Syarief melanjutkan, batalyon ini berdiri bersamaan dengan empat batalyon lainnya yaitu Arhanud 6, 7, 8 dan 9.
“Saat itu batalyon ini terkenal dengan sebutan Yon Biru yang sebagian besar personelnya berasal dari cadangan umum Angkatan Darat yang dididik dan dilatih di Puslatsat Yosowilangun/Lumajang,” tambahnya.
Di masa awal pembentukannya Yonarhanud 10/ABC masih menggunakan TOP (Tabel Organisasi Personil dan Perlengkapan) dengan susunan organisasi yaitu Mayon (Markas Batalyon), Raima dan Rai Tempur, sedangkan peralatan senjata pokok tiap-tiap Raipur adalah enam pucuk meriam 57 mm S-60; satu radar Son-9 sebagai unit pengatur dan pimpinan tembakan; satu Puazo 6-60 N, dan senjata ringan (SKS) sebagai senjata perorangan.
Sedangkan tentang dipilihnya burung Gagak Hitam sebagai lambang kesatuan, Syarief mengungkapkan hewan itu diyakini mempunyai sifat yang menonjol yaitu, cerdas, waspada, mempunyai jiwa sosial tinggi, dan mampu beradaptasi. Selain itu insting mematikan Gagak Hitam begitu kuat.
“Jadi prajurit Yonarhanud 10/ABC harus memiliki sifat-sifat seperti Gagak Hitam, tegas, waspada dan bijaksana, dan mempunyai insting, cerdas, tidak mengenal kompromi di dalam penumpasan musuh. Hal ini juga sesuai dengan semboyan prajurit Arhanud, kami datang kami menang,” jelas Syarief.
(*)