"Ketika sudah di sana, kami sedih melihatnya. Dari tiga kolam yang ada, lima lumba-lumba dari Bali Dolpin Lodge diletakkan dalam satu kolam yang sama dengan ukuran kecil dan dangkal," terangnya.
"Mereka juga terus-menerus terpapar matahari. Selain itu, kami menemukan kejanggalan, seharusnya ada tujuh lumba-lumba dari sana," sambung Pinneng.
Karena melihat kondisi tersebut, Koalisi Anak Negeri untuk Lumba-Lumba memulai petisi untuk membebaskan lumba-lumba sejak Mei 2021. Petisi itu kini sudah memiliki 75.000 tanda tangan.
Dua ekor lumba-lumba yang pernah dipakai seluncuran oleh Lucinta Luna dikabarkan hilang. BKSDA Bali mengungkap bahwa dua lumba-lumba tersebut telah mati.
"Jadi jangan dianggap kalau lumba-lumba berkurang, dianggap hilang karena kita jual atau kita (jadikan) sate," kata Sumarsono kepada wartawan, Senin (29/11/2021). "Lagian gimana caranya kita jual lumba-lumba segede itu di pasar tanpa menimbulkan kegemparan di pasar," terangnya
Sumarsono tak mengungkapkan penyebab kematian dua ekor lumba-lumba tersebut sebab tidak membaca hasil nekropsinya. Dia mengaku BKSDA dibantu pihak lain seperti perwakilan Universitas Udayana (Unud) untuk merawat dua mamalia tersebut.
"Saya gak baca hasil nekropsi/otopsinya. Tapi yang jelas mati bukan karena dibunuh. Wong sudah kami rawat intens, kami sayang-sayang, kami pantau," kata dia.
"Keeper-nya siang malam nungguin jangan sampai mati, temen Unud bolak-balik bantuin karena sayang aset negara. Tapi gimana lagi, wong dari awal disita sudah sakit," tambahnya.
Sumarsono menjelaskan, lumba-lumba yang disita dari Dolphin Lodge Bali milik PT Piayu Samudra Bali sebagian sudah dalam keadaan tidak sehat. Akibat dieksploitasi, lumba-lumba umumnya sakit hepatitis akut yang tidak ketahuan.
"(Itu) dilihat dari warna mata yang agak kekuningan, karena sudah habis-habisan dieksploitasi oleh pemilik lama secara berlebihan. (Kemudian) Ditunggangi Lucinta Luna dan kawan-kawan dan sebagainya," terangnya.