Karena supel, Ratu menjadi penghubung komunikasi warga dengan orangtuanya. Salah satunya, ketika dua bulan terakhir rumah kontrakan Ratu ketambahan penghuni baru yakni Fitri, yang merupakan ibu tiri atau istri yang kedua dari ayahnya, Syahrial. Sebab, enam bulan pertama mengontrak, Ratu hanya tinggal berdua dengan ayahnya. “Saya tanya ke Ratu, itu siapa perempuan yang dibawa abahmu? Dia jawab, itu istri abah yang baru. Kalau bukan karena Ratu, kami juga tidak tahu,” ujar Suriyah.
Sekretaris RW 01 Desa Menes Yadi mengatakan, setelah membawa Fitri ke rumah, Syahrial tidak pernah melaporkan kalau sudah menikah lagi. Surat nikah keduanya belum sempat diminta oleh RT setempat. ”Setiap orang yang mengontrak sebenarnya perlu kita mintai identitasnya. Tapi saat akan diminta identitasnya oleh ketua RT, ia selalu bilang kalau masa kontraknya akan habis,” ujar Yadi.
Sekolah
Tak hanya ceria, Ratu juga dikenal sebagai gadis yang pintar. Mengaku kepada tetangganya hanya belajar dari internet, Ratu kerap berbicara bahasa Inggris dan Arab. Padahal kedua orangtuanya tidak menyekolahkannya. Ratu bercerita, abahnya yang bermatapencaharian pedagang pulsa dan situs belanja daring, tidak memperbolehkannya sekolah.
Keputusan itu ironis. Sebab, Suriyah mengatakan, gadis yang sehari-hari mengenakan cadar seperti ibu tirinya itu, seringkali berkeliling kampung sambil menggendong ransel. “Ratu bawa tas biar kelihatan kayak anak sekolah. Ratu mau sekolah,” ujar Suriyah menirukan apa yang disampaikan Ratu.
Keceriaan Ratu memantik simpati mendalam dari para tetangga. Mereka menyayangkan Ratu dibesarkan di keluarga yang janggal. Kini, di mana pun Ratu berada dan dengan siapa ia diasuh, peristiwa kelabu yang ia alami bisa jadi akan terus terpatri dalam memorinya. (BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/FAJAR RAMADHAN/Kompas.id)