Follow Us

Kepergok Coba Selundupkan Harley dan Sepeda Brompton, Apakah Dirut Garuda yang Dicopot Erick Thohir Terdorong Lakukan Itu Gara-gara Pengaruh Buruk Ini?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Senin, 09 Desember 2019 | 08:17
Nasib Harley-Davidson selundupan milik Bos Garuda Indonesia bakal dihancurkan atau dihibahkan
Kompas.com

Nasib Harley-Davidson selundupan milik Bos Garuda Indonesia bakal dihancurkan atau dihibahkan

Fotokita.net - Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara telah resmi diberhentikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Direktur utama yang menjabat selama dua tahun dalam maskapai pelat merah itu diketahui telah melakukan menyelundupkan onderdil Harley Davidson keluaran tahun 1972 serta dua sepeda Brompton.

"Dengan itu, saya akan memberhentikan Saudara Direktur Utama Garuda dan tentu proses ini kami, karena Garuda adalah perusahaan publik, akan ada prosesur lainnya," ujar Menteri BUMN Erick Thohir ketika memberikan keterangan pers di Jakarta, Kamis (5/12/2019).

Baca Juga: Sibuk Urusi Usaha Negara Nan Misterius Hingga Dirut Garuda yang Nakal, Erick Thohir Blak-blakan Bilang Dirinya Jadi Lebih Miskin. Lantas, Kenapa Dia Malah Tambah Semangat?

Ternyata keputusan Menteri BUMN Erick Thohir menghentikan Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Ari Askhara disambut gembira oleh karyawan Garuda Indonesia.

Kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton yang diduga dilakukan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara ramai diperbincangkan publik.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Dirjen Bea Cukai Kemenkeu Heru Pambudi (kiri) melihat barang bukti motor Harley Davidson saat konferensi pers terkait penyelundupan motor Harlery Davidson dan sepeda Brompton menggunakan pesawat baru milik
Antara Foto/ Hafidz Mubarak A

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Dirjen Bea Cukai Kemenkeu Heru Pambudi (kiri) melihat barang bukti motor Harley Davidson saat konferensi pers terkait penyelundupan motor Harlery Davidson dan sepeda Brompton menggunakan pesawat baru milik

Kasus bermula saat pesawat bertipe baru dan belum pernah dioperasikan oleh PT Garuda Indonesia tersebut mendarat di hanggar milik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno-Hatta.

Penemuan barang mewah oleh petugas Bea dan Cukai di lambung pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA9721 bertipe Airbus A330-900 Neo terjadi pada Minggu (17/11/2019) lalu.

Perlu diketahui, Harley Davidson klasik tipe Shovelhead keluaran tahun 1972 yang ditemukan di pesawat Garuda tersebut harganya berkisar Rp 800 juta. Sementara sepeda bermerek Brompton berkisar Rp 30 juta-80 juta.

Baca Juga: Masih Penasaran dengan Skandal Garuda, Netizen Kembali Bongkar Arsip Digital: Nasib Ngenes Pramugari yang Ogah Tidur Bareng Pejabat Pada Hotman Paris Jadi Perhatian

Memiliki barang-barang mewah atau branded memang menjadi impian banyak orang. Terkadang, orang rela melakukan apapun asal bisa mendapatkan barang yang dianggap mewah itu.

Diselundupkan Dirut Garuda Ari Askhara di Lambung Pesawat, Ternyata Segini Harga Sepede Brompton yang Buat Netizen Bertanya-tanya
Kolase Kompas.com/AMBARANIE NADIA & Instagram @smindrawati

Diselundupkan Dirut Garuda Ari Askhara di Lambung Pesawat, Ternyata Segini Harga Sepede Brompton yang Buat Netizen Bertanya-tanya

Psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan, seseorang menyukai barang mewah karena faktor gengsi.

Mengutip teori psikologi Abraham Maslow, saat kebutuhan tiga kebutuhan utama manusia terpenuhi, yaitu sandang, pangan, dan papan, maka meningkatlah kebutuhan lebih tinggi.

"Peningkatan kebutuhan tersebut bersifat tersier seperti rekreasi lifestyle dan self esteem berkaitan dengan harga diri," ujarnya kepada Kompas.com (8/12/2019).

Baca Juga: Ternyata Bukan Cuma Karyawan Garuda yang Gembira Atas Pemecatan Ari Ashkara, Orang-orang Ini Pun Turut Berlega Hati: Dia Merasa Super Power!

Selain itu, kehidupan yang modern menuntut kepraktisan dan serba cepat dibarengi pengaruh sosial media membuat semua informasi sangat mudah terakses.

Menurut Hening, hal ini membuat toko-toko online bermunculan dan dengan mudah menawarkan berbagai macam barang kebutuhan hidup yang merambah ke dunia fesyen dan vacation, sangat mudah didapat hanya dengan mengoperasikan ponsel dari rumah.

"Semaraknya komunitas arisan sosialita serta komunitas lainnya memicu mereka untuk saling bersaing menjaga eksistensi mereka serta harga diri di dalam peer grup mereka," tambahnya.

Harley-Davidson selundupan di pesawat Garuda Indonesia
Raspati/Otomotifnet.com

Harley-Davidson selundupan di pesawat Garuda Indonesia

Padahal, kata Hening, masyarakat Indonesia seperti kurve normal jumlah masyarakat yang masuk kategori ekonomi menengah lebih banyak dibanding menengah ke bawah atau pun menengah atas.

Masyarakat kategori ekonomi menengah biasanya terjadi di kalangan keluarga muda yang tengah berproses dan berkembang dengan pendapatan yang boleh dikatakan di atas UMR.

Namun, mereka belum bisa disebut benar-benar kategori di atas rata rata pendapatan bulanannya.

Baca Juga: Masih Penasaran dengan Skandal Garuda, Netizen Kembali Bongkar Arsip Digital: Nasib Ngenes Pramugari yang Ogah Tidur Bareng Pejabat Pada Hotman Paris Jadi Perhatian

"Kehidupan mereka serba nanggung dikatakan miskin tidak, dikatakan kaya raya juga belum masuk kategori tersebut dengan biaya cicilan rumah, mobil, credit card, biaya operasional hidup yang lumayan tinggi membuat mereka agak sulit menabung," katanya lagi.

Selain itu, gaya hidup milenial saat ini dinilai Hening juga cenderung kebablasan alias sangat menggandrungi barang-barang mewah untuk kesenangan pribadi serta kepuasan diri.

Motor Harley-Davidson Shovelhead ya g menjadi barang bukti penyelundupan menggunakan pesawat Garuda Indonesia.
Pradana/GridOto.com.

Motor Harley-Davidson Shovelhead ya g menjadi barang bukti penyelundupan menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Padahal, kesenengan dan kepuasan untuk membeli barang branded serta memamerkannya di dalam komunitas adalah kesenangan fana dan mudah lenyap begitu saja.

"Alangkah lebih baiknya kebiasaan membeli barang-barang branded sedikit dialihkan dengan aktivitas membantu sesama yang sangat membutuhkan," ujar Hening. Menurutnya, cara tersebut akan membuat kebahagian lebih terasa dalam dan berarti. (Ariska Puspita Anggraini/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Harley di Garuda, Mengapa Banyak Orang Suka Barang Mewah?"

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest