Kemudian Habibie melanjutkan studi doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen Jerman dan mendapatkan gelar doktor pada 1965.
Di sinilah Habibie mulai menggeluti bidang dirgantara.
Dilansir Tribunnews, julukan Mr Crack disandang Habibie karena keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.

Pesawat Boeing 737-800NG Garuda Indonesia akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).
Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoretisnya.
Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat.
Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja.
Namun, setelah titik crack bisa dihitung, derajat SF bisa diturunkan, misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan.
Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.
Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.