”Dengan dominasi atlet senior saja Indonesia tidak bisa berbuat banyak di SEA Games 2017, apalagi dengan didominasi atlet muda di SEA Games kali ini. Bisa meraih 45 emas, itu sudah sangat optimal,” ujarnya.

Atlet Indonesia Makin Pede Bertanding di SEA Games 2019, Rahasia Latihannya Dibongkar Sebelum Berangkat ke Filipina!
Di sisi lain, Suwarno menyampaikan, pelatnas yang berlangsung juga kurang optimal. Sudah menjadi rahasia umum, banyak cabang tidak bisa menggelar pelatnas setahun penuh.
Cabang yang bisa melakukan pelatnas setahun penuh hanya cabang kluster pertama yang mendapatkan dana bantuan pelatnas lebih besar, yakni bulu tangkis dan angkat besi.
Adapun cabang lain yang masuk kluster kedua, ketiga, dan keempat, rata-rata hanya melakukan pelatnas enam bulan karena keterbatasan anggaran. Bahkan, di kluster keempat, ada cabang yang melakukan pelatnas cuma dua-tiga bulan, seperti sofbol dalam naungan PB Perbasasi.
”Situasi ini tidak sesuai dengan semangat pembinaan atlet yang mestinya terus berkelanjutan. Pasti, hal itu akan turut memengaruhi performa atlet pada SEA Games nanti,” katanya.
Manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa mengatakan, tak hanya masyarakat, pemerintah juga tidak boleh terlalu berharap banyak ada perbaikan prestasi dari SEA Games 2017 ke SEA Games 2019.
Pasalnya, pemerintah sendiri tidak memberikan dukungan penuh terhadap jalannya pelatnas. Bukan masalah anggaran bantuan pelatnas, melainkan lebih kepada sarana tempat latihan.

Tim Putra bulu tangkis Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina, 1-9 Desember 2019.
Sejauh ini, atletik yang melakukan pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta sering kali tergusur dari pelatnas karena kepentingan komersial pihak pengelola.
Bahkan, tak jarang, pelatnas harus libur karena ada kegiatan yang tak boleh diganggu di Stadion Madya maupun Stadion Utama Gelora Bung Karno, seperti kegiatan sepak bola.