"Kami akan terus mengamati situasi di setiap daerah dengan serius, serta tetap berusaha mencegah penyebaran virus dan mendukung stabilitas ekonomi," tutur Yoshihide Suga, Ketua Sekretaris Kabinet Jepang.
Pada tanggal 25 Mei lalu pemerintah Jepang sudah mengangkat status darurat setelah data statistik menunjukkan penambahan korban kurang dari 20 orang dalam sehari.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike mengatakan, sekitar 70% kasus yang tercatat pada hari Kamis terjadi pada warga berusia 20-30 tahun. Rentang usia muda yang mulai banyak beraktivitas di luar ruangan.
"Hal ini benar-benar bukan sesuatu yang menyenangkan. Saya berharap semua warga Tokyo bisa bekerja sama untuk mencegah hal itu (penambahan korban)," ungkap Koike seperti dikutip dariReuters.
Para pejabat setempat juga meyakinkan kalau sistem medis yang ada saat ini sudah semakin siap dan berkualitas. Angka yang bertambah jadi bukti keberhasilan mereka dalam melakukan pengujian secara lebih luas.
Kasus tambahan di Tokyo ini membuat Jepang sudah mencatat hingga 19.000 kasus dan 976 kematian. Meskipun terlihat banyak, tapi nyatanya jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain.
Data terbaru menunjukkan saat ini sudah ada lebih dari 10,7 juta orang yang terinfeksi virus corona di seluruh dunia. Lebih dari 515.000 di antaranya bahkan berakhir dengan kematian.
Sebelum ini pemerintah Tokyo juga sudah menerbitkan pedoman pemantauan baru yang akan lebih fokus pada optimalisasi fasilitas kesehatan.
Setelah panduan ini diterapkan nanti, pemerintah Tokyo akan menjamin kapasitas rumah sakit mampu menampung lebih banyak pasien untuk dirawat.
Sambil memastikan semua fasilitas bisa tersedia dengan baik, pemerintah setempat juga tetap berupaya melakukan langkah-langkah penyebaran penyakit sambil terus menjaga aktivitas sosial dan ekonomi bisa terus bergerak dengan normal.