Follow Us

Ada yang Janggal, Pelaku Penyerangan Wiranto Bilang Tak Tahu Sosok Sasarannya, Tapi Si Anak Justru Berikan Keterangan Berbeda

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 12 Oktober 2019 | 07:24
Detik-detik sebelum Menkopolhukam Wiranto ditikam di  Pandeglang, Banten.
Istimewa

Detik-detik sebelum Menkopolhukam Wiranto ditikam di Pandeglang, Banten.

Fotokita.net - Ada yang janggal apabila kita mengikuti perkembangan dari peristiwa penyerangan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto pada Kamis (10/10/2019) di Pandeglang, Banten.

Usai melakukan interogasi, pihak kepolisian kembali memberikan keterangan resmi. Kata polisi, pelaku berinisial SA itu melakukan penyerangan dengan spontan. Bahkan, pelaku juga tak mengetahui bahwa yang ditusuknya adalah Wiranto.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019) mengatakan, keterangan tersebut didapatkan dari pelaku dari hasil pemeriksaan polisi dalam dua hari ini.

"Tindakan serangan SA, sifatnya spontan. Dia sudah punya framing, sasaran dia (pemerintah atau polisi) dan mengatakan tidak tahu siapa (yang ditusuk)," kata dia.

Baca Juga: Tak Tahu Sasaran Serangan Itu Adalah Wiranto, Pelaku Cuma Targetkan Pejabat Pemerintah yang Bikin Ramai Kampung. Jadi, Apa Alasan Penyerangan Itu?

 Pelaku Penusukan Menkopolhukam Wiranto
Dok Polres Pandeglang

Pelaku Penusukan Menkopolhukam Wiranto

Dari pengakuan yang disampaikan kepada penyidik, aksi spontan SA tersebut dipicu dengan keramaian yang muncul di sekitar Alun-Alun Menes.

Menurut Dedi, SA menyampaikan kepada penyidik bahwa ada kapal (helikopter) dan masyarakat yang berbondong-bondong ke alun-alun, dia pun spontan ikut menuju ke sana.

Kepada istrinya, FA, dia mengatakan akan menusuk orang yang turun dari helikopter, sedangkan istrinya diminta menusuk polisi yang dekat dengan orang tersebut.

"Dia sampaikan kepada penyidik, ada helikopter yang disebutnya kapal, masyarakat berbondong-bondong ke alun-alun. Dia bilang kepada istrinya, saya tidak tahu siapa, tapi itu sasaran kita. Dia spontan langsung menuju alun-alun," kata dia.

"Dia bilang ke istrinya, saya akan serang Bapak yang turun dari heli, kamu langsung tusuk anggota polisi yang dekat dengan Bapak itu," lanjut dia.

Baca Juga: Terbongkar, Penyerang Wiranto Ternyata Sudah Dapat Perintah Pakai Kunai Sejak 4 Tahun Lalu. Begini Alasannya...

SA, Pelaku Penusukan Wiranto Ternyata Mantan Pengguna Narkoba dan Pemain Judi, Lulusan S1 Itu Berubah Sepulang dari Malaysia
dok. Polsek Pandeglang

SA, Pelaku Penusukan Wiranto Ternyata Mantan Pengguna Narkoba dan Pemain Judi, Lulusan S1 Itu Berubah Sepulang dari Malaysia

Tapi, ada hal yang menarik. Keterangan berbeda justru disampaikan oleh anak perempuan dari pelaku SA itu.

Kamis (10/10/2019), menjadi hari paling kelam bagi Ratu Ayu Lestari. Gadis dua belas tahun itu harus menyaksikan langsung aksi horor ketika kedua orangtuanya menusuk Menteri Politik Hukum dan Keamanan Jenderal (Purn) Wiranto di Alun-Alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hari makin kelabu buat Ratu, karena sejak itulah dia terpisahkan dari kedua orangtuanya yang kini meringkuk di tahanan Mabes Polri.

Ketenangan pagi di Desa Purwaraja seketika pecah setelah sebuah helikopter terbang rendah. Gemuruh suara di udara yang tak biasa itu, memantik rasa ingin tahu Ratu. Seketika itu, tanpa didampingi orangtuanya, Ratu bersama teman-teman sebayanya, berlari dari rumah kontrakannya menuju lokasi helikopter yang akan mendarat.

Gang sempit perkampungan yang berbahan beton bercampur tanah dengan lebar hanya sekitar satu meter itu, tak mengurangi kecepatan derap langkah kegirangan Ratu mengejar lokasi pendaratan helikopter itu. Setibanya di Alun-Alun Menes, mata Ratu dan ratusan warga lainnya terpukau dengan burung besi yang baru saja mendarat di sana. Sejumlah warga pun mengabadikan momen yang langka itu dengan kamera ponsel mereka.

Dari helikopter yang mendarat sekitar setengah sembilan pagi itu, turun Menkopolhukam Wiranto dan ajudannya. Usai menyalami sejumlah warga, Wiranto menaiki mobil dan berlalu menuju Universitas Mathla’ul Anwar yang berada sekitar tujuh setengah kilometer dari lokasi itu.

Baca Juga: Beberapa Saat Usai Wiranto Diserang, Polisi Langsung Tuding Pelaku Terhubung dengan ISIS. Rupanya, Dari Tanda Inilah Kesimpulan Itu Bermula

Pelaku Penikaman Terhadap Wiranto
Ist

Pelaku Penikaman Terhadap Wiranto

Ratu yang tidak disekolahkan orangtuanya, hampir dua jam menyaksikan helikopter yang mungkin baru pertama kali dilihatnya secara langsung. Saat itu, ayah Ratu, Syahrial Alamsyah (31) dan ibu tirinya, Fitri Andriana (21), menemukannya dan membawanya ke gerbang utara Alun-Alun Menes.

Tak lama, iring-iringan mobil yang ditumpangi Wiranto pun tiba. Mereka bertiga berdiri di sebelah kiri tak jauh dari lokasi berhentinya mobil Wiranto. Warga pun kembali bersiap mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.

Setelah Wiranto turun dari mobil, tiba-tiba ayah Ratu, Syahrial, berlari meringsek masuk penjagaan. Seketika itu Syahrial menghujamkan belati (seperti senjata di film bertema ninja) sebanyak tiga tusukan ke dada sebelah kiri Wiranto sampai dirinya tersungkur. Fitri pun ikut menyerang dan melukai Kepala Kepolisian Sektor Menes Komisaris Polisi Daryanto yang berjaga di sekitar Wiranto.

Pihak keamanan bergegas meringkus kedua orangtua Ratu. Mereka dibawa ke ruang tahanan Kantor Polsek Menes yang berjarak 50 meter dari lokasi kejadian. Sedangkan mobil yang membawa Wiranto buru-buru dilarikan meninggalkan lokasi kejadian itu.

Ratu bergetar, seakan tak percaya kedua orangtuanya melakukan aksi ngeri itu. Tangis dan teriak Ratu pecah. Sambil menangis dia berlari ke tempat Ella Raubatul Janah (30), tetangga sebelah rumah kontrakannya. Lari kaki kecilnya berhenti di pelukan Ella.

Baca Juga: Setelah Kabar Wiranto Diserang Merebak, Rupanya Banyak Warga yang Justru Berikan Komentar Gembira. Hal Ini Jadi Salah Satu Alasannya

Wiranto ditusuk
Twitter @ukunkurnia2016

Wiranto ditusuk

“Kamu kenapa menangis?” tanya Ella sambil mengusap rambut Ratu. “Abah ditangkap polisi karena nusuk menteri,” ujar Ratu. Sekitar setengah jam kemudian, tiga anggota polisi wanita menjemput Ratu. Menurut kepolisian, mereka akan membawa Ratu ke rumah sanak saudaranya di Medan.

Kisah pilu seakan tidak pernah berhenti menghinggapi Ratu. Beberapa tahun sebelumnya, Ratu berpisah dengan ibu kandungnya, Afrina (31), karena perceraian dengan ayahnya. Perpisahan itu juga membuat Ratu berpisah dengan kakak kandungnya, Qadriya Rayyan Nisa (15).

Meski demikian, perpisahan dengan orang tercinta pada usia belia itu, tak membuat senyumnya pudar. Tetangga mengenal Ratu sebagai gadis yang ceria. “Berbeda dengan ayah dan ibunya yang tertutup dan tidak bergaul sama sekali dengan tetangga, Ratu itu gadis ceria, aktif, periang, seperti anak seusianya pada umumnya,” ujar Suriyah (47), tetangga sebelah rumah kontrakan Ratu.

Sehari-hari Ratu dikenal supel dan bergaul, baik dengan teman sebaya atau orangtua temannya. Hal ini bertolak belakang 180 derajat dari kedua orangtuanya yang hanya keluar rumah untuk pergi ke warung atau ke gerai ritel.

Saking tidak pernah bergaul, banyak tetangga dan pengurus RT/RW yang bahkan baru tahu nama Syahrial sejak ditahan polisi. Yusep, pemilik kontrakan tempat mereka tinggal, mengatakan, sejak delapan bulan mengontrak, tidak pernah dirinya tahu nama Syahrial dan seperti apa wajahnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Wiranto, Pejabat Negara Kita Juga Pernah Diserang Lantaran Perkara Ini

Kondisi rumah Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31), pelaku penikaman terhadap Wiranto Kampung Sawah, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Kamis (10/10/2019).
Tribunnews.com/Hari Darmawan

Kondisi rumah Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31), pelaku penikaman terhadap Wiranto Kampung Sawah, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Kamis (10/10/2019).

“Mereka mengontrak karena dibawa teman mereka yang terlebih dahulu mengontrak unit lain di tempat saya, namanya Syamsuddin. Penagihan pembayaran juga selalu dilakukan anak buah saya. Jadi saya tidak tahu siapa mereka,” ujar Yusep yang memiliki 9 unit kontrakan yang ada di Kampung Sawah, Desa Menes.

Karena supel, Ratu menjadi penghubung komunikasi warga dengan orangtuanya. Salah satunya, ketika dua bulan terakhir rumah kontrakan Ratu ketambahan penghuni baru yakni Fitri, yang merupakan ibu tiri atau istri yang kedua dari ayahnya, Syahrial. Sebab, enam bulan pertama mengontrak, Ratu hanya tinggal berdua dengan ayahnya. “Saya tanya ke Ratu, itu siapa perempuan yang dibawa abahmu? Dia jawab, itu istri abah yang baru. Kalau bukan karena Ratu, kami juga tidak tahu,” ujar Suriyah.

Sekretaris RW 01 Desa Menes Yadi mengatakan, setelah membawa Fitri ke rumah, Syahrial tidak pernah melaporkan kalau sudah menikah lagi. Surat nikah keduanya belum sempat diminta oleh RT setempat. ”Setiap orang yang mengontrak sebenarnya perlu kita mintai identitasnya. Tapi saat akan diminta identitasnya oleh ketua RT, ia selalu bilang kalau masa kontraknya akan habis,” ujar Yadi.

Baca Juga: Kepala BIN Nyatakan Penusuk Wiranto Tergabung dalam JAD Bekasi, Ternyata Organisasi JAD Didirikan di Tempat yang Dijaga Aparat

Sekolah

Tak hanya ceria, Ratu juga dikenal sebagai gadis yang pintar. Mengaku kepada tetangganya hanya belajar dari internet, Ratu kerap berbicara bahasa Inggris dan Arab. Padahal kedua orangtuanya tidak menyekolahkannya. Ratu bercerita, abahnya yang bermatapencaharian pedagang pulsa dan situs belanja daring, tidak memperbolehkannya sekolah.

Keputusan itu ironis. Sebab, Suriyah mengatakan, gadis yang sehari-hari mengenakan cadar seperti ibu tirinya itu, seringkali berkeliling kampung sambil menggendong ransel. “Ratu bawa tas biar kelihatan kayak anak sekolah. Ratu mau sekolah,” ujar Suriyah menirukan apa yang disampaikan Ratu.

Keceriaan Ratu memantik simpati mendalam dari para tetangga. Mereka menyayangkan Ratu dibesarkan di keluarga yang janggal. Kini, di mana pun Ratu berada dan dengan siapa ia diasuh, peristiwa kelabu yang ia alami bisa jadi akan terus terpatri dalam memorinya. (BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/FAJAR RAMADHAN/Kompas.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest