Asyik Nikmati Kopi Hingga Tidur Pulas di Rumah Warga, Pejabat Kalang Kabut Saat Terima Kabar Presiden RI Lagi Menyamar

Senin, 07 Desember 2020 | 19:01
Tribun Medan

Soeharto sempat bertemu dengan BJ Habibie sehari sebelum mengundurkan diri. Namun setelah itu hubungan keduanya retak.

Fotokita.net - Asyik nikmati kopi hingga tidur pulas di rumah warga, pejabat kalang kabut saat terima kabar Presiden RI lagi menyamar.

Seorang pengawal Soeharto, yang juga Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin, menceritakan pengalamannya saat Soeharto mengunjungi Bosnia.

Kisah itu diceritakannya dalam buku "Pak Harto The Untold Stories".

Seperti mengutip dari buku tersebut, begitu tiba di Bosnia, Soeharto langsung disambut hangat oleh Presiden Bosnia saat itu, Alija Izetbegovic.

Baca Juga: Rombongan Pengajian Habib Rizieq Diadang Preman, Sosok Ini Minta Presiden Copot Kapolri Usai Tembak Mati 6 Pengikut Imam Besar FPI

Keduanya terlibat pembicaraan akrab selama satu jam.

Selanjutnya, bersama Menteri Luar Negeri saat itu, Ali Alatas, Soeharto melakukan sesi jumpa pers.

Baca Juga: Dibubarkan Gus Dur Karena Alasan Ini, Lantas Kenapa Megawati Malah Hidupkan Lagi Kementerian Sosial?

Sedangkan, Sjafrie bersama petinggi militer lainnya, Mayor Unggul, hanya mendampingi di ruang tunggu.

Namun, tiba-tiba Sjafrie melaporkan sesuatu ke Soeharto.

Laporan itu terkait ditemukannya proyektil meriam.

Baca Juga: Dipuji Punya Nyali Kejar Utang Pangeran Cendana, Jokowi Kini Malah Dituding Bikin Blunder Lagi Karena Turuti Permintaan Prabowo Ini

"Pak, saat Bapak mengadakan pertemuan dengan Presiden Bosnia tadi, ada proyektil meriam jatuh tiga kilometer dari sini," kata Sjafrie melaporkan.

Mendapati laporan itu, sejenak Soeharto tampak tenang.

Sjafrie kemudian melanjutkan laporannya.

Baca Juga: Suaminya Terbelit Masalah dengan Jokowi, Mayangsari Mendadak Pamer Foto Keluarga, Posenya Jadi Sorotan

"Pak, waktu kita hanya tiga jam," ucap Sjafrie.

Soeharto kemudian menjawab laporan Sjafrie tersebut.

"Ya, beritahu Ali Alatas supaya selesai tepat waktu. Kita mesti berangkat tepat waktu," ujar Soeharto.

Menurut Sjafrie, saat itu suasana perang begitu mencekam.

Suasana tembakan terdengar di kejauhan.

Di sejumlah tempat terlihat para prajurit yang bersiaga penuh.

Baca Juga: Bak Disambar Geledek, Namanya Bikin Geger Lagi Karena Film G30S/PKI, Ternyata Gatot Nurmantyo Akui Bertemu Setya Novanto Hingga Minta Lakukan Hal Ini

"Pak, ini persis dengan enam jam di Jogja."

"Waktunya enam jam, yaitu tiga jam perjalanan pergi-pulang, tiga jam kita di darat, jadi itu mirip enam jam di Jogja," kata Sjafrie.

Sjafrie kemudian menanyakan alasan Soeharto yang tetap mendatangi Bosnia walaupun kondisi sedang kritis.

Baca Juga: Ditetapkan Sebagai Dasar Negara, Inilah Arti dan Makna Penting Lambang Pancasila yang Menjadi Pandangan Hidup Warga Indonesia

Sjafrie pun mendapatkan jawaban yang menurut dia sama sekali tak diduganya.

"Ya, kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non-Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok," jawab Soeharto tenang.

"Tapi, ini kan risikonya besar," tanya Sjafrie lagi.

Baca Juga: Cuma Jadi ART di Singapura, Wanita Nganjuk Ini Sukses Bikin Miliuner Negeri Singa Kalah di Pengadilan Hingga Mundur dari Jabatan Menterengnya

"Ya, itu kita bisa kendalikan. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik, mereka menjadi tambah semangat," ucap Soeharto.

Sudah jadi rahasia umum orang yang menjabat sebagai Presiden selalu diberi fasilitas keamanan yang orang lain tak bisa menikmati.

Termasuk di Indonesia, para presidennya diberi pengawalan ketat Paspampres, Pasukan Pengamanan Presiden.

Baca Juga: Berkali-kali Ditelikung Guru Politiknya, Tokoh Oposisi Ini Akhirnya Bisa Tuntaskan Ambisinya: Jadi Penguasa Baru Lewat Manuver yang Tak Disangka

Tapi, terkadang ada beberapa Presiden Indonesia yang senang blusukan.

Jokowi misalnya, sangat dikenal dengan aksi blusukannya yang terkadang tak terduga hingga membuat repot Paspampres

Sebelum Jokowi, Presiden Kedua RI, Soeharto juga menggemari hal yang sama.

Baca Juga: Tentara Korea Utara Main Habisi Nyawa Pejabat Korsel dengan Brutal, Kim Jong Un Akhirnya Mau Lakukan Hal Ini Ke Tetangganya yang Terlanjur Sakit Hati

Soeharto ternyata kerap kali tampil di tengah rakyat Indonesia bahkan melakukan beberapa penyamaran.

Kisah tersebut dikupas dari dua buku yakni 'Otobiografi Soeharto Pikiran, Ucapan dan Tindakan' serta 'Soeharto The Untold Stories'.

Dikutip dari Tribun Medan, simak cerita lengkapnya berikut.

Baca Juga: Berbulan-bulan Kerja di Malaysia Tak Dibayar, Tukang Bangunan Ini Nekat Jalan Kaki Terobos Hutan Krayan, Selamat Karena Makan Garam dan Micin

Kompas.com via Tribun Timur
Kompas.com via Tribun Timur

Bukan Hanya Mau Diracun Tikus, Soeharto Juga Dikirimi Barang yang Jadi Isyarat Bakal Meletusnya G30S/PKI

Aksi blusukan yang dilakukan Soeharto sebenarnya ada banyak.

Tetapi, ada satu cerita yang menjadi ramai disoroti saat itu ketika Soeharto sering berkeliling daerah terpencil guna melihat hasil pembangunan.

Baca Juga: Pantas Mayangsari Mau Dinikahi Tanpa Restu Ibu Tien Soeharto, Ternyata Deretan Bisnis Anak Cendana Tak Habis Buat 7 Turunan, Ada Nama Mertua Syahrini

Aksi Soeharto saat itu akhirnya tak jarang membuat para pejabat setempat ataupun menteri tak berkutik.

Mereka khawatir ketika ditanya oleh Soeharto terkait hasil yang dikerjakan.

Baca Juga: Mendadak Digugat Suami Mayangsari, Tangan Kanan Menteri Sri Mulyani Malah Komentar Begini: Mau Ngapain Ya Keluar Negeri?

Soeharto langsung ke bawah untuk membuktikannya.

Saat berkeliling Soeharto hanya ditemani ajudan atau satu dua pengawal dan dokter pribadi kata Tri Sutrisno masih dari buku tadi.

"Pak Harto selalu melakukan Incognito."

Dok via Tribun Manado

Presiden RI ke-2 Soeharto saat berada di rumah warga

"Pak Harto selalu berpesan tidak boleh ada satupun yang tahu kalau Pak Harto mau melakukan incogniti," kata Tri.

Apa yang dilakukan Soeharto akhirnya buat pejabat daerah kalang kabut karena benar-benar tak tahu.nen

Apalagi Soeharto melakukan penyamaran sukses, numpang tidur di rumah warga, ikut makan alakadarnya, sambil mengobrol dan menyerap keluh kesah rakyatnya.

Baca Juga: Mendadak Digugat Suami Mayangsari, Tangan Kanan Menteri Sri Mulyani Malah Komentar Begini: Mau Ngapain Ya Keluar Negeri?

Sementara bupati dan gubernur di wilayah penyamaran tersebut terlambat menyadari kehadiran orang nomor satu di negeri ini saat itu.

Wajah pucat dan bikin keringat dingin mengucur deras karena Soeharto membuktikan sendiri hasil pembangunan atau kemungkinan-kemungkinan bila terjadi penyimpangan.

Dalam blusukannya Soeharto tak pernah tidur di hotel.

Baca Juga: Punya Pengalaman yang Unik dan Menarik, Ternyata 3 Presiden RI Sama-sama Kepergok Lakukan Hal Ini Pada Ajudannya

anton-djakarta.blogspot.com
anton-djakarta.blogspot.com

Ibu Tien Soeharto, Tommy kecil, dan Pak Harto

Ia memilih tidur di rumah penduduk atau tidur di rumah kepala desa.

Soeharto lalu berbincang tanpa perantara dan mencatat.

Daerah mana yang berhasil dan daerah mana yang perlu ditingkatkan.

Baca Juga: Jadi Bangunan Heritage, Inilah Fakta Gedung Utama Kejaksaan Agung yang Terbakar, Dibangun Era Soekarno Dinikmati Saat Soeharto Berkuasa

Soeharto yang gemar blusukan untuk pastikan pembangunan apakah berjalan sesaui rencana atau tidak membuatnya harus melakukan pencatatan secara detail.

Ia bahkan mencatat segala informasi dengan menggunakan punggung ajudannya bila tak ada meja yang bisa digunakan.

Soeharto di awal kekuasaan rajin melakukan blusukan, hal ini seperti yang dicatat pada 'Otobiografi Seoharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan.'

Baca Juga: Jejaknya Dirahasiakan Selama Puluhan Tahun, Berikut Kisah Pasukan Hantu Amerika yang Sukses Kelabui Militer Nazi dengan Cara Tak Terduga Ini

Instagram Tutut Soeharto
Instagram Tutut Soeharto

Presiden ke-2 RI Soeharto dan Tien Soeharto

"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek."

"Ini karena hilir mudik dari sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak."

Baca Juga: Bak Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya, Dulu Amien Rais Nazar Jalan Kaki dari Yogya ke Jakarta, Kini Anaknya Sesumbar Berenang dari Pantai Kapuk Sampai Labuan Bajo

"Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah."

"Pembangunan adalah perjuangan yang sengit," kata Soeharto melalui buku tersebut.

Baca Juga: Jejaknya Dirahasiakan Selama Puluhan Tahun, Berikut Kisah Pasukan Hantu Amerika yang Sukses Kelabui Militer Nazi dengan Cara Tak Terduga Ini

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya