Pihak keamanan bergegas meringkus kedua orangtua Ratu. Mereka dibawa ke ruang tahanan Kantor Polsek Menes yang berjarak 50 meter dari lokasi kejadian. Sedangkan mobil yang membawa Wiranto buru-buru dilarikan meninggalkan lokasi kejadian itu.
Ratu bergetar, seakan tak percaya kedua orangtuanya melakukan aksi ngeri itu. Tangis dan teriak Ratu pecah. Sambil menangis dia berlari ke tempat Ella Raubatul Janah (30), tetangga sebelah rumah kontrakannya. Lari kaki kecilnya berhenti di pelukan Ella.
“Kamu kenapa menangis?” tanya Ella sambil mengusap rambut Ratu. “Abah ditangkap polisi karena nusuk menteri,” ujar Ratu. Sekitar setengah jam kemudian, tiga anggota polisi wanita menjemput Ratu. Menurut kepolisian, mereka akan membawa Ratu ke rumah sanak saudaranya di Medan.
Kisah pilu seakan tidak pernah berhenti menghinggapi Ratu. Beberapa tahun sebelumnya, Ratu berpisah dengan ibu kandungnya, Afrina (31), karena perceraian dengan ayahnya. Perpisahan itu juga membuat Ratu berpisah dengan kakak kandungnya, Qadriya Rayyan Nisa (15).
Meski demikian, perpisahan dengan orang tercinta pada usia belia itu, tak membuat senyumnya pudar. Tetangga mengenal Ratu sebagai gadis yang ceria. “Berbeda dengan ayah dan ibunya yang tertutup dan tidak bergaul sama sekali dengan tetangga, Ratu itu gadis ceria, aktif, periang, seperti anak seusianya pada umumnya,” ujar Suriyah (47), tetangga sebelah rumah kontrakan Ratu.
Sehari-hari Ratu dikenal supel dan bergaul, baik dengan teman sebaya atau orangtua temannya. Hal ini bertolak belakang 180 derajat dari kedua orangtuanya yang hanya keluar rumah untuk pergi ke warung atau ke gerai ritel.
Saking tidak pernah bergaul, banyak tetangga dan pengurus RT/RW yang bahkan baru tahu nama Syahrial sejak ditahan polisi. Yusep, pemilik kontrakan tempat mereka tinggal, mengatakan, sejak delapan bulan mengontrak, tidak pernah dirinya tahu nama Syahrial dan seperti apa wajahnya.
Baca Juga: Bukan Hanya Wiranto, Pejabat Negara Kita Juga Pernah Diserang Lantaran Perkara Ini
“Mereka mengontrak karena dibawa teman mereka yang terlebih dahulu mengontrak unit lain di tempat saya, namanya Syamsuddin. Penagihan pembayaran juga selalu dilakukan anak buah saya. Jadi saya tidak tahu siapa mereka,” ujar Yusep yang memiliki 9 unit kontrakan yang ada di Kampung Sawah, Desa Menes.