Para atlet muda yang turun nanti, sebagian besar belum punya pengalaman berlaga di ajang multicabang internasional seperti SEA Games. Dengan kondisi masih hijau itu, atlet-atlet tersebut kemungkinan belum bisa berbuat banyak pada ajang tersebut.
”Kami maklum jika para atlet muda itu belum bisa berbuat banyak. Untuk itu, peringkat keempat dengan perolehan 45 emas sudah sangat optimal jika terwujud,” kata Gatot.
Secara keseluruhan, semua faktor itu menjadi bagian lima variabel perhitungan faktor kesalahan (margin error) dalam penentuan target meraih medali di SEA Games 2019.
Selain faktor tuan rumah dan jam terbang atlet, faktor lain yang berpengaruh adalah kebugaran atau cedera, puncak performa, dan nonteknis (anggaran).
Faktor tuan rumah, kebugaran, dan nonteknis adalah variabel tetap yang selalu ada di setiap ajang multicabang. Faktor kesalahan itu nilainya mencapai dua persen sehingga turut merevisi target Menpora Zainudin Amali dari ingin meraih lebih dari 50 emas menjadi hanya 45 emas.
Wakil I Ketua Umum Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga, Bidang Sport Science dan Iptek, dan Bidang Diktar KONI Suwarno mengutarakan, sejak awal, KONI sudah memperkirakan peluang Indonesia hanya sekitar 45 emas.
Perkiraan itu muncul dari perhitungan target awal pengurus induk cabang, kondisi pelatnas, dan calon lawan di SEA Games. ”Perkiraan itu sudah kami sampaikan ke pihak terkait, seperti Kemenpora dan KOI dalam rapat di Komisi X DPR,” tuturnya.
Artinya, tidak ada perkembangan berarti antara hasil Indonesia pada SEA Games 2017 dan 2019. Dua tahun lalu, KONI pun memperkirakan Indonesia meraih 46 emas. Nyatanya, Indonesia mendapatkan 38 emas dan harus puas duduk di peringkat kelima.
Suwarno menjelaskan, situasi itu juga karena dinamika yang ada. Kemenpora membuat kebijakan komposisi kontingen 60 persen atlet muda dan 40 persen elite.