"Memang swab kemarin sempat tertunda, jadi kita lakukan swab ulang. Tapi sekarang bisa cepat, karena kemarin terhambat karena labnya lama kemudian antre, kalau sekarang bisa cepat," ujar dia.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpamitan kepada warga saat perayaan hari jadi Kota Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan penanganan Covid-19 di Surabaya di depan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020) sore.
Kedatangan Terawan dan Doni merupakan kegiatan kunjungan kerja. Di hadapan keduanya, Risma menjelaskan, pihaknya telah berupaya melakukan tracing dan pemetaan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Surabaya.
"Ketika pertama saat kami menerima data seseorang itu positif di awal dulu, kami selanjutnya men-tracing. Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma saat mengawali paparannya di lobi lantai II Balai Kota Surabaya, Selasa.
Dari hasil tracing itu, kemudian ditemukan orang dengan risiko (ODR). Dari data itu, pihaknya kemudian mendetailkan siapa saja yang melakukan kontak.
Ia mencontohkan, dalam satu perusahaan, ditemukan satu orang positif setelah dilakukan tes. "Maka, satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR," papar Risma.
Setelah itu, dokter mendatangi rumah ODR dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dirawat ke rumah sakit.
Namun, jika sebaliknya, orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk diisolasi.
Risma menyampaikan, ada beberapa pasien yang tidak mau diisolasi karena mereka menyatakan tidak terjangkit dan ingin diisolasi mandiri di rumah.
"Nah, ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri, kadang-kadang ada vitamin," ujar Risma.