Follow Us

Iklim yang Berubah, Apakah Kita Mau Berpangku Tangan Setiap Hadapi Kemarau, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Senin, 05 Agustus 2019 | 08:26
Warga saat mengunjungi Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018). Akibat musim kemarau, air di Waduk Jatigede surut sekitar 300 meter dari empat bulan yang lalu dan menyebabkan puing-puing bangunan kembali muncul.
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Warga saat mengunjungi Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018). Akibat musim kemarau, air di Waduk Jatigede surut sekitar 300 meter dari empat bulan yang lalu dan menyebabkan puing-puing bangunan kembali muncul.

Foto udara kebakaran hutan di samping perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kumpeh Ulu di Muaro Jambi, provinsi Jambi.
Antara Foto/Reuters/VOA Indonesia

Foto udara kebakaran hutan di samping perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kumpeh Ulu di Muaro Jambi, provinsi Jambi.

Kebakaran Hutan

Kondisi tanah yang mengering dan udara yang lebih panas juga menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Apalagi ada bagian wilayah Indonesia yang didominasi lahan gambut, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Lahan gambut sangat rentan terbakar sebab material tanahnya terdiri dari bahan-bahan organik, seperti daun, ranting dan batang pohon, hingga hewan-hewan yang mati serta terdekomposisi. Tak hanya itu, sifat pembakaran gambut adalah pembakaran dalam. Artinya, titik api muncul dari lapisan bawah tumpukan material organik, sehingga sangat sulit dipadamkan.

Baca Juga: Kemarau Bikin Kita Trenyuh, Anak-anak Desa Ini Terpaksa Mengais Air Keruh. Lihat Foto-foto yang Jadi Buktinya!

Sejumlah personel TNI Koramil 09 Langgam bersama pemadam kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Upaya Satgas Karhutla Riau untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan
ANTARA FOTO

Sejumlah personel TNI Koramil 09 Langgam bersama pemadam kebakaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Upaya Satgas Karhutla Riau untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan

Kawasan hutan dan non hutan di Indonesia memiliki proporsi hampir imbang, yaitu masing-masing sekitar 50 persen. Luas penutup lahan berhutan terbesar berada di Papua, sekitar 32,24 juta hektar atau 34,3 persen dari seluruh lahan hutan Indonesia. Luasan terbesar kedua berada di Kalimantan, yaitu 24,43 juta hektar. Sedangkan luas terkecil berada di Bali dan Nusa Tenggara (1,70 hektar).

Kejadian kebakaran hutan dan lahan di seluruh Indonesia mencapai 1.130 kasus selama satu dekade terakhir. Artinya, lebih dari 100 kasus kebakaran tiap tahunnya. Kerugian yang ditimbulkan sangat banyak.

Baca Juga: Kemarau Diprediksi Lebih Panas Tahun Ini. Foto-foto Ini Beri Buktinya

Api berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabu
ANTARA FOTO

Api berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabu

Kasus kebakaran paling banyak terjadi pada tahun 2018, mencapai 527 kejadian. Seluruh kasus terkonsentrasi di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Kebakaran hutan dan lahan turut memicu permasalahan nasional hingga internasional, seperti kabut asap.

Ribuan kasus kebakaran tersebut telah merusak lebih dari 44 juta hektar kawasan hutan di Indonesia. Sementara luas kawasan perkebunan dan pertanian yang terdampak mencapai lebih dari 70.000 hektar.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest