Foto dirilis Jumat (19/7/2019), menunjukkan petani memanen garam di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Produksi garam di desa Jono cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.
Fotokita.net - Bertani garam di Desa Jono,Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.
Bagi warga di Desa Jono, bertani garam tidak dilakukan di daerah pesisir. Kebanyakan petani garam menggelar tambaknya di kawasan pesisir yang langsung berbatasan dengan laut.
Warga di daerah ini justru mampu memproduksi garam dari ladang yang letaknya jauh dari laut.
Foto dirilis Jumat (19/7/2019), menunjukkan petani menyalurkan air yang mengandung garam melalui pipa di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Produksi garam di desa Jono cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.
Sumur itu memiliki sumber air asin, tidak pernah kering meskipun musim kemarau serta mempunyai rasa yang lebih gurih bila dibandingkan dengan garam laut.
Proses pembuatan garam dimulai dengan menimba air dari sumur sedalam 25 meter, kemudian disalurkan melalui pipa-pipa yang terhubung dengan penampungan.
Dari penampungan tersebut para petani memindahkan air ke bilahan bambu atau warga menyebutnya "klakah".
Pada tahun 1970-an, jumlah petani garam Jono mencapai ratusan dan saat ini hanya tersisa puluhan. Warga terpaksa meninggalkan profesi tersebut karena hasil yang didapatkan dari petani garam tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Banyak diantara mereka yang lebih memilih mencari pekerjaan lain, akibatnya tidak ada regenerasi.
Selain menjadi tempat produksi garam, desa Jono juga banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Mereka penasaran untuk sekedar melihat proses pembuatan garam langka ini serta menjadi objek penelitian sejumlah mahasiswa dari Perguruan Tinggi di Solo dan Yogyakarta.
Saat ini hanya tersisa enam sumur dan kondisinya mengalami pendangkalan dan penyempitan.
Kekhawatiran lain dari petani garam adalah ambrolnya sumur-sumur itu. Mereka berharap pemerintah memperhatikan keberadaan tambak garam yang unik dan langka itu agar produksi garam Jono tetap berjalan dan regenerasi tidak putus.