Follow Us

Iklim yang Berubah, Apakah Kita Mau Berpangku Tangan Setiap Hadapi Kemarau, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Senin, 05 Agustus 2019 | 08:26
Warga saat mengunjungi Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018). Akibat musim kemarau, air di Waduk Jatigede surut sekitar 300 meter dari empat bulan yang lalu dan menyebabkan puing-puing bangunan kembali muncul.
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Warga saat mengunjungi Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018). Akibat musim kemarau, air di Waduk Jatigede surut sekitar 300 meter dari empat bulan yang lalu dan menyebabkan puing-puing bangunan kembali muncul.

Jumlah korban meninggal akibat kebakaran mencapai 32 jiwa, sedangkan korban luka sudah lebih dari 350 jiwa. Sedangkan jumlah korban menderita sebanyak lebih dari 400.000 jiwa. Tak hanya korban jiwa, kebakaran hutan dan lahan juga menyebabkan 126 unit rumah rusak.

Baca Juga: Foto-foto Unik Dunia, Mana yang Jadi Favorit Kita? Kebakaran Hutan Jambi, Hukum Cambuk Aceh, Bentrok Yerusalem Atau Danau Cinta di Tengah Gurun?

Sejumlah petugas pemadan kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2
ANTARA FOTO

Sejumlah petugas pemadan kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2

Wilayah Kalimantan Tengah telah mengalami kebakaran hutan dan lahan. Awal Juli 2019, sebanyak 179,42 hektar hutan dan lahan terbakar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembuatan sumur bor. Sepanjang tahun 2019, telah tercatat 287 titik panas dan 109 kali kejadian kebakaran.

Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kalimantan Tengah, selama Juli 2019 terdapat 48 kejadian kebakaran, dengan rincian Kotawaringin Timur (81,78 hektar), Palangkaraya (47,95 hektar), Kotawaringin Barat (34 hektar), dan Barito Utara (15,69 hektar).

Sementara wilayah lain harus tetap waspada, sebab kemarau tahun ini jauh lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan pantauan satelit NOAA, jumlah titik panas dari Januari hingga Juni 2019 sudah mencapai 508 lokasi.

Baca Juga: Enam Provinsi Darurat Kebakaran Hutan, Akankah Indonesia Kembali Ekspor Asap?

Api berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabu
ANTARA FOTO

Api berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabu

Mitigasi

Hidup dalam dua fenomena musim yang memiliki dampak bagi kehidupan harus diimbangi dengan kemampuan mitigasi masyarakat Indonesia. Mencermati kekeringan yang dimulai sejak April dan berpuncak pada Agustus setiap tahun, mitigasi perlu dilakukan untuk menurunkan dampak dari kejadian bencana.

Upaya mitigasi bisa dilakukan dengan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). TMC merupakan bentuk upaya intervensi manusia pada sistem awan untuk mengondisikan cuaca agar berperilaku sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal yang paling lazim dalam TMC adalah hujan buatan.

Intervensi cuaca ini sudah dilakukan dan dapat ditingkatkan frekuensinya menjelang puncak-puncak musim kemarau. Hanya saja, modifikasi ini juga memerlukan dukungan potensi awan hujan. Hingga akhir Juli 2019, potensi awan hujan kurang dari 70 persen, sehingga TMC belum dalam dilakukan.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest