Hasilnya, memang banyak estetika fotografi yang bisa dinikmati dalam pameran itu.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memberi perhatian pada foto sampah di Bengawan Solo karya Prof Soeprapto Soejono, seusai pembukaan pameran foto
Tapi, di balik itu seperti ada rekam-rekam ratapan Bengawan Solo yang bagai sayatan sembilu di dinding kalbu.
Secara dominan, lengkingan-lengkingan Bangawan Solo yang seolah meratap, terekam dalam karya fotografi.
Prof Soeprapto Soejono, misalnya, cukup menangkap gambar sampah-sampah plastik di pinggiran Bengawan Solo.
Satu frame ini sudah cukup menceritakan betapa Bengawan Solo Begitu terluka dan sedang meratap, hingga lengkingannya menjadi pixel-pixel yang mengiris hati.
Atau karya Teguh Santoso yang menggunakan teknik makro.
Landskap Bengawan Solo yang terefleksi dalam embun-embun kecil itu pun bagai gambaran sendu-sedan.
Karya Dwi Oblo lebih lugas mengungkap betapa kandungan Bengawan Solo bukan lagi biota sungai atau keindahan alam sungai.

Pengunjung memperhatikan foto karya Dwi Oblo pada pameran foto
Hasil jepretannya membuktikan kandungan Bengawan Solo adalah bangkai unggas, logam, kasur bekas, dan limbah lainnya.