Yafet Sibi, legenda hidup Persipura yang aktif bermain pada era 70-an, menceritakan saat kejadian ia berdiri di Tugu Marthen Indey. Jaraknya sekitar 50 meter dari SPBU Nagoya dan merupakan persimpangan menuju Jalan irian dan Jalan Koti.
Saat itu massa yang masih berada beberapa ratus meter di depannya tampak melakukan perusakan dengan melempari setiap bangunan yang dilewati. Ketika itu juga ia berpikir untuk melakukan sesuatu guna mengalihkan rute massa.
Caranya, ia menggunakan pakaian masyarakat pegunungan dan mengucapkan yel-yel yang biasa massa lontarkan.
Baca Juga: Menunggu Dialog di Papua, Damai atau Referendum? Foto-Foto Ini Tunjukan Jayapura Papua Masih Tegang

Warga melintasi bangunan dan kendaraan yang rusak, di Jayapura, Papua, Jumat (30/8/2019). Sejumlah bangunan dan kendaraan terbakar saat aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh di Jayapura, Kamis kemarin, masih terkait memprotes dugaan tindak rasisme kepada mahasiswa Papua di Jawa Timur beberapa waktu la
"Dari tiga grup yang datang, saya sudah di Tugu Marthen Indey, Saya pakai atribut masyarakat pegunungan untuk saya mengarahkan massa tidak boleh lewat sini (Jalan Irian). Jadi ketiga rombongan massa itu saya arahkan ke sana (Jalan Koti) semua," ujarnya, Minggu (1/9/2019).
Karena sosoknya sudah cukup dikenal, Yafet mengaku ada beberapa mahasiswa di dalam rombongan massa memanggilnya. Mahasiswa yang memanggilnya dengan sebutan "pak ondo (kepala suku)" kemudian ia manfaatkan untuk ikut menjaga SPBU dan menghalau massa.
Namun, upaya yang dilakukan Yafet Sibi tidak sepenuhnya berhasil karena masih ada belasan orang yang lewat di Jalan Irian dan melakukan pembakaran bangunan sebelum SPBU Nagoya.

Yafet Sibi, Legenda Persipura, sedang menceritakan saat-saat kerusuhan di Kota Jayapura terjadi pada 29 Agustus 2019, Minggu (1/9/2019)
Di momen inilah Yohan Sombuk, Pengawas dan Manager Operasional SPBU Nagoya berperan. Ia yang saat kejadian berdiri di depan SPBU dengan kondisi pagar sudah ditutup, telah menyiapkan langkah antisipasi.