Fotokita.net - Dituding bekas anak buah usai heboh Habib Rizieq, SBY buka suara ke publik, mantan Presiden RI singgung main api dalam politik.
Tulisan Rudi S Kamri di sebuah media online berjudul 'Sang Bandar Chaplin Pun Akhirnya Keluar Sarangnya Karena Kepanasan' tak lama ini bikin heboh.
Dalam tulisan tersebut, Rudi S Kamri juga menuding Chaplin memulangkan Rizieq Shihab alias Habib Rizieq dibantu kelompok mafioso trio C.
Sehingga, muncullah mafioso 3 C, yakni Chaplin, Cendana dan Cikeas.
Namun, tulisan Rudi S Kamri itu pun dibantah oleh juru bicara mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK), Husein Abdullah.
Bahkan, Husein telah berkonsultasi kepada ahli hukum terkait tulisan tersebut yang diduga mengandung fitnah.
Sang Chaplin- yang ditengarai dianalogikan dengan JK karena kemiripan kumisnya- disebut Rudi tak bekerja sendiri membawa pulang Habib Rizieq Shihab ke Indonesia.
"Dia (Rudi) harus hati-hati dengan konsekuensi hukum tuduhan mafioso itu.
Karena tuduhan tersebut melampaui batas," kata Uceng -sapaan karib Husein- kepada Tribunnews.com, Minggu (22/11/2020).
Siapa Cikeas?
Uceng menegaskan, bahwa istilah 'Cikeas' bisa diasosiasikan kepada mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kalau Cikeas kan orang asosiasinya ke Pak SBY mantan Presiden RI ke 10 dan 11.
Bukan kaleng-kaleng, Pak SBY dua kali jadi Presiden RI.
Kok tidak hormat sedikitpun kepada mantan Presiden RI?
Apakah penulisnya bisa pertanggungjawabkan tuduhannya tanpa sopan santun menyebutnya mafioso?" ujarnya.
Uceng menyatakan dirinya sudah berkonsultasi dengan ahli hukum soal tudingan Chaplin dibantu Kelompok Mafioso Trio-C untuk mendanai kepulangan Rizieq.
Hasil diskusinya itu, dia menyebut tudingan Rudi masuk kategori fitnah dan bisa diproses hukum.
"Saya sudah konsultasikan kepada ahli hukum soal tudingan tersebut, masuk kategori fitnah.
Apa lagi menggunakan sarana elektronik atau IT. Sehingga dapat diproses secara hukum bila dilaporkan," tegas Uceng.
Bantah mendanai kepulangan Rizieq Shihab
Dalam pernyataan tertulis kepada Tribunnews sebelumnya, Uceng menegaskan, JK tidak pernah mengkomunikasikan maupun mendanai kepulangan HRS dan keluarganya di Indonesia.
“Pak JK tidak pernah mengkomunikasikan atau pun mendanai kepulangan HRS,” sebutnya.
Dia menegaskan, belakangan sejumlah buzzer saat ini sedang membangun opini negatif terhadap JK sejak sejak kepulangan HRS ke Indonesia.
"Tuduhan yang bermula dari ciutan Ferdinand Hutahean pada akun Twitter-nya yang sebelumnya dalam suatu dialog di tvOne dengan saya, Ferdinand terbukti tidak mampu membuktikan kebenaran ciutannya itu," ujar Husein Abdullah.
"Kebohongan Ferdinand ini lalu dijadikan dasar oleh Rudi S Kamri, membangun kebohongan baru," tegasnya.
Husein menambahkan, perjalanan JK ke Vatikan dan Mekkah pada 20-25 Oktober 2020 lalu sebenarnya untuk menemui Pemimpin Umat Khatolik Paus Fransiskus.
Kegiatan itu dalam rangka penjurian pemberian gelar Sayeed Award for Human and Fraternity.
Kegiatan tersebut digagas oleh Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar Syeikh Ahmad Al Tayeb.
Baca Juga: FPI Ancam Gelar Reuni 212, Pangdam Jaya Bakal Ajak Polisi Lakukan Ini, Bikin Operasi Gabungan Lagi?
Mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla bertemu Pemimpin Umat Khatolik Paus Fransiskus di Vatikan dalam rangka penjurian pemberian gelar Sayeed Award for Human and Fraternity.
"Dalam kapasitas Pak JK sebagai juri mewakili Asia atas penghargaan tersebut, bersama mpat juri dari benua berbeda merasa perlu bertemu langsung dan berdiskusi tentang kriteria nominator untuk penghargaan ini," sebut Husein Abdullah.
"Setelah bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Pak JK melanjutkan perjalanan ke Riyadh Saudi Arabia, menyaksikan penandatanganan perjanjian kerjasama Pembangunan Museum Rasulullah Muhammad SAW yang akan dibangun di Jakarta," lanjut Husein Abdullah.
Hadir di acara tersebut antara Dewan Masjid Indonesia yang diwakili Komjen Pol (Purn) Drs Syafruddin, M.Si selaku Wakil Ketua DMI dengan Abdul Rahman bin Muhammad Al Mathar selaku Deputi Eksekutif Liga Dunia.
"Usai penandatangan ini, karena sudah berada di Saudi Arabia, sebagai muslim tidak afdol rasanya jika Pak JK tanpa menunaikan ibadah umrah," imbuhnya.
"Untuk keperluan ibadah umrah Pak JK melanjutkan perjalanan ke Mekkah menunaikan umrah dengan protokol kesehatan yang ketat," lanjutnya.
"Saya sampaikan, perjalanan Pak JK ke Vatikan dan Mekkah murni perjalanan misi kemanusiaan dan ibadah."
"Tidak bersangkut paut dengan kepulangan HRS apalagi politik dalam negeri apalagi 2024,” tegas Husain Abdullah.
"Saya juga mengingatkan para buzzer untuk tidak mengotori rangkaian perjalanan ini dengan narasi menyesatkan tanpa dasar dan bukti. Karena perjalanan Pak JK murni untuk kemanusiaan dan ibadah."
"Sebagai negara Pancasila, kita wajib menghargai dan menghormati warga negara Indonesia yang melaksanakan ritual ibadah keagamaannya dan kiranya tidak dinodai dengan fitnah murahan,” tandas Husain Abdullah.
Sementara itu, Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai, polarisasi politik di Indonesia menguat sejak Pilkada 2017.
Sejak saat itu, SBY menilai politik identitas telah menjadi unsur utama dalam kontestasi politik di Indonesia.
"Terus terang ya sejak Pilkada tahun 2017, saya melihat polarisasi yang tajam dalam dunia politik."
Imam Besar Front Pembelas Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab tiba di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Barat pada Selasa (10/11/2020)
"Identitas menjadi unsur utama dalam politik, dalam kontliestasi pilkada, bahkan pemilu pada tingkat nasional," ujar SBY dalam wawancara yang dilihat Tribunnews dari channel Youtube SBY, Sabtu (28/11/2020).
SBY mengatakan, kondisi seperti ini tidak baik bagi sebuah bangsa.
Dirinya menyebut bangsa yang terbelah akan sulit untuk disatukan kembali.
Menurut SBY, terlalu besar dampak akibat politik identitas.
Sehingga, dirinya mewanti-wanti kepada pihak manapun untuk tidak memanfaatkan politik identitas.
"Siapapun di antara kita yang menyenangi politik identitas, yang menyenangi polarisasi politik yang tajam ini untuk kepentingan politiknya."
"Tidak bagus dan itu sangat berbahaya. Jangan bermain api. Kalau bermain api terbakar," kata SBY.
Dirinya mencontohkan polarisasi politik yang terjadi di Amerika Serikat, antara pendukung Presiden Donald Trump dan kelompok yang kontra.
Menurutnya, Bangsa Indonesia harus belajar dari fenomena politik yang terjadi di Negara Paman Sam tersebut.
"Kita justru harus membangun budaya politik kita yang bagus."
"Memastikan bangsa kita bener-bener tetap bersatu, apa pun dinamika dan pertengkaran politik yang terjadi," tutur SBY.
Gagal Jadi Wapres
SBY menekankan pentingnya memiliki jiwa besar dalam menyikapi kekalahan.
SBY mengaku pernah mengalami kekalahan dalam pemilihan Wakil Presiden RI pada 2001, untuk mendampingi Megawati Sukarnoputri.
Saat itu pemilihan presiden dan wakil presiden masih digelar melalui MPR.
"Saya juga pernah mengalami (kekalahan)."
"Pada tahun 2001 dulu ada pemilihan wakil presiden yang dilaksanakan secara tidak langsung, yang memilih MPR," kisahr SBY.
Saat itu SBY berhadapan dengan kontestan lain, yakni Hamzah Haz, Akbar Tandjung, Siswono Yudo Husodo, dan Agum Gumelar.
SBY lolos pada putaran pertama, namun kalah pada putaran kedua.
Saat itu, SBY mengungkapkan tim suksesnya merasakan kesedihan dan tidak bisa menerima.
Mengingat, saat itu polling memfavoritkan SBY sebagai pemenang.
"Saya bisa mengontrol emosi. Saya menenangkan, rasional saya. Tidak emosional saya."
"Bersama almarhumah Ibu Ani, saya sampaikan kepada teman-teman kekalahan ini harus diterima."
"Saya menyampaikan penjelasan kepada pers."
"Yang pertama saya menerima kekalahan waktu itu, yang kedua mengatakan proses pemilihannya fair."
"Yang ketiga saya mengucapkan selamat kepada wakil presiden terpilih," tambah SBY.
Setelah mengakui kekalahannya, SBY mengaku merasakan ketenangan serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
Selain momen tersebut, SBY juga mengingat kekalahan Partai Demokrat dalam pemilihan legislatif pada 2014.
Suara Partai Demokrat berdasarkan hasil hitung cepat merosot tajam dibanding 2009.
SBY kembali menggelar konferensi pers dan mengakui kekalahan partainya.
Dirinya juga menyampaikan selamat kepada partai pemenang.
"Saya pribadi mengucapkan selamat kepada partai-partai yang sukses waktu itu, PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Gerindra."
"Sama dengan sebelumnya, hati saya tenang."
"Saya tahu sedih kader-kader, tapi saya didik, saya ajari ayolah kita menerima dengan kesatria, dengan legawa dan setelah itu move on," papar SBY.