Brigjen Tatang mengatakan dirinya hadir dalam kegiatan kultum tersebut. Dudung menjelaskan saat ini banyak orang yang mendalami agama tanpa ada guru yang ahli saat itu.
Kondisi tersebut, lanjutnya, membuat seseorang mudah terpedaya oleh oknum yang menafsirkan agama tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah.
"Dengan belajar agama sendiri, apalagi secara mendalam tanpa guru, cenderung akan mudah terpengaruh. Pada akhirnya justru akan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan," katanya.
"Misalnya, kata hadis ini ikut. Kemudian, kata hadis yang lain, juga ikut. Oleh karenanya, jangan terlalu dalam mempelajari agama tanpa guru pembimbing yang ahli. Berbeda apabila ada yang mengarahkan dan membimbing dengan benar dan ahli," tambahnya menjelaskan.
Saat menjabat Pangkostrad, Dudung juga pernah memberi pengarahan kepada prajuritnya terkait agama. Dudung meminta prajurit tak fanatik agama karena semua agama sama.
"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan," kata Dudung, dikutip detikcom dari keterangan pers Penerangan Kostrad, Selasa (14/9/2021).
Hal itu disampaikan Dudung saat bersama Ketua Persit KCK Gabungan Kostrad Rahma Dudung Abdurachman dan rombongan di Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat. Senin (13/9). Sejumlah pihak seperti MUI, Muhammadiyah hingga pimpinan Komisi VIII DPR RI kala itu tak sepakat dengan ucapan Dudung.
Ketua MUI Muhammad Cholil Nafis mempertanyakan maksud Jenderal Dudung tersebut. Dia menyarankan Dudung fokus pada tugas dan kewenangannya sebagai KSAD. MUI meminta KSAD lebih baik mengurusi daerah konflik ini yang masih terjadi di Tanah Air.
"Saya tak paham apa yang dimaksud, tapi dalam pemahaman saya yang mengikuti hadis, baca hadis kalau orang dikehendaki baik oleh Allah di antaranya adalah orang yang paham agama, bahkan yang mendalami agama," kata Cholil, kepada wartawan, Senin (6/12/2021).