Kerap Bikin Kesalahan Saat Bicara di Podium, Ternyata 5 Alasan Ini Jadi Kunci Joe Biden Bungkam Mulut Besar Donald Trump di Pilpres AS 2020

Senin, 09 November 2020 | 19:10
Instagram @jokowi

Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Jokowi

Fotokita.net - Kerap bikin kesalahan saat bicara di podium, ternyata 5 alasan ini jadi kunci Joe Biden bungkam mulut besar Donald Trump di Pilpres AS 2020.

Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Bidenmembuat kesalahan dalam pidatoterpenting dalam hidupnya pada Sabtu malam (7/11/2020), setelah pengumuman resmi kemenangannya dalam pilpres.

Joe Biden menyebut jumlah orang meninggal akibat pandemi Covid-19di Amerika Serikatlebih dari 230 juta.

Baca Juga: Disebut Orang Amerika Palsu, Ternyata Kamala Harris Telat Nikah Karena Sibuk Urus Ini Hingga Bungkam Nyiyiran Wapres AS

Pria 77 tahun itu naik ke panggung untuk pidato pertamanya sebagai presiden terpilih, dan dengan penuh semangat memberikan pidato kemenangan pemilihannya kepada ratusan pendukung di Wilmington, Delaware.

Namun, dia salah bicara ketika mengutip angka-angka penting tentang korban meninggal karena Covid-19, sebagaimana yang dilansir dariDaily Mailpada Minggu (8/11/2020).

Setelah melafalkan himne, dia berkata, "Saya berharap itu dapat memberikan kenyamanan dan hiburan bagi lebih dari 230 juta keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai karena virus coronayang mengerikan tahun ini."

Baca Juga: Sukses Gulingkan Donald Trump, Joe Biden Cetak 4 Rekor di Pilpres AS 2020, Tapi Sosok Ini Malah Ingatkan Dampak Buruknya Buat Indonesia

Saat ini, jumlah kematianakibat virus corona di AS yang benar adalah lebih dari 230.000. Tidak mencapai jutaan.

Biden dikenal memiliki gagap, yang menurutnya telah memengaruhinya sejak kecil.

Mantan Wakil Presiden ini dikenal melakukan blunder verbal di masa lalu di kongres, di panggung debat dan saat berkampanye, bahkan menyebut dirinya "mesin janggal", pada satu titik.

Namun, dia selalu menyatakan bahwa kesalahannya adalah kesalahan tidak berbahaya yang seharusnya tidak membawa beban.

Baca Juga: Selamat Joe Biden! Kalahkan Donald Trump Usai Lewati Angka Keramat Ini, Ternyata Mantan Wakil Barack Obama Berusaha Kubur Tragedi Keluarganya

Selama pidato pada Sabtu malam, Biden memproklamasikan kemenangannya dari pilpres melawan capres petahana Donald Trump, saat dia berbicara langsung kepada bangsanya dengan mengatakan, "Orang-orang telah memberi kami kemenangan yang jelas."

Dalam pidatonya selama 15 menit, Biden meminta orang Amerika untuk bersatu setelah pemilihan presiden.

Dia mengajukan banding kepada para pemilih Trump yang menuntut di pengadilan atas hasil pilpres.

Baca Juga: Bikin Tiongkok Meradang Hingga Siap Perang, Negara Tetangga Indonesia Ini Nekat Cari Minyak di Laut China Selatan, Amerika Langsung Ulurkan Bantuan

Dia juga menawarkan pesan harapan serta simpati kepada mereka yang menderita pandemi virus corona, termasuk yang terdampak secara ekonomi.

Biden berterima kasih kepada para pendukungnya, terutama para pemilih Afrika-Amerika yang memberinya nominasi Demokrat dan muncul dalam pemilihan umum, bersama dengan staf kampanyenya.

Setelah sambutannya, seluruh keluarga Biden, termasuk putra dan cucunya, naik ke atas panggung untuk bergabung dengan Joe dan istrinya, Jill.

Meriam Confetti ditembakkan dan kembang api meledak saat lagu "Bring Me a Higher Love" dimainkan.

Baca Juga: Dipastikan Jadi Pemenang Pilpres AS 2020, Ternyata Joe Biden Berusaha Kubur Tragedi Keluarganya, Ini Rekam Jejak Mantan Wakil Barack Obama

Setelah hampir 50 tahun memegang jabatan publik, dan ambisi seumur hidup untuk menjadi presiden, Joe Biden telah memenangkan Gedung Putih.

Ini bukanlah kampanye yang diprediksi siapa pun. Dan terjadi di tengah pandemi sekali-dalam-satu abad serta kerusuhan sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Ia mencalonkan diri melawan petahana yang tidak konvensional dan menentang preseden.

Baca Juga: Bosan Hidup di Jalanan, Mantan Preman Ini Sukses Jadi Petinggi Kopassus Hingga 17 Kali Naik Pangkat, Begini Kisahnya

Tetapi dalam ikhtiar ketiganya untuk menjadi presiden, Biden dan timnya menemukan cara untuk melalui berbagai rintangan politik dan meraih kemenangan yang, meskipun tipis dalam penghitungan suara elektoral, diproyeksikan melampaui perolehan suara nasional Trump hingga jutaan suara.

Inilah lima alasan putra seorang penjual mobil asal Delaware ini akhirnya meraih kursi kepresidenan.

Baca Juga: 3 Negara Bagian Ini Jadi Penentu Kemenangan, Indonesia Bakal Kena Getahnya Jika Donald Trump Kalah: Pak Harto Jatuh, Presidennya Partai Demokrat

1. Covid, Covid, Covid

Barangkali alasan terbesar Biden memenangkan kursi kepresidenan adalah satu hal yang sepenuhnya di luar kendalinya.

Pandemi virus corona, selain merenggut lebih dari 230.000 nyawa, juga telah mengubah kehidupan dan politik Amerika pada tahun 2020.

Dan pada hari-hari terakhir kampanye pemilu, Donald Trump sepertinya juga mengakui hal tersebut.

Baca Juga: Resesi di Tanah Air! Alihkan Uang Kita Ke 5 Investasi Ini, Dijamin Bisa Bikin Hunting Foto Ke Mana Aja

"Dengan beredarnya berita palsu, semuanya adalah Covid, Covid, Covid, Covid," kata presiden pada pawai pekan lalu di Wisconsin, tempat kasus Covid-19 telah melonjak dalam beberapa hari terakhir.

Bagaimanapun, fokus media pada Covid-19 lebih merupakan cerminan daripada pendorong kekhawatiran publik tentang pandemi - terlihat dalam hasil jajak pendapat tentang penanganan krisis yang tidak menguntungkan sang presiden.

Baca Juga: Akui Minum Soju, Tabiat Asli Ayu Intan Sholekha Dibongkar Sosok Ini Usai Mantan Perwira Kopassus Dicopot dari Jabatan Menterengnya di TNI

Sebuah jajak pendapat bulan lalu oleh Pew Research menunjukkan Biden mendapat 17 poin persentase lebih unggul dari Trump dalam hal kepercayaan atas cara mereka menangani wabah Covid.

Pandemi, dan kemerosotan ekonomi yang menyusulnya, membuat Trump harus melepas pesan kampanye pilihannya tentang pertumbuhan dan kemakmuran.

Ia juga menyoroti kekhawatiran banyak rakyat Amerika atas kepresidenannya, atas kurangnya fokus, kecenderungan untuk mempertanyakan sains, kesembronoan dalam menangani kebijakan-kebijakan besar maupun kecil, dan prioritas untuk politik partisan.

Pandemi telah mengikis kepopuleran Trump, yang menurut Gallup, turun menjadi 38 persen pada satu titik di musim panas - hal yang dimanfaatkan oleh tim kampanye Biden.

Baca Juga: Buruan Pantau Saldo ATM, Subsidi Gaji Rp 1,2 Juta Sudah Ditransfer, Tapi 5 Rekening Ini Bikin Gagal Terima BLT BPJS

2. Kampanye sederhana

Sepanjang karier politiknya, Biden mendapat reputasi sebagai politikus yang sering salah bicara. Kesalahan-kesalahan itu menjadi salah satu faktor yang menggagalkan kampanye pemilihan presidennya pada tahun 1987 dan 2008.

Dalam ikhtiar ketiganya untuk Ruang Oval, Biden masih beberapa kali salah omong, tapi kesalahan itu tidak begitu sering sehingga tidak pernah menjadi masalah jangka panjang.

Sebagian dari penjelasan untuk ini, tentu saja, adalah bahwa Presiden Trump sendiri adalah sumber berita yang tak henti-hentinya.

Baca Juga: Bongkar Alasan Ogah Minta Bantuan Pemerintah, Habib Rizieq Segera Nikahkan Syarifah Najwa Shihab, Ini Sosok Putri Cantik Imam Besar FPI

Faktor lain adalah ada cerita yang lebih besar - pandemi virus corona, aksi protes menyusul kematian pria kulit hitam George Floyd, dan masalah ekonomi - yang mendominasi perhatian nasional.

Tetapi setidaknya beberapa pujian perlu diberikan pada strategi kampanye Biden untuk membatasi eksposur kandidat mereka, menjaga tempo dalam kampanye, dan meminimalkan risiko masalah akibat kelelahan atau kecerobohan.

Barangkali dalam situasi pemilihan biasa, ketika kebanyakan rakyat Amerika tidak khawatir akan paparan virus, strategi ini akan menjadi bumerang.

Mungkin dalam situasi itu ejekan "hidin 'Biden" dari Trump akan efektif. Namun tim kampanye Biden berusaha untuk tetap tenang dan membiarkan mulut Trump mengkhianati dirinya sendiri - dan, pada akhirnya, strategi itu berbuah manis.

Baca Juga: Soroti Banyak Salah Ketik di UU Cipta Kerja yang Terlanjur Diteken Presiden, Mantan Pengacara Jokowi Sebut Omnibus Law Bisa Dibatalkan MK

3. Pokoknya jangan Trump

Sepekan sebelum hari pemilihan, kampanye Biden menayangkan iklan televisi terakhirnya dengan pesan yang serupa dengan yang ditawarkan pada awal kampanyenya tahun lalu, dan pidato pencalonannya pada bulan Agustus.

Pemilihan ini adalah "pertarungan untuk jiwa Amerika", ujarnya, dan kesempatan bagi bangsa untuk meninggalkan hal yang ia gambarkan sebagai keterpecah-belahan dan kekacauan dalam empat tahun terakhir.

Baca Juga: Dulu Mau Kencing Aja Susah, Kini Pusat Belanja Blok M Mall Dibiarkan Mati, Pedagangnya Cuma Bisa Lakukan Ini

IG Kamala Haris

Kamala Haris wakil Presiden AS dampingi Joe Biden Presiden AS

Namun di balik slogan tersebut ada hitung-hitungan sederhana. Biden mempertaruhkan keberuntungan politiknya pada anggapan bahwa Trump terlalu mempolarisasi dan meledak-ledak, dan apa yang dibutuhkan Amerika ialah kepemimpinan yang lebih tenang dan stabil.

"Pokoknya saya lelah dengan sikap Trump sebagai pribadi," kata Thierry Adams, warga asli Prancis yang setelah 18 tahun tinggal di Florida memberikan suara untuk pertama kali dalam pemilihan presiden di Miami pekan lalu.

Demokrat sukses menjadikan pemilihan ini referendum untuk Trump, bukan pilihan biner antara kedua kandidat.

Pesan kemenangan Biden sederhana saja: Ia "bukan Trump". Komentar umum dari Demokrat ialah kemenangan Biden berarti rakyat Amerika bisa rehat dari memikirkan politik selama berminggu-minggu.

Itu dimaksudkan sebagai kelakar, tapi ada benarnya juga.

Baca Juga: Mohon Maaf Tahun Depan Sudah Dipastikan Tak Naik, Gaji PNS Malah Dipotong, Bagaimana Nasib THR dan Gaji ke-13?

4. Tetap di tengah

Selama kampanye untuk menjadi kandidat Demokrat, Biden bersaing dengan kandidat-kandidat 'kiri' seperti Bernie Sandres dan Elizabeth Warren, keduanya menjalankan kampanye yang didukung dengan dana dan organisasi yang baik dan menarik perhatian banyak orang.

Kendati mendapat tekanan dari sisi liberal, Biden tetap mengambil posisi tengah, menolak untuk mendukung gagasan jaminan kesehatan nasional, kuliah gratis, atau pajak kekayaan.

Ini memungkinkan ia untuk memaksimalkan daya tarik untuk kelompok moderat dan pendukung Republik yang tidak puas selama kampanye pemilu.

Baca Juga: Fotonya Lagi Ngaji di Emperan Bikin Anggota DPR Terharu, Pemulung Ini Ketiban Rezeki Nomplok: Ditunjuk Jadi Direktur

Strategi ini tercermin dalam keputusan Biden memilih Kamala Harris sebagai cawapres, padahal sebenarnya ia bisa memilih sosok yang lebih didukung oleh sayap kiri partai.

Isu di mana posisi Biden lebih dekat dengan Sanders dan Warren ialah isu lingkungan dan perubahan iklim - barangkali memperhitungkan bahwa keuntungan yang didapat dari menarik simpati pemilih muda sepadan dengan risiko mengalienasi para pemilih di negara bagian kunci yang bergantung pada energi fosil.

Tapi ini satu pengecualian yang membuktikan keseluruhannya. "Bukan rahasia bahwa kami kritis terhadap rencana dan komitmen Biden ketika ia menjabat wakil presiden," kata Varshini Prakash, pendiri kelompok aktivis lingkungan Sunrise Movement pada Juli lalu.

Baca Juga: Blak-blakan Hina Iklan Billboard Podcast Deddy Corbuzier, Ivan Gunawan Curiga Sang Mentalist Sudah Lakukan Ini Pada Kekasihnya

"Ia merespons banyak kritik itu; secara besar-besaran meningkatkan skala dan urgensi investasi, menjabarkan detail langkah-langkahnya untuk mencapai keadilan lingkungan dan menciptakan pekerjaan serikat yang baik, serta menjanjikan tindakan segera."

5. Banyak uang, sedikit masalah

Awal tahun ini kas kampanye Biden hampir kosong. Ia memulai kampanye pemilu dengan posisi tidak menguntungkan dibandingkan Trump, yang telah menghabiskan seluruh masa kepresidenannya untuk menghimpun dana kampanye yang hampir mencapai satu miliar dolar.

Namun sejak bulan April, kampanye Biden berhasil menghimpun banyak dana, dan - sebagian karena pemborosan di pihak tim kampanye Trump - berakhir dengan posisi finansial yang jauh lebih kuat daripada lawannya.

Baca Juga: Terlambat Datang ke TKP, Polantas Ini Langsung Peluk Prajurit TNI Usai Dihajar Anggota Klub Moge yang Ngamuk

Pada awal Oktober, kampanye Biden punya 144 juta dollar AS (Rp 2 triliun) lebih banyak daripada Trump, yang memungkinkannya untuk mengubur sang kandidat Republik dalam gelombang iklan televisi di hampir setiap negara bagian kunci.

Tentu saja, uang bukan segalanya. Empat tahun lalu, kampanye Clinton punya lebih banyak dana dibandingkan Trump.

Tapi pada 2020, saat kampanye tatap muka terhambat oleh virus corona dan rakyat Amerika di seluruh negeri lebih banyak mengonsumsi media di dalam rumah, keunggulan dana Biden membantunya menjangkau lebih banyak pemilih dan terus mendorong pesannya sampai akhir.

Baca Juga: Tak Bisa Tidur Hingga Stress di Penjara, Terawangan Anak Indigo Ini Kembali Bikin Geger: Banyak Teriakan Minta Tolong di Tahun 2021

Hal itu memungkinkan Biden melebarkan peta elektoral, menghabiskan uang di negara-negara bagian yang sebelumnya dianggap sulit dimenangkan seperti Texas, Georgia, Ohio, dan Iowa.

Kebanyakan taruhan itu tidak berhasil, tapi ia memaksa Trump untuk bertahan, memenangkan Arizona yang sebelumnya selalu memilih konservatif, serta mempertahankan persaingan ketat di Georgia.

Baca Juga: Alhamdulillah, Rp 1,2 Juta Langsung Masuk Rekening, BLT BPJS Gelombang 2 Cair di Bulan Ini, Simak Jadwal Transfer BCA BRI dan Mandiri

Uang dapat menghadirkan kampanye alternatif dan inisiatif- dan Biden memanfaatkan keunggulannya dengan baik.

(Kompas.com/BBC Indonesia)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya