Follow Us

Foto Jadi Saksi Nikah Disorot, Menteri Jokowi Disentil Faisal Basri Karena Malah Sibuk Kritik Ikatan Cinta

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 16 Juli 2021 | 18:42
Faisal Basri menyindir menteri Jokowi yang sibuk menonton sinetron di tengah PPKM Darurat.
Fachry Photosophie

Faisal Basri menyindir menteri Jokowi yang sibuk menonton sinetron di tengah PPKM Darurat.

Fotokita.net - Menteri Jokowi ini mendapat sindiran pedas dar pengamat ekonomi Faisal Basri. Di tengah Covid-19 yang makin ganas, pejabat publik itu bikin kecewa karena masih sempat nonton serial sinetron Ikatan Cinta.

Faisal Basri menyindir perihal pejabat di kabinet Jokowi yang sibuk menonton film di tengah masa PPKM Darurat. Sindiran pedas ini muncul saat Faisal Basri membahas kinerja menteri-menteri Jokowi dalam penanganan pandemi COVID-19.

Berawal dari situ, Faisal Basri menyentil menteri yang malah sibuk nonton film berseri saat kerja dari rumah (work from home/WFH), bukan untuk kontemplasi.

Sentilan Faisal Basri muncul dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang bertajuk 'PPKM Darurat, Ekonomi Melambat', Jumat (16/7/2021).

Baca Juga: Luhut Syok Covid Makin Ganas, Foto Masker Prabowo Jadi Sorotan, Ternyata Ini Keunggulannya

Dalam acara diskusi itu, Faisal Basri mulanya bercerita jika hal-hal yang mendasar tidak diikuti maka pandemi akan terus ada dan semakin memburuk.

Faisal mengatakan, pemerintah seharusnya serius menangani pandemi ini di tengah kasus harian yang terus meroket. Namun, jumlah testing Indonesia masih kalah jauh dari banyak negara di dunia.

Baca Juga: Cara Kembalikan Nafsu Makan Akibat Alami Long Covid, Ternyata Bisa Segampang Ini

"Apa itu basic-nya? Memutus mata rantai penularan, prioritaskan nyawa manusia karena kalau WHO satu nyawa manusia tidak bisa dikompromikan. Kita kan anggota WHO," katanya.

Hal yang mendasar lain ialah tidak dikomersialisasikan, kepemimpinan nasional dan pengorganisasian, dan strategi komunikasi.

Faisal Basri lantas menyebut, Indonesia untuk mencapai puncaknya terlalu lama. Menurutnya, hal itu mengindikasikan adanya rasa abai, menganggapnya remeh dan menjadikannya lelucon.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest