Follow Us

Ogah Beri Selamat ke Joe Biden Hingga Disebut Jadikan Amerika Musuh No 1, Pemimpin Negara Besar Ini Akhirnya Berubah Pikiran, Ternyata Begini Penyebabnya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 24 November 2020 | 06:29
Donald Trump dan Vladimir Putin
Bussines Insider

Donald Trump dan Vladimir Putin

Baca Juga: Kerap Bikin Kesalahan Saat Bicara di Podium, Ternyata 5 Alasan Ini Jadi Kunci Joe Biden Bungkam Mulut Besar Donald Trump di Pilpres AS 2020

Lavrov menegaskan tanpa dokumen lain yang akan memberikan pendekatan timbal balik untuk mempertahankan stabilitas strategis.

Ahli Kremlinologi yang berbasis di Washington Nikolay Zlobin meramalkan Rusia akan menjadi musuh Amerika No. 1 di bawah kepresidenan Biden.

Baca Juga: Bak Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Kekalahannya dari Joe Biden Jadi Olok-olok Media Besar Dunia, Kini Donald Trump Terima Nasib Diceraikan Melania

Kamala Haris wakil Presiden AS dampingi Joe Biden Presiden AS
IG Kamala Haris

Kamala Haris wakil Presiden AS dampingi Joe Biden Presiden AS

Zlobin mengatakan kepada kantor berita Interfax sanksi ekonomi terhadap Rusia di bawah kepemimpinan presiden Demokrat tidak akan ada habisnya.

"Putin akan menunggu keputusan resmi dari hasil pemilu, sertifikasi dari negara bagian, sebelum memberi selamat kepada Biden," kata Sergei Markov, seorang analis yang dekat dengan Kremlin, kepada The Daily Beast.

"Tidak ada yang mengharapkan dia menjadi pemimpin independen, agen rahasia AS yang anti-Rusia akan terus menjalankan Amerika," prediksi Markov.

"Perang hibrida yang dimulai pada tahun 2014, ketika AS membantu revolusi di Ukraina, akan terus berlanjut, begitu pula perang dingin dengan Rusia," tambahnya.

Baca Juga: Disebut Orang Amerika Palsu, Ternyata Kamala Harris Telat Nikah Karena Sibuk Urus Ini Hingga Bungkam Nyiyiran Wapres AS

Sementara itu, Putin masih berpegang pada sahabatnya Presiden Trump dan menolak mengakui Joe Biden sebagai presiden terpilih Amerika.

Sikap diam Putin tidak mengherankan, Biden pernah menyebut Rusia sebagai ancaman terbesar bagi Amerika dan Kremlin bergantung pada kata-kata itu.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest