Menjelang kelahiran putera pertama HB X tahun 1946, datang pula di keraton, seseorang dari Ambarawa membawa wayang kulit, tokoh Srikandi (istri Arjuna), bertatah halus dan cantik.
Pembawa wayang tokoh Srikandi ini bercerita, tempat tinggalnya beserta sekelilingnya baru saja diserbu pasukan Belanda.
Hampir semua rumah di wilayah itu terbakar kecuali tempat tinggalnya yang masih utuh.
HB IX segera datang ke Ambarawa untuk mencek kebenaran cerita pembawa tokoh wayang Srikandi tersebut.
Betul, ternyata rumah pembawa wayang itu, berupa gubuk kecil, samasekali tidak terbakar.
“Masih berdiri utuh ditengah-tengah puing-puing bekas serbuan Belanda dan bekas kebakaran di seluruh kawasan itu,” ujar HB IX.
Pesan yang menyertai pengembalian wayang Srikandi ke keraton ini adalah agar bayi yang akan lahir waktu itu diberi nama Arjunawiwaha.
“Saya pikir, kurang enak bagi anak itu kelak apabila saya beri nama Arjunawiwaha. Lalu saya mencari bunyi lain di mana nama Arjuna dapat dimasukan. Maka anak saya itu pada kelahirannya saya beri nama Herjuno Darpito."
"Anak ini pula yang dewasa ini telah diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi (Kini jadi Sultan dan gubernur daerah istimewa Yogyakarta),” demikian kisah HB IX yang ditulis awal 1982 tersebut.
Dengan demikian, kini (ditulis pada tahun 1982) empat dari kelima tokoh wayang telah kembali di Keraton Yogya. Tinggal menunggu sebuah lagi akan lengkaplah kelimanya.