Inhalan terdapat pada pelarut yang mudah menguap dan biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti lem, pengencer cat, bensin dan cairan pembersih. Dalam bahan tersebut terdapat zat-zat psikoaktif yang menimbulkan depresi pada sistem saraf pusat oleh penggunanya.
Tren perilaku menyimpang yang banyak dilakukan oleh anak-anak dan remaja untuk nge-fly saat ini salah satunya menggunakan lem Aibon ini.
Menghirup bau lem Aibon atau yang lebih dikenal dengan "ngelem" adalah kebiasaan yang berbahaya, apalagi kalau kebiasaan ini dilakukan secara berkelanjutan.

Viral Anggaran Disdik DKI untuk Lem Aibon Hingga Rp 82,8 Miliar, Begini Tanggapan Dinas Pendidikan: 'Kami Sedang Cek Apakah Salah Ketik'
Pakar kesehatan menyebut bahwa aktivitas ngelem sangat berbahaya. Bahaya ngelem tidak kalah hebatnya dari bahaya narkoba atau minuman keras.
Aktivitas ngelem sangat berpengaruh terhadap resiko kesehatan seperti halusinasi, kerusakan otak, masalah jantung, gangguan pernafasan, depresi, hilangnya kendali emosi dan beragam masalah kesehatan lainnya. Bahkan aktivitas menyimpang ini bisa berakhir dengan ancaman nyawa penggunanya.
Sebagai manusia yang menyayangi kesehatan diri sendiri dan orang lain, sudah sepatutnya kita memahami bahwa kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan bagi tubuh seperti aktivitas ngelem sebaiknya dijauhi sejauh mungkin sampai tak terlihat lagi.

Cuitan Handoko Tjung, seorang selebtwit terkait anggaran dana Lem Aibon yang capai Rp 82 m
Perekat serbaguna ini sering disalahgunakan untuk mabuk atau sensasi 'high'. Biasanya perilaku ini disebut dengan 'ngelem', yakni menghirup uap lem hingga mabuk.
Efeknya hampir mirip dengan jenis narkoba lainnya yakni menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang dan rasa tenang sesaat meski kadang efeknya bisa bertahan hingga 5 jam sesudahnya.
Menghirup uap lem sangat berbahaya, sebab pada kadar tertentu bisa menyebabkan kematian mendadak. Sama seperti narkoba pada umumnya, efek ngelem akan menyerang susunan saraf di otak sehingga bisa menyebabkan kecanduan.