Follow Us

Ramai-ramai Kandangkan Pesawat Boeing 737 Karena Ada Retakan, Ternyata Presiden Kita Jadi Penemu Teori untuk Cegah Crack Pada Pesawat

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 30 Oktober 2019 | 07:17
Boeing 737 milik Garuda Indonesia
Indra Gunawan

Boeing 737 milik Garuda Indonesia

Baca Juga: Tinggalkan Jabatan Ahli Pesawat di Jerman, BJ Habibie Pulang Kampung. Sayang, Ia Tak Akan Pernah Melihat Pesawat Bikinannya Mengudara di Angkasa Nusantara

Decal branding Mitsubishi Xpander muncul di bodi pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 NG
Dok. MMKSI

Decal branding Mitsubishi Xpander muncul di bodi pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 NG

Di dunia iptek, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Faktor Habibie, Teori Habibie, atau Fungsi Habibie.

Crack Progression Theory dianggap sangat penting dalam dunia dirgantara karena teori ini menjadi solusi dari masalah panjang yang dapat ditimbulkan oleh retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat mengalami guncangan selama take off dan landing.

Tak main-main, Faktor Habibie masih dijadikan pedoman dalam pembuatan pesawat terbang seluruh dunia hingga saat ini.

Sumbangsih Habibie Jadi Pedoman di Seluruh Dunia, Crack Progression Theory Ini Sangat Penting dalam Bidang Kedirgantaraan
DOK. KEMENRISTEKDIKTI/BONI AGUSTA

Sumbangsih Habibie Jadi Pedoman di Seluruh Dunia, Crack Progression Theory Ini Sangat Penting dalam Bidang Kedirgantaraan

Berkat temuan pentingnya, Habibie dijuluki Mr Crack.

Memahami Crack Progression Theory dari Mr Crack

Di masa muda, Habibie sempat mengenyam bangku pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), dulu bernama Universitas Indonesia Bandung, tapi hanya satu tahun.

Sebab, Habibie mendapat beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliah di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochshule (RWTH) Jerman pada 1955.

Baca Juga: Hari Ini Setahun Lalu, Publik Dikejutkan Kecelakaan Tragis Lion Air JT. Kini, KNKT Berhasil Ungkap Penyebab Pesawat Baru Itu Jatuh ke Laut Saat Pagi Hari

Habibie mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada 1960.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest