Fotokita.net - Di tengahPembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah dilakukan di sejumlah wilayah yang menjadi episentrum dari penyebaran virus corona, sejumlah kabar baik datang bertubi-tubi.
Keputusan untuk melakukan PSBB telah membuahkan hasil. Data yang dimiliki pemerintah telah menunjukkan fakta bahwa pemberlakukan PSBB yang diikuti dengan disiplin tinggi, bisa mencegah penyebaran penularan Covid-19.
Pemerintah meyakini puncak pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung pada bulan Mei 2020.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan masa puncak pandemi yang dimulai pada Mei hingga Juni.
Ini setelah pihaknya menggabungkan semua pemodelan yang dilakukan oleh berbagai institusi dan peneliti.
Ia mengatakan akumulasi kasus positif pada masa puncak mencapai 95 ribu kasus. Pemodelan akhir pandemi Covid-19 di Indonesia antara lain dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura atau SUTD.
Menurut mereka, Indonesia sedang berada di masa puncak pandemi sejak 19 April 2020.
Pandemi di Indonesia diprediksi akan berakhir 99 persen pada 20 Juni 2020. Masa puncak pandemi ditandai dengan perlambatan penyebaran penyakit atau penurunan jumlah kasus baru.
Kurva penambahan kasus mulai melandai hingga mendatar (flat) dan terus menurun.
Pemerintah meyakini puncak pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung pada bulan Mei 2020.
Keyakinan ini disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-29, Doni Monardo, Senin (27/4/2020).
Menurut Doni, Indonesia akan mampu menurunkan kasus Covid-19 pada bulan Juni, sehingga kehidupan masyarakat diharapkan akan mulai berjalan normal kembali pada bulan Juli mendatang.
Hal ini dengan catatan jika pemerintah sukses melakukan upaya pelacakan yang masif dan isolasi yang ketat pada April hingga Mei.
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Covid-19, Doni Monardo, mengatakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang merupakan episentrum penyebaran di Indonesia sudah mengalami perlambatan dan mulai flat.
Ia meyakini hal ini berkat pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak 10 April lalu.
Sejauh ini penambahan kasus baru tertinggi di DKI tercatat pada 16 April dengan 223 kasus. Sejak itu trend penambahan kasus baru memang cenderung menurun.
Berbagai pemodelan tentang puncak dan akhir pandemi sejatinya merupakan perkiraan yang tidak serta merta akan terjadi.
Kapan dan bagaimana puncak pandemi akan terjadi sangat dipengaruhi oleh intervensi pemerintah dan kedisiplinan warga.
Semakin kuat intervensi yang dilakukan pemerintah dan semakin tinggi kedisiplinan warga dalam menjalankan protokol, maka masa puncak pandemi akan berlangsung lebih dini, lebih cepat, dan lebih rendah.
Dengan demikian, jumlah pasien pada masa puncak bisa ditekan sehingga tidak melebihi kapasitas pelayanan kesehatan.
Pun masa pandemi bisa berakhir lebih cepat sehingga kehidupan masyakat bisa segera kembali ke keadaan normal.
Pakar epidemiologi UI, Pandu Riono, mengatakan kedisiplinan masyarakat terhadap larangan mudik akan mempengaruhi puncak pandemi Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, puncak pandemi yang diprediksi pada pertengahan Mei atau minggu-minggu sebelum lebaran yang jatuh pada 24 Mei akan bergeser mundur, alias pandemi akan berlangsung lebih lama lagi, jika masyarakat tetap nekad mudik.
Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta terus menunjukan perkembangan positif.
Setelah sebelumnya sempat disebut penyebarannya mulai melambat, kini jumlah pasien sembuh lebih tinggi dibandingkan yang meninggal.
Sejak munculnya kasus pertama pasien positif terinfeksi virus corona (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19, ini kali pertama hal itu terjadi di DKI Jakarta.
Kabar baik ini disampaikan oleh Kabid Sumber Data Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati saat menggelar konferensi pers di Balai Kota.
"Perkembangan terkini per 29 April 2020, sebanyak 412 orang dinyatakan telah sembuh," ucapnya, Rabu (29/4/2020) melansir dari Tribun Jakarta.
Angka ini meningkat cukup signifikan, dimana pada Selasa (28/4/2020) lalu, jumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh sebanyak 314 orang.
Ini berarti ada penambahan 98 pasien positif Covid-19 yang dinyatakan telah sembuh.
Jumlah pasien yang meninggal akibat Covid-19 sendiri sebenarnya kembali meningkat.
Namun, peningkatannya menurun signifikan dibandingkan waktu-waktu sebelumnya, dimana hari Rabuada 2 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia.
Kemudian, kasus baru positif Covid-19 hari Rabu juga kembali mengalami penurunan setelah sehari sebelumnya sempat melonjak tajam.
Ani menyebut, untuk hari Rabu ada penambahan 83 pasien baru yang dinyatakan positif Covid-19.
Dengan demikian, total pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta hari ini mencapai 4.033 orang.
"Total ada 4.033 orang kasus positif dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 381 orang," ujarnya.
Selanjutnya, sebanyak 2.002 orang pasien masih menjalani perawatan si rumah sakit dan 1.238 lainnya melakukan isolasi mandiri.
"Sedangkan, ada 1.636 orang masih menunggu hasil laboratorium," ujarnya.
Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih menjalani perawatan berjumlah 969 orang.
"Untuk orang dalam pemantauan (ODP) saat ini ada 221 orang yang masih dipantau," kata Ani.
(Tribun Jakarta/Kompas.com)