Fotokita.net - Fotonya dipajang Jokowi di akun medsos, ini kisah 2 wanita berprestasi dunia yang bikin bangga sang presiden.
Nama Tri Mumpuni kembali bersinar di dunia. Kali ini, ia masuk dalam jajaran tokoh muslim berpengaruh versi The Muslim 500 untuk kriteria Sains dan Teknologi bersama 21 tokoh muslim lainnya dari berbagai negara dunia.
Kabar menggembirakan tersebut datang dari Presiden Joko Widodo.
Lewat akun Twitternya, pria yang akrab disapa Jokowi ini mengumumkan penghargaan yang diraih dua ilmuwan Indonesia.
"Kabar gembira, tentang prestasi dua ilmuwan Indonesia, Ibu Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni," tulis Presiden Jokowi.
"Prof Adi Utarini masuk daftar "Nature's 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020" dari jurnal sains Nature."
Sementara Tri Mumpuni termasuk 22 Most Influential Muslim Scientists," tambah Jokowi.
Penghargaan ini bukanlah yang pertama buat Tri Mumpuni. Berbagai penghargaan internasional pernah diraih perempuan kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 tersebut.
Beberapa di antaranya, Climate Hero 2005 dari World Wildlife for Nature, Ashden Awards 2012, dan Magsaysay Awards 2012.
Bahkan di April 2010, Presiden AS Barack Obama memuji Tri dalam acara Presidential Summit on Enterpreneurship di Washington.
Obama mengapreasiasi kiprah Tri Mumpuni mempelopori pembangkit listrik mikrohidro di perdesaan.
Dua wanita ini mendadak menjadi viral setelah disebut langsung oleh Presiden Jokowi.
Keduanya adalah Adi Utarini dan Tri Mumpuni.
Dua warga Negara Indonesia itu dapat pujian langsung dari orang berpengaruh di Indonesia, Presiden Jokowi.
Lalu apa kehebatan dua perempuan ini?
Deskripsi dari Presiden Jokowi menggambarkan kehebatan dua wanita tangguh ini.
Selamat pagi. Saya ingin meneruskan kabar gembira ini, tentang pengakuan dunia terhadap prestasi dua ilmuwan Indonesia, yakni Ibu Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni.
Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD masuk daftar "Nature’s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020" dari jurnal ilmu pengetahuan Nature.
Sementara Tri Mumpuni, Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), termasuk 22 Most Influential Muslim Scientists dalam daftar The 500 Most Influential Muslims yang diterbitkan Royal Islamic Strategic Studies Centre.
Prof. Adi Utarini memimpin uji coba perintis dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah, penyakit yang menyerang hingga 400 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hasil penelitian Prof. Adi Utarini dan tim berhasil mengurangi kasus demam berdarah hingga 77 persen di beberapa kota besar di Indonesia.
Tri Mumpuni ikut mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan-kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
Sampai saat ini, IBEKA telah membangun setidaknya 65 PLTMH di desa-desa terpencil di berbagai pelosok Nusantara. IBEKA adalah fasilitator yang menggunakan pendekatan pembangunan PLTMH untuk membangun modal sosial rakyat.
Saya ikut bangga dan sangat mengapresiasi prestasi serta sumbangsih Ibu Prof. Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni. Semoga menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk semakin giat menekuni ilmu pengetahuan dan memberi kontribusi nyata bagi kemajuan kehidupan umat manusia.
Profil Adi Utarini
Adi Utarini, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada ( UGM), berhasil masuk dalam daftar 10 orang berpengaruh dalam mengembangkan sains di tahun 2020.
Daftar tersebut dirilis oleh penerbit jurnal ilmiah internasional, Nature.
Sebagai Ketua Peneliti World Mosquito Program Yogyakarta, Adi Utarini menemukan terobosan biologis dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke tubuh nyamuk Aedes Aegypti.
Bakteri tersebut mampu menghambat berkembangnya virus demam berdarah dengue dalam tubuh nyamuk sehingga virus tersebut terhambat dalam menulari manusia.
Terobosan itu membuat Adi dan rekan-rekan peneliti berhasil memangkas 77 persen kasus demam berdarah di beberapa bagian kota besar Indonesia dengan melepaskan nyamuk yang telah dimodifikasi untuk menghentikan nyamuk menularkan virus.
Dikutip dari situs UGM, Prof Adi Utarini lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1989.
Dia kemudian menyelesaikan gelar masternya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak dari University of College London pada tahun 1994 (British Council Awards), Magister Kesehatan Masyarakat pada tahun 1998 (Penghargaan STINT), dan Doktor Filsafat dari Umea University Swedia pada tahun 2002 (Penghargaan STINT dan TDR).
Pada tahun 2011 ia dianugerahi sebagai profesor di bidang Kesehatan Masyarakat.
Dia mengajar mata kuliah kebijakan dan manajemen kualitas serta metode penelitian.
Di bidang mutu pelayanan kesehatan, beliau memimpin divisi mutu di Ikatan Rumah Sakit Indonesia dan redaktur utama Jurnal Akreditasi Rumah Sakit terbitan KARS bersama PKMK UMG.
Selain itu, pernah menjadi anggota Dewan Riset Nasional (2015-on going) dan sebelumnya menjabat sebagai wakil dekan bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan kolaborasi di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (2012-2016). ).
Sejalan dengan pekerjaan akademisnya, dia saat ini masih aktif sebagai pianis, pemain tenis meja, dan suka bersepeda.
Profil Tri Mumpuni
Tri Mumpuni Wiyatno adalah seorang yang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pertama kali di Dusun Palanggaran dan Cicemet, Sukabumi, Jawa Barat. (1)
Tri Mumpuni Wiyatno lahir di Semarang, 6 Agustus 1964.
Sejak kecil, Tri Mumpuni ikut ibunya berkeliling dalam kegiatan sosial.Selain itu, ia juga bercita-cita sebagai dokter.
Suami Tri Mumpuni bernama Iskandar Budisaroso Kuntoadji dan telah memiliki dua orang anak bernama Ayu Larasati dan Asri Saraswati.
Tri Mumpuni merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ayahnya selalu mengajari Tri Mumpuni untuk berbagi, sementara ibunya mengajari untuk memberi.
Tri Mumpuni lulusan jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kemudian ia melanjutkan kuliahnya di Energy and Sustainable Development International Session, Universidad da Costa Rica pada tahun 1992.
Tri Mumpuni juga berkuliah di Chiang Mai University di Thailand pada tahun 1993.
Awalnya Tri Mumpuni bersama suami berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namun belum ada kabel distribusi listrik di lokasi tersebut.
Kemudian, Tri Mumpuni berbicara kepada Kepala Desa setempat untuk membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai agar menghasilkan listrik dari sebuah turbin.
Tri Mumpuni mengumpulkan data untuk melihat melihat kemungkinan secara teknis dan menghitung biaya.
Hingga akhirnya Yayasan IBEKA mengirim tim sosial untuk membangun komunitas.
Tim Sosial ini akan berinteraksi selama beberapa minggu dengan masyarakat agar terbina hubungan yang baik.
Langkah awalnya adalah menghubungi tokoh agama maupun tokoh adat setempat.
Kemudian, masyarakat diminta membuat organisasi yang akan mengurus turbin.
Tim yang terbentuk tersebut juga diberikan pengetahuan pengoperasian mesin turbin dan penghitungan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan dan biaya memelihara pembangkit listrik.
Dengan membangun mikrohidro, IBEKA bisa memperbaiki ekonomi desa.
Listriknya dipakai untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen masyarakat, seperti mengeringkan kemiri, kopi, coklat, bikin minyak nilam, minyak sereh, dan lainnya.
Uang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan dan biaya pengobatan.
Hingga kini, Tri Mumpuni telah membuat sekitar 61 desa terpencil menjadi terang benderang melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).
Tri Mumpuni menggeluti pembanguna perdesaan sejak kuliah di Institut Pertanian Bogor.
Saat itu, ia terlibat dalam kegiatan pembangunan masyarkat perdesaan di pinggiran danau Toba Sumatera Selatan dengan program pengembangan ikan tilapia merah bantuan USAID untuk peternak ikan di pinggiran Danau Toba.
Sebelumnya, Tri Mumpuni juga menggeluti pembangunan di perkotaan.
Namun, hal tersebut hanya berlangsung selama dua tahun.
Tri Mumpuni menemukan ketidakpastian pembangunan perkotaan di Indonesia karena uang lebih banyak bicara.
Hingga akhirnya, ia kembali bergabung dengan suaminya untuk kembali ke pedesaan.
Suaminya mengurusi teknologi dan Tri Mumpuni mengurusi pembangunan sosial masyarakat dan ekonominya dengan memanfaatkan teknologi.
(Sumber: TribunWiki/Kompas.com/Tribunnews.com)