"Kejadian tumpahan minyak di Sumur YYA-1 harus menjadi perhatian Pertamina dan pemerintah, untuk menjaga lingkungan perairan laut Karawang - Bekasi dari pencemaran serta kerusakan yang terjadi," kata Yuda, Jumat (26/7/2019).

Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak
"Juga tidak boleh ada hal yang ditutupi terkait kejadian tumpahan minyak di Sumur YYA-1, baik buruknya harus disampaikan ke publik agar menjadi evaluasi bersama," katanya. Yuda mengatakan, sumur YYA-1 yang menjadi sumber tumpahan minyak memiliki jarak yang tidak terlampau jauh dari dua gugus terumbu di perairan Karawang, yakni Gugus Terumbu Ciparage dan Sendulang.
Baca Juga: Pejabat Saling Lempar Tanggung Jawab, Sampah Kali Bahagia Bekasi Bikin Laut Jawa Kian Menderita. Mengapa Kita Masih Tega Kotori Lautan? Terumbu Karang Sendulang sendiri memiliki enam gugus terumbu, sementara Terumbu Karang Ciparage memiliki lima gugus terumbu dengan total luas 121,67 hektar. Adapun jenis terumbu karang yang ada di Wilayah Perairan Karawang adalah gugusan karang gosong (patch reefs), yang merupakan karang yang tumbuh dari dasar laut sampai ke permukaan laut dalam kurun waktu yang lama.
Ancam habitat burung laut Tumpahan minyak juga sudah sampai ke Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, yang menjadi habitat dari banyak burung laut. Seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea) yang masuk kategori IUCN 3.1 Endangered, dan juga ditemukannya jejak Kucing Bakau (Prionailurus viverrinus) yang masuk kategori IUCN 3.1 Vulnerable.
Hingga saat ini, Pertamina dibantu warga masih berupaya membersihan pesisir Karawang yang terdampak oil spill. Ceceran limbah minyak mentah itu dianggung menggunakan karung ke MB2 Sedari, kemudian dikirim ke PT Prasadha Pamunah Limbah (PPLi), Bogor, untuk dimusnahkan. Sejumlah pantai di Karawang yang terdampak tumpahan minyak Pertamina bahkan ditutup sementara. (Farida Farham)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Aktivis Sebut Tumpahan Minyak di Laut Karawang Sebabkan Bencana Ekologis"