Follow Us

Jadi Pilihan Kamera Terbaik, Hasil Foto Lensa Tele untuk Mirrorless Boleh Diadu dengan Kemampuan DSLR

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 15 Oktober 2019 | 13:00
Lensa-lensa supertele yang digunakan untuk pemotretan olahraga dan alam liar.
Eddy Hasby/Kompas

Lensa-lensa supertele yang digunakan untuk pemotretan olahraga dan alam liar.

Fotokita.net - Selain naluri dan pengetahuannya terhadap dunia olahraga dan dunia satwa yang ada, fotografer spesialisasi olahraga dan alam liar membutuhkan perangkat fotografi yang memadai.

Fotografer olahraga dan alam liar ini sangat bersahabat dengan lensa tele, sebuah lensa dengan fisiknya yang panjang dan memberikan efek dari pendekatan ke subyek.

Dunia fotografi olahraga dan alam liar membutuhkan keahlian tersendiri dalam membekukan momen dalam hitungan satu per sekian detik.

Naluri dan kepekaan mengalir dalam darah dan benak kepala fotografer olahraga untuk mengambil keputusan seketika sebelum peristiwa terjadi.

Sementara fotografer alam liar sangat diam dan sabar menanti datangnya detik-detik momen puncak yang akan terjadi hadapan lensa panjangnya.

Baca Juga: Beli Kamera dengan Cara Kredit, Penyandang Disabilitas Ini Akhirnya Raih Sukses Lewat Fotografi. Lihatlah Foto-foto Karyanya yang Bikin Kita Tercengang!

Fitur lensa Fujinon XF 200 mm f/2 R LM OIS WR untuk pemotretan fotografi olahraga dan alam liar.
Eddy Hasby/KOMPAS

Fitur lensa Fujinon XF 200 mm f/2 R LM OIS WR untuk pemotretan fotografi olahraga dan alam liar.

Dalam perhelatan pertandingan sepak bola lensa tele sangat dibutuhkan, minimal lensa tele 300 mm untuk mendapatkan gambar yang baik di sudut lapangan.

Pertandingan sepak bola pada malam hari membutuhkan pula lensa tele dengan diafragma besar f/2.8 untuk menyelaraskan kecepatan dan kepekaan cahaya yang ada. Untuk menangkap gambar beku dalam fotografi olah raga dibutuhkan minimal 1/250 detik.

Jauh sebelum kamera mirrorless (kamera tanpa cermin) berkembang, kamera single lens reflects (SLR) dan disusul digital single lens reflex (DSLR) telah dilengkapi berbagai varian lensa tele dan tele zoom, baik jenis prime maupun lensa zoom, untuk kebutuhan pemotretan olah raga dan alam liar.

Perkembangan lensa jenis tele untuk kamera fotografi SLR sudah diciptakan setengah abad yang lalu, Nikon dan Canon merupakan pelopor dalam industri kamera dan lensa.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan Kompetitor, Sony Siapkan Hape Berkamera 10x Zoom

Nikon sudah mewujudkannya pada tahun 1959 dengan Nikkor Telephoto Zoom 8.5-25cm f/4-4.5 dan tahun 1971 memperkenalkan teknologi ED (extra low dispersion) atau kaca optik dispersi ekstra rendah yang ditanam pada lensa Nikkor H-300mm f/2.8.

Fitur lensa Fujinon XF 200 mm f/2 R LM OIS WR untuk pemotretan fotografi olahraga dan alam liar.
Eddy Hasby/Kompas

Fitur lensa Fujinon XF 200 mm f/2 R LM OIS WR untuk pemotretan fotografi olahraga dan alam liar.

Nikon sudah banyak memproduksi lensa telefoto dengan rentang fokus lensa 300mm, 400mm, 500mm, 600mm, 800mm, hingga 1.200mm.

Canon yang menjadi kompetitor tak mau ketinggalan. Pada tahun 1969, Canon mengeluarkan lensa FL-L 300mm f/5.6. Tahun 1993, Canon meluncurkan lensa EF35-350mm f/3.5-5.6L USM dan mengklaim lensa zoom pertama di dunia yang dapat dipertukarkan untuk kamera SLR dengan rasio pembesaran 10 kali.

Lensa-lensa tele di era SLR ini bekerja pada mekanisme analog. Seorang fotografer olahraga dituntut kepiawaiannya dalam mengelola nalurinya di tengah lapangan.

Naluri padanan mata dan kerja motorik otak memberi respons seketika agar tangan kirinya bekerja untuk mencari titik fokus subyek pada optik lensa dan jari kanannya seketika pula menekan tombol rana kamera, ketika momen puncak dalam dalam frame bidikannya.

Baca Juga: Cek Spek Fujifilm Square SQ6, Kamera Instax yang Simpel dan Keren

Teleconverter FUJINON XF1.4X F2 TC WR.
Eddy Hasby/KOMPAS

Teleconverter FUJINON XF1.4X F2 TC WR.

Dalam perkembangan selanjutnya, kamera SLR yang menggunakan film 35 mm mulai tergantikan dengan kamera DSLR, tidak lagi menggunakan film 35 mm, tetapi foto dalam format digital pada kartu memori. Transisi teknologi ini juga merambah dalam penyediaan lensa-lensa telefoto.

Sejak munculnya kamera mirrorless beberapa tahun belakangan, teknologi yang ditanam di kamera ini semakin melesat. Pelan tetapi pasti mirrorless menggeser peran DSLR.

Teknologi mirrorless dengan tubuhnya yang mungil mulai melirik kebutuhan fotografer spesialisasi olahraga dan alam liar dengan menyiapkan beberapa lensa telefoto.

Dalam dua tahun ini, paling tidak ada empat lensa supertele yang sudah diproduksi untuk kebutuhan kalangan profesional pengguna kamera mirrorless.

Baca Juga: Fujifilm Luncurkan Kamera Mirrorles Medium Format Buat Profesional

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 160, F/2.8, 1/500, format RAW RAF, resolusi 6240 x 4160, simulasi film Velvia.
Eddy Hasby/KOMPAS

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 160, F/2.8, 1/500, format RAW RAF, resolusi 6240 x 4160, simulasi film Velvia.

Pertengahan tahun 2018, produsen kamera mirrorless Fujifilm merilis lensa tele Fujinon XF 200 mm f/2 untuk kamera seri XF dan GF250 mm f/4 untuk seri GFX medium formatnya.

Sony juga merilis lensa telefoto FE 400mm f/2.8 GM OSS. Pertengahan tahun ini, Sony merilis kembali lensa FE 600 mm f/s4 GM OSS dan FE 100-400mm f/4.5-5.6 GM OSS. Ketiga lensa telefoto ini padanan dari kamera Sony a9 yang memiliki kecepatan dalam menangkap momen.

Mengamati lensa tele Fujinon XF 200 mm f/2 R LM OIS WR produksi Fujifilm, ada kesan teknologi optik di mirrorless ini semakin melesat.

Baca Juga: Fuji Instax Square SQ 20, Kamera Instan Rp 2 Jutaan Berfitur Keren

Maklum Fujinon memiliki sejarah panjang dalam menciptakan lensa diperuntukkan sinema dan studio pertelevisian yang kini diaplikasikan untuk lensa-lensa fotografi.

Lensa Fujinon XF 200 mm f/2 ini memiliki diafragma cukup besar, mampu menangkap cahaya rendah dan efeknya membuat subyek foto ini menjadi lebih bokeh, ruang ketajaman (depth of field) semakin tipis membuat latar belakang semakin samar.

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 1000, F/2.8, 1/15, resolusi 6240 x 4160.
Eddy Hasby/KOMPAS

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 1000, F/2.8, 1/15, resolusi 6240 x 4160.

Komponen optik di dalam lensa ini terdiri atas 19 elemen dalam 14 grup, termasuk 2 elemen ED (extralow dispersion–kaca optik dispersi ekstrarendah) dan 1 elemen ED (extralow dispersion) super dan dilapisi bahan khusus untuk mencegah air dan kotoran agar tidak tidak menempel di permukaan optik.

Dipadukan dengan kamera Fujifilm XT-3 memiliki sensor APS-C (tidak full frame), lensa ini setara dengan 305 mm jika dibandingan dengan format full frame 35mm pada kamera DSLR. Jika ditambah dengan teleconverter XF 1.4x TC F2 WR, lensa ini memberikan jarak panjang fokus yang setara dengan 427 mm dalam format 35mm.

Kemampuan kamera Fujifilm XT3 yang memilik fasilitas fast tracking atau kecepatan menangkap fokus pada subyek sangat membantu, mengunci transisi peralihan perubahan jarak dengan titik lensa secara smooth. Ini terasa ketika merekam video dalam gerakan lambat (slow motion).

Baca Juga: Mau Coba Kamera Mini Seukuran Flashdisk Ini? Ternyata Bisa Rekam Video Juga Lho!

Lensa ini juga ditunjang dengan teknologi OIS (optical image stabilizer) untuk mencegah guncangan pada saat pemotretan dalam kondisi cahaya rendah. Dan didukung motor linier untuk auto fokus sangat cepat dan senyap. Fujifilm mengklaim lensa XF 200 mm ini merupakan telefoto supercepat dalam jajaran lensa seri X dalam menangkap titik fokus.

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 1000, F/2.8, 1/30, resolusi 6240 x 4160.
Eddy Hasby/KOMPAS

Hasil pemotretan dengan Fujinon XF 200mm F2 OIS WR dengan kamera Fujifilm XT3, ISO 1000, F/2.8, 1/30, resolusi 6240 x 4160.

Bodi lensa terbuat dari konstruksi paduan magnesium tahan terhadap debu, kelembaban, dan suhu rendah hingga di bawah minus 10 derajat celsius.

Fujifilm sendiri menjuluki lensa Fujinon lensa XF 200 mm dengan ”Monster Glass”, selain lensa XF 8-16mm f/2.8 dan GF 250 mm f/4 untuk seri medium format yang sudah diproduksi Fujifilm.

”Monster Glass 99 persen dikerjakan dengan perfection artinya keseriusan para engineer pengembangan di Fujifilm untuk menciptakan lensa ini,” ujar Johanes J Rampi selaku General Manager Electronic Imaging PT Fujifilm Indonesia.

Baca Juga: Foto Pertama Proklamasi Indonesia Dijepret dengan Kamera yang Hancur di Tangan Penjajah Jepang Ini

”Lensa ini di buat untuk para fotografer yang bergelut dalam fotografi olah raga dan alam liar yang membutuhkan kecepatan tinggi,” tambah Johanes.

Lensa Fujinon Lens XF 200 mm F2 R LM OIS WR dilengkapi XF TC 1.4X F2 WR dalam satu paket ini memang masih terbilang tidak murah, mencapai Rp 92 juta rupiah, tetapi setelah mencoba lensanya ini, hasil akhirnya sepadan. Bokeh untuk hasil fotografi dan videografi. (Eddy Hasby/Kompas.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest