“Gue ingat banget ini tanggal 19 Juni, gue ngetwit minta kontak manajemen Didi Kempot. Dari situ teman-teman Rumah Solo membantu mewujudkan, dan gue ngetwit lagi berandai-andai dibikin live kayaknya seru dan buat acaranya gratis,” ucap Gofar.
“Dan gue lihat fenomena ada belasan anak muda di depan yang nyanyi, pool banget. Tahun 2019, tahunnya beliau,” ujar Gofar.
Menurut Gofar, sosok Didi Kempot bisa membuat seorang yang patah hati menjadi ikut bergoyang.
Karya-karya Didi ingin bak kultur yang sekarang sudah hilang.

Didi Kempot dan Gofar Hilman
"Lebih tepatnya kehilangan kultur. Kultur, di mana bisa merayakan patah hati sebegitu meriahnya, orang patah hati nangis, ini joget, cuma beliau yang bisa. Jadi kita kehilangan kultur,” kata Gofar.
Saat acara Ngobam itu diselenggarakan, Gofar dan Didi terkejut melihat acara tersebut banyak dihadiri oleh para anak muda.
“Pas sampai di Solo saya bilang panggungnya kecil aja tapi yang datang banyak, sampai penuh. Yang datang banyak anak muda,” tutur Gofar Hilman.
Kata Gofar, Didi merasa senang disambangi di Solo dan menanyakan alasan Gofar mengundangnya tampil kala itu.
"Alasan saya ke Solo ini bisa jadi sesuatu, dan waktu itu gue bilang Mas Didi ‘Mas saya tahu dua lagu, terus saya ingat dia bilang ‘Mas itu artis ibu kota, kenapa nyamperin penyanyi udik seperti saya’. ‘Tapi Mas legend’. Dia enggak tahu kalau dialegend,” ucap Gofar lagi.