Studi mengenai itu masih berlagsung. Akan tetapi, secara implisit, sambung Rocky, kita bisa katakan bahwa covid itu adalah antibodi bumi untuk menghalangi virus yang bernama antroposentrisme. Lebih simpel disebutnya, covid adalah cara bumi nir-eksploitasi berlebih dari manusia.
Ini akan menimbulkan teori ekonomi baru. Kita benci sama covid padahal itu cara bumi untuk menahan eksploitasi manusia.
Sebab kita tahu bahwa covid itu berpindah dari sarangnya yang tidak berbahaya masuk kepada manusia dan bersarang yang menakibatkan paru-parunya rusak.
"Tetapi kita tidak berpikir bahwa paru-paru manusia rusak itu setara dengan paru-paru dunia yang rusak, yaitu Kalimantan," katanya.
Rocky juga menyindir pemerintah yang bereaksi dengan melakukan lockdown seperti terhadap pusat-pusat bisnis di Jakarta. Tapi kenapa tidak mau lockdown Kalimantan. "Padahal rencana pemindahan ibu kota itu adalah covid."
Ketidaktahuan dalam menganalisa membuat kita ragu apa yang akan dilakukan terhadap lingkungan. Malik Usman sebelumnya sudah menerangkan tentang sejarah perkembangan pemikiran environmental ethics, environmental globalization. Lebih penting yang harus dipikirkan, kata Rocky adalah bahwa telah terjadi mutasi dari nature menjadi post-nature.
"Hidup kita hari ini sebenarnya bukan hidup berdasar nature karena di dalam kita berhubungan dengan teknologi," sebutnya.
Yang kita lakukan sekarang adalah menggunakan teknologi zoom yang tidak mungkin lagi dilepaskan dari hidup kita. Jadi, hidup kita tidak lagi natural melainkan post-natural. Sekarang kita mencoba bikin dialektik, bagaimana hubungan kia dengan mesin. Apakah kita akan memusuhi mesin atau mesin yang akan memusuhi kita. Itu juga pertanyaan etik lingkungan.
Mengapa begitu? Menurut Rocky, karena kecepatan komputer untuk memahami problem telah mendahului ketakutan terhadap komputer atau robot.