Foto Oknum Banpol Polsek Jalancagak Dibongkar, Ahli Forensik Polri Ungkap Kelemahan Penyidik

Selasa, 09 November 2021 | 09:54
Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Fotokita.net - Foto oknum bantuan polisi (banpol) Polsek Jalancagak menyuruh Danu membersihkan tempat kejadian perkara atau TKP kasus pembunuhan di Subang, Jawa Barat dibongkar. Ahl forensik Polri mengungkap kelemahan penyidik di depan kriminolog UI, Adrianus Meliala.

Kasus pembunuhan di Subang yang sudah merampas nyawa Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) dengan keji itu hampir memasuki tiga bulan. Sejak penemuan jasad kedua korban yang ditumpuk di bagasi mobil yang diparkir di halaman rumah mereka di Kampung Ciseuti, Desa Jalancagak pada 18 Agustus lalu, polisi belum juga menetapkan tersangka yang menjadi pelaku pembunuhan.

Melihat kondisi jasad Tuti dan Amalia yang bersimbah darah, publik geram hingga ingin polisi segera menetapkan tersangka dalam kasus pembunuhan di Subang. Rupanya pengungkapan kasus pembunuhan yang sudah menyedot perhatian luas tak semudah itu.

Netizen yang semakian tak sabar mengikuti perkembangan kasus pembunuhan di Subang membuat beragam asumsi dan opini menyesatkan. Bahkan, mereka sempat menuding Yosef hingga mendapatkan julukan Yosef Subang dicurigai sebagai pelaku. Yosef Subang adalah suami Tuti sekaligus ayah Amalia.

Yosef Subang menjadi orang yang pertama kali mengetahui ada peristiwa pembunuhan. Ketika itu, dia baru datang ke rumah itu sehabis menginap di rumah istri mudanya.Dalam kronologis yang sudah beredar,saat hendak masuk rumah, ternyata sudah berantakan dan penghuni rumah Tuti dan Amalia tidak ditemukan. Lalu Yosef Subang bergegas menuju kantor polisi untuk melapor.

Baca Juga: Foto Banpol Polsek Jalancagak Diungkap Danu, Ahli Forensik Polri Dibuat Geram

Tak lama kemudian, Yosef Subang bersama polisi akhirnya mayat kedua korban ditemukan di dalam bagasi mobil Alphard dengan keadaan bertumpuk. Beberapa hari kemudian, polisi memastikan jika korban Tuti dan Amalia meninggal dunia karena ada yang membunuh.

Polisi sudah memeriksa lebih dari 50 saksi terkait kasus pembunuhan di Subang. Karena membetot perhatian publik, media online setiap hari melaporkan perkembangan kasus ini. Bahkan, sejumlah YouTuber ikut membuat konten seperti layaknya profesi wartawan.

Kasus pembunuhan di Subang sebetulnya sudah memunculkan konflik di dalam keluarga Yosef Subang.Rohman Hidayat, kuasa hukum Yosep atau suami sekaligus ayah korban, mendesak polisi agar menetapkan Muhammad Ramdanu alias Danu sebagai tersangka. Hal ini dikarenakan Danu, yang merupakan kerabat korban, dianggap mengganggu area TKP.

Danu diketahui datang dan masuk ke area TKP sehari setelah penemuan mayat ibu-anak di Subang atau pada 19 Agustus 2021. Danu bahkan diketahui masuk dan membersihkan bak mandi hingga menemukan gunting dan cutter.

"Terhadap hal tersebut, saya sebagai kuasa hukum Yosep meminta kepada Polres Subang untuk segera menetapkan Danu sebagai tersangka," ucap Rohman dilansir detik, Kamis (4/11/2021).

Baca Juga: Foto Sumy Hastry Bareng Polwan Bikin Bangga, Ahl Forensik Polri Ungkap Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu Dibunuh dengan Cara Keji Ini

Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Danu belakangan ini memang menjadi sorotan. Sebab, dia ketahuan membuat keterangan yang berubah-ubah. Danu mengungkap dua orang mengaku sebagai Bantuan Polisi (Banpol) di TKP kasus pembunuhan di Subang. Lalu, pengakuan ini memunculkan pertanyaan apa peran sang Banpol yang menyuruh Danu membersihkan bak kamar mandi di TKP tersebut.

Danu merupakan kerabat korban."Yang harus ditelusuri itu Banpol, dasarnya apa, tujuannya apa dan siapa yang menyuruh, karena kunci (rumah TKP) kan dia (Banpol) yang bawa," ujar Achmad Taufan, kuasa hukum Danu, saat dihubungi via sambungan telepon, Jumat (5/11/2021).

Taufan menjelaskan kliennya tidak terlalu kenal dengan sosok dua Banpol yang disebut-sebut berasal dari Polsek Jalancagak itu. Namun, kata dia, beberapa warga setempat mengenal Banpol yang datang ke TKP pembunuhan ibu-anak tersebut. "Danu tidak terlalu kenal, tapi semua orang tahu," ucapnya.

"Dia ini Banpol di Jalancagak, ada dua Banpol. Dia yang ngajak Danu bersihkan bak," kata Taufan menambahkan. Soal siapa sosok Banpol tersebut, Taufan menuturkan pihaknya tidak mengetahui secara jelas. Namun diduga dua pria Banpol Polsek Jalancagak ini bukan anggota Polri. "Kelihatannya bukan anggota Polri, tapi memang difungsikan untuk bantu Polisi," ujar Taufan.

Banpol itu disebut memiliki kunci rumah korban. Taufan justru mempertanyakan kapasitas Banpol memegang kunci rumah atau TKP. "Nah, berarti ada yang menyuruh (orang menyuruh Banpol)," ucap Taufan.

Baca Juga: Foto Kapolres Subang Beri Hadiah Digeruduk, Saksi Pembunuhan Tuti dan Amalia Akui Bohongi Polisi, Ahli Forensik Ungkap Petunjuk Ini

Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Foto oknum banpol Polsek Jalancagak yang meminta Danu membersihkan TKP dibongkar. Danu menunjukkan foto oknum banpol berinisial U yang tersimpan di dalam HP miliknya.

Oknum banpol Polsek Jalancagak jadi sorotan.Dari informasi yang didapatkan, oknum banpol tersebut berinisial U dan kabarnya sering berada di Polsek Jalancagak.

Banpol berinisial U tersebut, merupakan sosok yang sangat dipercaya oleh anggota Polsek Jalancagak. Maksud dari sangat dipercaya itu, karena sosok banpol U yang sering dimintai pertolongan perihal membantu membersihkan Mapolsek Jalancagak.

Dapat diketahui, sosok banpol sendiri turut meramaikan kasus dari perampasan nyawa ibu dan anak di Subang tersebut. Pasalnya, dalam pernyataan Danu sebelumnya, ia menerobos garis polisi yang terpasang di TKP serta membersihkan bak mandi diminta oleh oknum banpol itu.

Sampai berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari oknum banpol tersebut yang namanya mulai tercuat dalam kasus Subang.

Pada Senin (8/11/2021). polisikembali memeriksa sejumlah saksi kunci dalam kasus tersebut. Di antaranya Ida (58), kakak korban, serta Yosef (55), suami sekaligus ayah dari korban. Keduanya diperiksa kembali penyidik Satreskrim Polres Subang.

Baca Juga: Foto Kapolres Subang Digeruduk Netizen, Tudingan Danu Jadi Pemicunya, Polisi Ungkap Fakta Banpol di Pembunuhan Ibu dan Anak

Dok. Danu

Foto oknum bantuan polisi (banpol) Polsek Jalancagak di Subang, Jawa Barat diungkap oleh Danu

Kuasa hukum Yosef, Fajar Sidik, pun membenarkan bahwa pada hari ini kliennya kembali mendapatkan undangan dari pihak penyidik untuk kembali dimintai keterangan. "Betul, hari ini Pak Yosef kembali mendapatkan undangan dari Polres Subang," ucap Fajar melalui pesan singkat Whatsapp, Senin (8/11/2021).

Namun, pihaknya masih belum mengetahui perihal pemanggilan kembali kliennya. Hangga kini, Yosef sudah dipanggil polisi sebanyak 15 kali. "Ini merupakan pemanggilan ke 15, cuman belum tahu apa, soalnya jadwalnya nanti jam 2 siang," katanya.

Sementaara itu, ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang dalam kasus pembunuhan di Subang. Berbicaradalam live Instagram @pusatforensikui pada Minggu (7/11/2021), dokter Hastry menyebutkan bahwa sebenarnya melakukan otopsi kedua itu tidak ada dalam forensik.

“Jadi memang sebenarnya tidak ada otopsi kedua dalam forensik. Tapi kalau memang dianggap perlu, ya kita periksa lagi,” kata dokter Hastry dalam live Instagram @pusatforensikui yang dipandu oleh Adrianus Meilala.

Dokter Hastry juga menambahkan, “memang memeriksa jenazah itu kayaknya mudah, tapi sebenarnya sulit. Jadi benar-benar orang yang mengetahui dan bisa konek dengan TKP,” katanya.

Baca Juga: Foto Yosef Subang Tersenyum Bersama Pengacara Diunggah, Rara Indigo Sampaikan Pesan Arwah Korban Pembunuhan di Subang: Sosoknya Laki-laki

Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Ahli forensik dr Sumy Hastry juga melanjutkan, “jadi harusnya memang dokter forensiknya juga datang ke TKP, jadi tahu dan harus didampingi penyidik. Kalau forensiknya tidak ke TKP, ya penyidiknya harus ada di kamar jenazah (saat ahli forensik memeriksa),” ujarnya.

Dokter Hastry juga menjelaskan pengungkapan kasus pembunuhan di Subang berjalan lambat. Hal ini sekaligus menunjukkan kelemahan penyidik saat mendapatkan kasus ini pertama kali. Kata dokter Hastry yang membuat lambat pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang (meski penyidikan sudah dilakukan berulang bahkan autopsi harus dilakukan dua kali) karena olah TKP tidak sinergi, tidak konferehensif holistik, tidak bersama-sama.

“Jadi setelah digelar masing-masing berbicara tidak konek. Artinya kita ulang lagi dari inafisnya dari labfornya, dari penyidikannya dari IT-nya bahkan dari kedokteran kepolisian seperti saya dokter forensik. Kuncinya memang kita harus selalu bersama-sama”, ungkap dr. Hastry pada acara yang dipandu Prof. Adrianus Meliala pakar kriminologi dan kepolisian itu.

Namun begitu, Hastry mengatakan dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang tidak perlu menyalahkan pihak lain, misalnya penyidik Polres Subang. Tapi semua pihak harus sama-sama bisa mengambil pelajaran dari kasus ini agar ke depan lebih baik lagi.

Untuk menuju ke arah perbaikan itu, Hastry berharap satu saat nanti jika ada kasus lain seperti pembunuhan ibu dan anak di Subang bisa menyertakan ahli kriminologi dan ahli forensik lainnya.

Baca Juga: Foto Ahli Forensik Polri Autopsi Jenazah Banjir Pertanyaan, Dokter Hastry Beri Petunjuk Pelaku Pembunuhan di Subang

Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Di luar negeri, kata Hastry, di pusat-pusat forensik dunia tim itu lengkap, bahkan ada psikiater forensiknya. Psikiater ini penting untuk memprofile saksi yang semula diduga, ternyata kemudian berubah-rubah bicara dan kesaksiannya.

“Penyidik itu bukan dokter bukan perawat juga. Mereka tahu cara menyegel, cara membuat berita acara, tapi bagaimana cara pengambilan sampel yang benar apakah dimasukkan ke kantong plastik, apakah terkontaminasi itu bukan keahliannya”, ungkap Hastry.

Selain itu, ungkap Hastry, adanya warga yang mengacak-ngacak TKP juga sangat berpengaruh terhadap proses kecepatan pengungkapan satu perkara (dalam hal ini kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang). “Harusnya minimal 5 meter jangan masuk ke TKP siapa tahu pelaku meninggalkan sesuatu di sekitar TKP”, ujarnya.

Hastry berharap, jika terjadi kasus serupa dengan pembunuhan ibu dan anak di Subang. masyarakat ikut membantu kepolisian. Masyarakat sekitar TKP harus ikut mengamankannya sampai petugas datang. Caranya jangan merusak atau masuk ke TKP apapun alasannya, keluarganya sekalipun.

Baca Juga: Foto Yosef Main Golf Beredar, Adik Suami Korban Pembunuhan di Subang Ungkap Fakta Sebenarnya

“Tidak semua kejadian lapor, polisi langsung cepat datang (ke TKP) seperti itu. Yang dekat TKP ini yang membantu mengamankan TKP”, kata Hastry.

Ditanya Adrianus Meliala apakah lambatnya pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang karena (misalnya) ada niat buruk menghilangkan barang bukti. Atau ada sekenario, yang ujung-ujungnya orang yang tidak bersalah dipersalahkan dan orang yang salah justru bisa bebas?

Menjawab pertanyaan Adrianus Meliala itu, dengan tegas dr. Hastry menjawab tidak mungkin. Dia menjamin, para penyidik yang terlibat dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang punya keinginan kuat untuk mengungkap kasus dengan sebenar-benarnya.

“Tidak akan terjadi, mereka (penyidik) bekerja pakai hati. Benar-benar ingin mengungkap sampai tuntas. Saya yakin 100 persen (kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang) akan terungkap”, kata Hastry.

Baca Juga: Bocorkan Foto Rapat Penyidik Gabungan, Ahli Foresik Polri Ungkap Penetapan Pelaku Pembunuhan di Subang, Yosef Buka Suara

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya