kini Hidup Nyaman di Amerika, Ini Foto Niloofar Rahmani Pilot Wanita Pertama Afghanistan yang Nyaris Dibunuh Taliban

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 18 Agustus 2021 | 06:35
Foto Niloofar Rahmani yang tercatat sebagai pilot wanita pertama Afghanistan. Kini dia hidup nyaman di Amerika Serikat.
Istimewa

Foto Niloofar Rahmani yang tercatat sebagai pilot wanita pertama Afghanistan. Kini dia hidup nyaman di Amerika Serikat.

Fotokita.net - Ini foto cantik Niloofar Rahmani yang tercatat sebagai pilot wanita pertama Afghanistan. Niloofar Rahmani yang nyaris dibunuh Taliban ini kini hidup nyaman di Florida, Amerika Serikat.

Tanya Niloofar Rahmani kapan dia tahu dirinya ingin menjadi pilot. Dia pun bisa mengingat bulan-bulan yang mengubah segalanya.

"Saya akan melihat pesawat, jet tempur," kenang Rahmani. "Mereka terbang di atas rumah kami, kota kami. Dan saya hanya akan duduk dan menonton mereka."

Saat itu musim gugur 2001, dan Amerika Serikat, yang belum pulih dari serangan 11 September, sangat ingin membersihkan wilayah itu dari kekuasaan Taliban.

"Meskipun itu perang, dan mereka menjatuhkan bom, saya hanya tahu ini akan menjadi akhir perang, dan akhir terorisme, dan mereka akan membawa perdamaian ke Afghanistan," katanya.

Dua puluh tahun kemudian, Anda melihat pesawat yang sama, hanya sekarang alih-alih datang, mereka pergi - untuk selamanya.

“Ini benar-benar mengecewakan,” kata Rahmani. "Kami tidak pernah berpikir situasi dan cerita di Afghanistan akan terulang lagi, seperti yang akan terulang sekarang."

Baca Juga: Ditinggal Lari Presiden, Foto Ini Merekam Ratusan Warga Afghanistan Rela Berdesakan dalam Pesawat Militer AS, Panik Dikejar Taliban

Wanita berusia 29 tahun itu melarikan diri dari Afghanistan pada tahun 2015 setelah melejit ketenarannya sebagai pilot Angkatan Udara Afghanistan wanita pertama sejak jatuhnya Taliban pada tahun 2001.

Di mata Taliban, itu adalah keburukan.

"Taliban mulai mengancam saya dan keluarga saya dengan mengatakan saya bukan wanita Muslim yang baik, saya telah meninggalkan budaya Muslim saya dan saya pantas dibunuh demi kehormatan."

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest