Dari poster ini, mahasiswa ingin menyindir dan mengkritik anggota DPR. Rancangan KUHP dinilai terlalu mencampuri urusan pribadi dan menimbulkan ancaman serta ketidakadilan bagi rakyat kecil, khususnya kaum perempuan.
”Bagaimana dengan perempuan yang diperkosa terus memilih menggugurkan kandungan, terus kena penjara,” kata Cindy Larasati, mahasiswi semester akhir Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Hari itu, seharusnya ia bimbingan skripsi.
Semangat juang juga diserukan Dara Tanjung Maharani (20). Kedua tangannya diangkat tinggi sembari berteriak, ”DPR bangun, DPR bangun, DPR bangun.” Seketika posturnya yang mungil menjadi perhatian di tengah keramaian mahasiswa.
”DPR Bangun! Kebanyakan Tidur Bikin RUU Kebawa Mimpi”. Itulah tulisan poster yang diangkatnya tinggi-tinggi. ”Anggota DPR terkenal sering tidur pas rapat. Mungkin saat buat RUU, mereka ngantuk. Jadi ngaco,” ucap Dara.
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Bakrie itu berpanas-panas bersama mahasiswa lain dari berbagai kampus dan kota untuk menyuarakan kegelisahan. Menurut dia, DPR sama sekali tak mendengarkan aspirasi rakyat.
”RUU PKS yang melindungi korban kekerasan seksual ditunda-tunda. Orang zina diurusin, kayak situ (DPR) gak zina saja. Prioritasnya seperti apa?” katanya.
Kritik jenaka juga muncul saat aksi ”Gejayan Memanggil” di Yogyakarta, Senin lalu. Penggalan lirik lagu Didi Kempot dicomot. ”Pak, opo salah rakyatmu iki?”. Dalam bahasa Jawa, kalimat itu ingin mempertanyakan kesalahan apa yang diperbuat rakyat.
Ada pula yang menulis surat izin di poster. ”Bu, kula pamit turun ke jalan. DPR’e pekok”. Mahasiswa pamit kepada ibunya turun ke jalan. Wakil rakyat dinilai tidak beres.