Fotokita.net - Seperti kita ketahui ada lebih dari satu juta pengungsi Muslim-Rohingya melarikan diri ke Cox’s Bazar, Bangladesh, untuk menghindari aksi kekerasan, penganiayaan dan kematian di Myanmar. Penyelidik PBB Yanghee Lee mengatakan ia khawatir masyarakat internasional mulai mengabaikan situasi mereka.
“Mereka mengalami krisis HAM, tanggungjawabnya ada pada pemerintah Myanmar. Seluruh kondisi yang terjadi, yang membuat orang yang terusir kini dipaksa kembali dan kegagalan melakukan hal itu, sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah Myanmar. Hak-hak warga Rohingya di Myanmar masih tetap ditolak dan mereka dipersekusi oleh otorita berwenang, sehingga mustahil bagi mereka untuk kembali ke kampung halamannya,” ungkapnya.
Myanmar tahun lalu membentuk komisi penyelidik independen untuk menyelidiki tuduhan-tuduhan pelanggaran HAM di negara bagian Rakhine, di mana sekitar dua tahun lalu militer melancarkan penumpasan brutal terhadap warga Muslim-Rohingya.
Terlepas dari kesulitan mereka, sejumlah perempuan di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh selatan berusaha membuat lingkungan itu layaknya kampung halaman dulu.
Mereka menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang dulu dilakukan, termasuk memakai riasan kuning tradisional.
Digunakan di tempat lain di Asia sebagai obat, pasta kuning yang disebut thanaka itu juga digunakan oleh gadis-gadis Muslim Rohingya.
Pasta ini dibuat dari kulit pohon thanaka, yang tumbuh di iklim kering Myanmar tengah. Kami paparkan foto-foto upaya merias wajah dari perempuan Muslim Rohingya yang bermukim di Bangladesh bagian selatan.

Riasan wanita Rohingnya di pengungsian
Kulit kayu dijual di kamp-kamp dan digiling oleh para wanita dan gadis-gadis menjadi pasta seperti susu.
Mereka menggilingnya menggunakan batu yang disebut pyin kyauk.