Sesar Matano berdekatan dengan Sesar Palu-Koro di segmen atau bagian akhir sesar sebelum memasuki Teluk Bone. Aktivitas Sesar Palu-Koro tersebut bisa memicu aktivitas seismik di Sesar Matano.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng Bartolomues Tandigala memastikan, pada prinsipnya, pemerintah daerah selalu siap siaga untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Itu mencakup kesiapan warga dan logistik.
Sesar Matano memanjang sekitar 170 kilometer dari sekitar Danau Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel, ke pesisir Bungku, Kabupaten Morowali.
Sesar ini muncul di jelang penghabisan Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Kabupaten Donggala melewati Kota Palu dan Kabupaten Sigi serta berakhir di sekitar Teluk Bone, Sulsel.
Bersama dengan Sesar Palu-Koro, Sesar Matano termasuk sesar aktif di daratan Sulawesi yang memiliki potensi kegempaan tinggi. Merujuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017yang diterbitkan Pusat Studi Gempa Nasional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, potensinya M 7,3 dengan laju pergeseran 37-44 milimeter (mm) per tahun. Potensi tersebut mendekati Sesar Palu-Koro yang sebesar M 7,9 dengan pergeseran 30-44 mm setiap tahunnya.
Jejak besar aktivitas kegempaan Sesar Matano adalah Danau Matano, salah satu danau purba di dunia, di Kabupaten Luwu Timur. Nama danau ini pula yang dipakai untuk menyebut sesar tersebut.
Selain permukiman warga, Kabupaten Morowali juga memiliki kawasan industri pertambangan dengan ribuan pekerja. Dedy Kurniawan, Kepala Humas PT Indonesia Morowali Industrial Park, pengelola kawasan industri di Morowali, menyatakan, pihaknya menyadari potensi gempa tersebut. Karyawan sering melakukan simulasi gempa untuk menghadapi situasi terburuk.