Follow Us

Lewat Foto-foto Tulisan Tangannya, Bung Karno Ternyata Punya Sifat Asli Ini. Baca Analisis Tulisan Tangan Bung Karno!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 15 Agustus 2019 | 07:03
Foto karya wartawan IPPHOS yang menjadi koleksi Australian War Memorial.  Sukarno, Presiden  Indonesia, berbincang dengan Charles Eaton, pejabat sementara Konsulat Jenderal Australia di Yogyakarta 1947.
Australian War Memorial

Foto karya wartawan IPPHOS yang menjadi koleksi Australian War Memorial. Sukarno, Presiden Indonesia, berbincang dengan Charles Eaton, pejabat sementara Konsulat Jenderal Australia di Yogyakarta 1947.

Fotokita.net – Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno selalu menarik untuk kita ikuti ceritanya. Ada saja cerita sejarah yang muncul saat Soekarno berada di tampuk tertinggi negeri ini.

Saat kita telusuri rupanya cerita Soekarno membuat penasaran orang saat ia masih muda dan memimpin pergerakan Nusantara sewaktu masa penjajahan oleh negeri Belanda. Soekarno dan para pemuda saat itu terus bergerak untuk menuntut kemerdekaan Nusantara dari cengkraman penjajah, seperti Belanda dan Jepang.

Soekarno atau karib kita sapa Bung Karno juga banyak dikenal melalui pidato-pidatonya (baik lisan maupun tulisan). Kita mengenal Bung Karno melalui cerita orang-orang terdekatnya.

Dalam rubrik Grafologi yang pernah ada di Majalah Intisari, penulisnya Deborah Dewi, membahas tulisan tangan Bung Karno, dalam judul Tulisan Soekarno yang Luar Biasa, di edisi Februari 2012.

Anggap saja kita tidak pernah membaca atau mendengar cerita tentang Bung Karno, dan hanya sebatas mengetahui bahwa dia adalah orang yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Deretan Foto-foto Ini Bakal Bikin Kita Kapok Menonton Pertunjukan Sirkus Gajah. Mau Tahu Alasannya?

Soekarno saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Wikipedia

Soekarno saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Kita mencoba mengetahui kepribadiannya dalam analisis grafologi.

Dari empat contoh tulisan tangan Bung Karno yang ditulis pada situasi dan kondisi yang berbeda, ditemukan sebuah konsistensi pola.

Hal ini menandakan bahwa mantan orang nomor satu di Indonesia ini memiliki kepribadian yang cukup stabil. Konsistensi ketiga sinyal tersebut tidak berubah dari masa ke masa.

Baik ketika Bung Karno sedang menulis di bawah tekanan yang cukup hebat pada waktu menulis teks Proklamasi Bangsa Indonesia maupun ketika dia menulis hal-hal yang sifatnya umum.

Baca Juga: Bukan Kacamata Biasa, Barang Ini Cocok Buat Tukang Foto Kekinian

Peci hitam, yang dikenakan Sukarno dalam setiap kemunculannya di ruang publik, menjadi simbol nasionalisme. Diasingkan ke Pulau Flores dari pergerakan kemerdekaan Indonesia, tak membuat Soekarno patah arang. "Di Pulau Flores yang sepi, aku menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang poho
Helen dan Frank Schreider/ National Geographic

Peci hitam, yang dikenakan Sukarno dalam setiap kemunculannya di ruang publik, menjadi simbol nasionalisme. Diasingkan ke Pulau Flores dari pergerakan kemerdekaan Indonesia, tak membuat Soekarno patah arang. "Di Pulau Flores yang sepi, aku menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang poho

Presiden dari masa Orde Lama ini bermimpi untuk merdeka meskipun secara logika hal tersebut terlihat sulit, mengingat dari segi kemampuan ekonomi maupun militer Indonesia pada waktu itu sangat jauh di bawah Belanda maupun Jepang.

Kombinasi Right Slant (pola kemiringan ke kanan pada tulisan) yang ditandari garis hijau serta High T-Bar (penulisan huruf T dengan garis yang di buat di atas huruf-huruf vokal a, e, i, o, dan u) yang ditandai lingkaran merah pada tulisan-tulisan beliau adalah salah satu jawaban di balik optimisme dan dorongan sosok Bung Karno untuk maju.

Baca Juga: KKB Papua Selalu Ajukan Sederet Tuntutan Ini Hingga Kacaukan Keamanan. Rupanya Mereka Senang Pamer Kekuatan Lewat Foto!

Tulisan tangan Bung Karno untuk Teks Proklamasi.
Inovasee

Tulisan tangan Bung Karno untuk Teks Proklamasi.

Namun, sebenarnya Bung Karno tidak selalu optimis.

Dalam tulisan tangannya juga terdapat sinyal Low T-Bar (penulisan huruf T dengan garis yang dibuat di bawah huruf-huruf vokal a, e, i, o, dan u) yang menandakan bahwa rasa percaya diri Bung Karno sesungguhnya tidak konsisten.

Baca Juga: Foto-Foto Ini Buat Kita Tidak Menyangka, Furnitur Keren ini Ternyata Terbuat dari Barang Loak

Teks 'Dedication of Life'
Laurencius Simanjuntak

Teks 'Dedication of Life'

Kabar baiknya adalah respon emosi Bung Karno yang ditunjukkan oleh pola kemiringan tulisan tangannya tidak berubah.

Hal inilah yang tetap mendorong Bung Karno untuk berorientasi kepada masa depan, tujuan dan hasil meskipun terkadang dorongan tersebut didukung oleh rasa kepercayaan diri yang turun naik.

Baca Juga: Rindu Itu Berat, Para Pencari Suaka di Indonesia Obati Kangen dengan Barang-barang Ini. Lihat Kisah Foto Mereka!

Salah satu pernyataan Bung Karno yang mencerminkan kombinasi sinyal grafologi adalah:

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.”

Dengan kata lain tidak perlu “malu dan takut” (High T-Bar) untuk “kemajuan” (Right Slant). (Majalah Intisari)

Source : Majalah Intisari

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest