Fotokita.net - Indonesia sedang menghadapi tantangan besar berupa pandemi Covid-19.
Penyebaran pandemi yang menyerang aspek kesehatan ini memberikan efek domino ke aspek sosial, aspek ekonomi, serta keuangan.
Pemerintah, Bank Indonesia, serta otoritas terkait mengaku telah mati-matian dalam menggelontorkan beragam kebijakan untuk menjaga perekonomian, seperti melakukan pembatasan aktivitas, penggelontoran stimulus, serta menggodok rencana new normal.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pun mengaku, usaha dalam menjaga perekonomian domestik ini menyita waktu, tenaga, dan pikirannya.
Ia mengungkapkan, walau ada kebijakan bekerja dari rumah atau work from home(WFH), malah membuatnya tak bersantai.
"Kerja 24 jam, tidak ada Sabtu, tidak ada Minggu, tidak ada libur. Nanti habis ini saya dengan Pak Perry juga harus rapat lagi," katanya, Sabtu (27/6) dalam acara Business Talk Series Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB).
Gubernur BI Perry Warjiyo sependapat dengan orang nomor satu dalam otoritas fiskal tersebut.
Kata Perry, bahkan kebijakan WFH seolah tidak berlaku lagi, karena rapat yang dilakukan bahkan bisa di manapun dan kapanpun karena lewat daring.
"Rapat terus. Di mana-mana. Tidak ada home, tidak ada office. Dimana-mana," timpalnya yang disambut gelak tawa oleh Sri Mulyani.
Akan tetapi, Perry dan Sri Mulyani mengaku tetap semangat dalam menjalankan tugas mereka.
Apalagi, tugas yang diemban ini merupakan kunci bagi pertahanan dan pemulihan perekonomian Indonesia. "Pokoknya kami tetap semangat," tandas mereka.
Presiden Joko Widodo meluapkan kejengkelannya kepada para menteri dan anggota kabinet dalam menangani Covid-19 di Tanah Air.
Jokowi meluapkan kemarahannya dengan nada tinggi lantaran kinerja para menterinya dalam menangani Covid-19 tak membawa kemajuan.
Presiden meluapkan kejengkelannya itu saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta pada 18 Juni 2020 silam.
Hal ini baru terungkap dalam video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (28/6/2020).
"Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini (harus) extraordinary. Saya harus ngomong apa adanya. Enggak ada progres yang signifikan. Enggak ada," kata Jokowi.
Ia menilai, saat ini masih banyak para menteri yang bekerja biasa-biasa saja di masa krisis seperti sekarang.
Jokowi menyatakan hal itu terlihat dari banyaknya anggaran yang belum tercairkan. Ia juga menyebut banyak stimulus ekonomi yang belum tersalurkan ke masyarakat meskipun sudah ditunggu-tunggu.
"Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya. Jangan sudah PHK gede-gedean duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita," kata Presiden.
Presiden Joko Widodo rupanya pernah mengungkapkan kejengkelannya kepada para menteri dalam sidang kabinet di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Pernyataan Jokowi dalam sidang kabinet pada 18 Juni 2020 itu terungkap dalam video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden pada hari ini, Minggu (28/6/2020).
Dalam video itu, Jokowi dengan nada tinggi menegur para menteri yang masih bersikap biasa saja di masa krisis seperti sekarang, baik itu akibat pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!" ujar Jokowi dengan nada tinggi.
Ia pun menegur menterinya karena masih bekerja secara biasa di saat krisis seperti ini. Jokowi mencontohkan hal itu dengan menyampaikan banyaknya anggaran yang belum dicairkan.
Ia menyebutkan, anggaran kesehatan yang sudah dianggarkan sekitar Rp 75 triliun baru cair sebesar 1,53 persen.
Jokowi juga menyinggung penyaluran bantuan sosial yang masih belum optimal 100 persen di saat masyarakat menunggu bantuan tersebut.
Dengan nada tinggi, ia kembali mengingatkan para menteri bahwa mereka harus bekerja ekstra keras di masa krisis untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Lah kalau saya lihat Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara masih melihat ini sebagai masih normal, berbahaya sekali," kata Jokowi.
"Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extraordinary!" ujar Kepala Negara.
Jokowi pun meminta semua anggota kabinet memahami situasi krisis saat ini, dan memiliki kebersamaan dalam menghadapinya.
"Perasaan ini tolong sama. Kita harus sama perasaannya. Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah berbahaya," kata Presiden.
Wacana perombakan kabinet atau reshuffle kembali menggema di tengah persiapan kenormalan baru atau new Normal.
Dalam video unggahan Sekretariat Presiden, Jokowi menyampaikan situasi krisis yang dihadapi Indonesia dan sejumlah negara akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Situasi tersebut harus dipahami oleh setiap menteri yang bekerja di bawahnya, sebab jika tidak presiden tidak segan untuk melakukan reshuffle.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ, ini engga punya perasaan? Suasana ini krisis!," ujar Jokowi dalam keterangan resmi, Minggu (28/6).
Memang Presiden Joko Widodo tidak menunjuk secara spesifik instansi atau institusi mana yang dia anggap tidak peduli dengan krisis akibat virus corona di Indonesia sehingga membuat dirinya jengkel dan mengancam reshuffle.