Dengan begitu, Indonesia yang dua tahun lalu berada di peringkat kelima dengan perolehan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu sangat sulit untuk mengisi tiga besar. Indonesia paling optimal berada di peringkat keempat ataupun kelima dengan perolehan 45 emas.
”Lagipula, untuk Indonesia, berlaga di kandang lawan tidak semudah berlaga di kandang sendiri. Tidak dipungkiri, wasit dalam perlombaan cenderung menguntungkan tuan rumah. Belum lagi faktor teror dari para penonton tuan rumah,” tutur Gatot.
Gatot menuturkan, faktor lain yang membuat Indonesia belum bisa berbuat banyak adalah penerapan komposisi 60 persen atlet muda/pelapis dan 40 persen atlet senior/elite pada SEA Games 2019.

Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Zainudin Amali, menyerahkan bendera kepada Ketua KOI, Raja Sapta Oktohari, pada pelepasan kontingen SEA Games 2019 di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Memang, instruksi Kemenpora itu belum sepenuhnya dijalankan. Dari 800an atlet Indonesia di SEA Games, komposisinya masih 50 persen atlet muda dan 50 persen atlet senior.
Namun, itu sudah memberikan perbedaan nyata antara kontingen Indonesia saat ini dan sebelum-sebelumnya. Pada edisi SEA Games yang lalu-lalu, kontingen Indonesia selalu didominasi para atlet senior.
”Kali ini, kami memberikan instruksi khusus menggunakan atlet muda atau pelapis guna menjalankan proses regenerasi. Adapun atlet elite difokuskan pada ajang lebih besar, seperti Asian Games dan Olimpiade,” ujarnya.
Para atlet muda yang turun, sebagian besar belum punya pengalaman berlaga di ajang multicabang internasional seperti SEA Games. Dengan kondisi masih hijau itu, atlet-atlet tersebut kemungkinan belum bisa berbuat banyak pada ajang tersebut.
”Kami maklum jika para atlet muda itu belum bisa berbuat banyak. Untuk itu, peringkat keempat dengan perolehan 45 emas sudah sangat optimal jika terwujud,” kata Gatot.

Para kontingen Indonesia yang akan berangkat ke SEA Games 2019 di Filipina berbaris jelang pelepasan oleh Menpora RI di Jakarta, Rabu (27/11/2019)