
Para penduduk AS mencari keteduhan di Battery Park selama gelombang panas 1911.
“Memang benar bahwa selama Zaman Es Kecil itu umumnya lebih dingin di sejumlah bagiandunia, “jelas Raphael Neukom,” tetapi itu tidak terjadi di semua tempat pada saat yang sama. Periode puncak periode hangat dan dingin pra-industri terjadi pada waktu yang berbeda di tempat berbeda.”
Menurut dia, Zaman Es Kecil itu, terutama terjadi di Eropa dan sebagian Amerika, namun tak ada data pembanding di belahan dunia lain. Dengan demikian, tidak bisa disimpulkan hal ini terjadi secara global. Ada banyak faktor yang menyebabkannya, di antara letusan gunung api.

Seorang ibu memegang anaknya saat gelombang panas di Karachi, Pakistan
Sebagai contoh, letusan gunung api Tambora yang menyebabkan tahun tanpa musim panas di Eropa pada tajun 1815-1816. Sebelumnya, paa tahun 1257 juga terjadi letusan Gunung Samalas di kompleks Gunung Rinjani, yang diperkirakan lebih dasyat dari letusan Tambora. Letusan-letusan gunung api ini diperkirakan bisa mendinginkan bumi, namun sifatnya hanya sementara.
Para peneliti menunjukkan periode terpanas di Bumi dalam 2.000 tahun terakhir justru terjadi di abad ke-20. Selain itu, pemanasan global saat ini terjadi pada lebih dari 98 persen permukaan Bumi. Itu membuktikan perubahan iklim modern tidak dapat dijelaskan dengan fluktuasi acak seperti fenomena cuaca sebelumnya, tetapi oleh emisi antropogenik CO2 dan gas rumah kaca lainnya.
Baca Juga: Sisakan Luka Terperi, Foto-foto Hitam Putih Ini Buktikan Kekejaman Jepang Selama Perang Dunia II
Studi Neukom dan tim ini menyimpulkan, suhu global rata-rata di abad ke-20 disebut lebih tinggi daripada sebelumnya dalam setidaknya 2.000 tahun. Tak hanya itu, periode pemanasan kini memengaruhi seluruh planet pada saat yang sama untuk pertama kali dengan kecepatan pemanasan global tidak pernah setinggi sekarang ini. (Ahmad Arif/Kompas.id)

Seorang korban gelombang panas dilarikan ke satu rumah sakit di Karachi.